Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mangakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa indonersia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoen, bahasa Indonesia.
"Sejarah telah mencatat kiprah pemuda yang selalu berjuang dengan penuh semangat. Pemuda Indonesia yang berjuang pada jaman penjajahan rela mengorbankan diri demi bangsa dan negara. Begitu besar dan pentingnya peran pemuda, sehingga dalam sebuah pidatonya Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno pernah berkata “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”.
Rumusan hasil kongres tanggal 28 Oktober 1928 yang dihadiri oleh perwakil organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatsanen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Tionghoa, Pemuda Kaum Betawi, dan lain-lain. Di Gedung Indonesiche Clubgebouw Jalan Keramat Raya 106 Jakarta (Sekarang dijadiakn Museum Sumpah Pemuda). Peran pemuda dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia telah melahirkan pergerakan nasional dan mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan. Pada tahun 1908 pergerakan Budi Oetomo berhasil memupuk bibit nasionalisme, tahun 1928 dengan Sumpah Pemuda berhasil menggalang semangat persatuan nasional, dan pergerakan pemuda tahun 1945 berhasil mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Begitu juga pada masa lahirnya reformasi pada tahun 1998, tidak luput dari peran pemuda dengan kesatuan aksi mahasiswanya. Hal inilah yang menunjukan bahwa pemuda tidak hanya berpangku tangan saja, tetapi senantiasa berperan sebagai pemikir,pelaksana dalam proses perjuangan, pembaharuan, dan pembangunan bangsa dan negara.
Sejarah dan merdunya bunyi lirik dalam ikrar untuk mewujudkan cita-cita dan perjuangan akan adanya “tanah air Indonesia” untuk menjadikan Negara Indonesia yang ingin mereka capai. Ketika 17 tahun setelah kongres Pemuda II pada tahun 1928, perjuangan dan cita-cita itu menjadi kenyataan. Indonesia diproklamirkan menjadi sebuah Negara yang merdeka. Tepat, sudah sembilan puluh satu tahun yang lalu pemuda Indonesia mengikrarkan diri dalam Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia.
"Pemuda Aset Bangsa dan Negara Di Masa Depan"
“B.R. O’Gorman Anderson : Sejarah Indonesia ada pada pemudanya”.
Regenerasi adalah sebuah keniscayaan bagi sebuah bangsa yang tidak bisa ditolak atau dihindarkan. Bangsa manapun yang ingin tetap berjaya dan bertahan lama pasti akan menyiapkan keberlanjutan generasinya. Pemuda merupakan aktor intelektual yang kehadirannya diharapkan mampu membawa suatu bangsa bertransformasi menuju arah yang lebih baik. Di Indonesia, hal ini semakin bermakna seiring dengan semakin dekatnya peluang bonus demografi yang puncaknya terjadi pada kurun 2020-2030. Untuk dapat memanfaatkan momen langka yang terjadi sekali seumur hidup ini dengan baik, dibutuhkan pemetaan mengenai kuantitas dan kualitas sumber daya pemuda Indonesia. yang harus di jawab tentang seberapa besar armada pemuda yang dimiliki oleh bangsa ini beserta karakteristik demografinya.
Bonus demografi adalah fenomena di saat porsi penduduk yang produktif lebih besar daripada porsi penduduk yang tidak produktif. Sehingga pada momen bonus demografi seharusnya menjadi masa, dimana pemuda dengan potensinya yang besar mampu membawa seluruh bangsa menikmati peluang tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa Indonesia harus mampu menyiapkan penduduk usia produktif menjadi pemeran utama dalam pemanfaatan bonus demografi. Pemuda harus semakin kreatif, inovatif, produktif, dan memiliki kapasitas lebih agar berdaya saing dalam kancah regional dan global.