Ini sebuah kisah tentang-nya, aku menyebutnya bumi karena menurutku dia terlalu luas untuk kuisi penuh, sedangkan aku tidak memiliki sesuatu yang spesial untuk membuatnya tetap utuh. Dulu aku sangat sering menulis tentangnya dengan perasaan yang menggebu-gebu yang perlahan dipadamkan oleh sikapnya.Â
Kini aku sudah mulai menyadari bahwa hakikatnya jika seseorang bingung di antara dua pilihan mau atau tidak tentunya pasti jawabannya tidak. Aku selalu memaksakan untuk selalu bisa bertemu dengan-mu, selalu mengajak kamu untuk bercerita segala hal, tetapi tidak dengan kamu yang tidak ada rasa ingin membagi semuanya terhadap aku.
Tapi untuk saat ini, aku masih dan akan terus menyayanginya, tapi kali ini tidak dengan mengajaknya untuk ikut serta lagi, dia akan terus tetap hidup sebagai tokoh yang melegenda yang akan aku abadikan dalam bentuk aksara ini.Â
Mungkin dia akan membaca ini atau bahkan tidak sama sekali, tapi jika iya lewat tulisan ini, aku mau dia tau bahwa rasaku tulus maka ikhlasku pun juga begitu, mungkin tidak untuk sekarang untuk saat ini aku masih belum terbiasa untuknya, tapi aku sedang mengusahakannya dengan caraku sendiri menghadapinya.
Untuk setiap hal baik yang pernah dia lakukan untukku, kuharap itu bisa jadi alasan tuhan ngasih dia banyak kebahagiaan, meski bukan lewat aku lagi, terimakasih sudah pernah menjadi bagian paling besar dari dunia kecil yang kumiliki, terimakasih sudah bersamaku melewati banyak hal.Â
Teruslah melangkah untuk setiap mimpi yang kamu miliki, aku selalu akan berdoa yang terbaik untuk hidupmu. Sekarang bagaima caranya kita akan tetap baik-baik saja setelah itu, terimakasih dulu kamu pernah mau menerimaku
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI