Ilustrasi| www.p-wec.org
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
Sudah 43 tahun sejak lagu ini dibuat dan dinyanyikan oleh Koes Plus. Band yang dibentuk tahun 1969 ini tentunya dalam membuat lirik lagu bukanlah tanpa alasan, lagu ini dibuat dalam rangka mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepada negara tercinta kita.
Persis seperti bunyi liriknya, Indonesia merupakan negara yang kaya raya dalam aspek sumber daya alamnya. Tahukah anda? Data dari WWF menunjukkan bahwa Keanekaragaman hayati yang terkandung di hutan Indonesia meliputi 12 persen species mamalia dunia, 7,3 persen species reptil dan amfibi, serta 17 persen species burung dari seluruh dunia, dan masih ada species-species lain yang masih mungkin untuk ditemukan di luasnya nusatara ini.
Tidak perlu bersusah payah untuk mencari makanan, di negara ini makanan datang dengan sendirinya. Orang disini yang dimaksud adalah pendatang dari negeri seberang, para pendatang ini sangat kagum dengan lingkungan hayati Indonesia. Mereka bilang tanah kita tanah surga, tanah yang makmur, maka tidak heran jika banyak bangsa yang ingin menjajah Indonesia. Segala macam tanaman dapat tumbuh di Negeri ini, tongkat kayu dan batupun jadi tanaman seperti kata Koes Plus.
Dibawah Brazil, Indonesia merupakan negara kedua dengan hutan terbesar di bumi. Bisa dibilang brazil paru-paru kanan bumi sedangkan Indonesia paru-paru kirinya. Tapi tahukah anda berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut tiap tahunnya. Data Kementerian Kehutanan menyebutkan dari sekitar 130 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang. Meskipun senandung koes plus berulang-ulang dinyanyikan masih banyak yang belum bisa mensyukuri dan menjaga alam Indonesia.
Disini saya tidak membicarakan tentang melawan penebangan liar dan hutan lindung, saya lebih membahas kearah preventifnya, Anda pasti tahu, dalam jumlah penduduknya Indonesia menduduki peringkat 4 di bumi, kalah dari China, India, dan Amerika saja. Menurut data dari bank dunia penduduk Indonesia tercatat berkisar 250 juta manusia, itu bukanlah angka yang sedikit.
Bayangkan jika setiap orang di Indonesia selama hidupnya diwajibkan menanamkan 10 pohon, akan ada 2,5 milyar pohon baru dalam satu generasi ini saja, belum jika penduduk Indonesia ini terus bertambah dengan pesat. Dan kalau seluruh dunia juga menerapkannya? Maka akan ada 70 milyar pohon baru. Mungkin masih belum sebanding dengan penebangan hutan yang terjadi, tapi alangkah baiknya apabila kita dapat mengupayakan kesehatan paru-paru bumi yang sedang sakit ini demi dunia yang akan ditinggali cucu-cucu kita nantinya.
Di Beijing, China saat ini sudah dijual produk baru yang sangat aneh bagi kita, tapi disana produk baru tersebut lumayan laris dipasaran. Pernahkah anda menonton film movie “The Lorax” -2012? Bagi yang belum pernah menontonnya, dalam film animasi buatan Amerika tersebut diceritakan bahwa mereka menjual udara di dalam kaleng (air in a can) dan itu menjadi usaha tersukses dan terlaris. Udara dalam cerita tersebut sudah menjadi kebutuhan sehari-hari karena polusi udara sudah sangat buruk kondisinya. Begitu pula di beijing saat ini, polusi udara dalam kondisi terburuk, langit disana terlihat seperti kabut berwarna gelap.
Seperti sedang mendung dan mau turun hujan, jarak pandang disana juga berkurang. Setiap orang menggunakan masker ketika keluar dari rumahnya. Seperti pada film The Lorax, udara yang segar dijual disana, sekalengnya di jual 65p atau 99 cent, jika dirupiahkan sekitar 12.000 rupiah. Botol yang lebih besar dengan udara yang dikompress dijual dengan harga 42 us dollar, mahal sekali untuk udara segar yang seharusnya merupakan sebuah hal yang gratis.
Tentunya kita tidak ingin hal tersebut terjadi juga di Indonesia. Jika kita tidak segera bertindak, kita hanya tinggal menunggu bom waktunya meledak. Generasi Reboisasi, itulah seharusnya nama dari orang-orang millenium ke 21. Manusialah yang merusak bumi, dan hanya manusialah yang dapat menyembuhkannya kembali seperti semula. Generasi reboisasi adalah generasi penghijauan, sesimpel namanya, generasi ini bertujuan untuk menghijaukan bumi untuk meningkatkan emisi O2, dan menyembuhkan kembali hutan dunia.
Ayo bersama-sama menanam pohon demi bumi yang lebih sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H