Mohon tunggu...
ahmad matika
ahmad matika Mohon Tunggu... -

Teacher Mathematic

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memperbaiki “Citra Buruk” Guru Matematika, Bagaimana?

25 November 2010   13:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:18 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Janganlah terlalu menjaga jarak dengan kami-kami (siswa). Cobalah dekati kami, ajak kami ngobrol, ajak kami diskusi di luar kelas. Sehingga bila kami bermasalah, bila kami kesulitan memahami pelajaran membuat kami tak sungkan untuk bertanya, tak sungkan untuk berpendapat. Dengan cara ini kewibawaan ibu-bapak sekalian insya Allah tak akan berkurang bahkan mungkin akan meningkat berlipat-lipat.

  • Jangan merasa bangga bila banyak siswa menjadi tak mengerti dengan materi yang diajarnya. Beberapa kali terjadi ada guru yang merasa hebat, merasa pandai, merasa puas ketika siswa-siswanya tak mengerti (Eh tapi ini bukan di sekolah sih, seringnya di perguruan tinggi). Ada beberapa “guru” yang dengan bangganya menganggap dirinya pandai ketika tak ada siswanya yang mengerti.

  • (Silakan pembaca menambahinya! Saya yakin masih banyak lagi harapan-harapan siswa terhadap guru matematikanya).

  • Beberapa hal di atas adalah pendapat saya sebagai siswa yang begitu berharap pada bapak atau ibu guru matematika di manapun berada. Tentu bapak atau ibu bisa dengan bijak menanggapinya, bisa dengan cerdas mencernanya, bisa dengan lihai mempraktikannya. Hal-hal yang baru saja saya tulis mungkin tak sepenuhnya dapat bapak atau ibu lakukan secara sekaligus, namun saya berharap bisa dilakukan sedikit-demi sedikit.

    Saya berharap hal-hal yang saya tulis tersebut bisa sebagai sedikit masukan untuk perbaikan. Tentu yang baru saja saya tulis itu adalah keinginan saya sebagai siswa yang bisa saja banyak kelirunya. Namun yang terpenting adalah bapak atau ibu guru sekalian perlu memperhatikan aspek mendidiknya, aspek pembelajarannya, aspek psikologi perkembangan siswanya, dan aspek-aspek lainnya yang saya yakin bapak atau ibu guru sekalian jauh lebih mengetahuinya, jauh lebih berpengalaman melakukannya.

    Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal di atas, mudah-mudahan “citra buruk” yang selama ini melekat pada guru matematika dapat sedikit-demi sedikit terkikis, mudah-mudahan sih bisa lenyap semuanya. Akhirnya saya pun berharap dan berangan-angan, mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran matematika di ruang-ruang kelas di negeri tercinta kita, Indonesia. Amin.

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun