Mohon tunggu...
ahmad landong
ahmad landong Mohon Tunggu... Guru - pendidik

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hakikat Problematika Pembelajaran

31 Oktober 2023   12:34 Diperbarui: 31 Oktober 2023   12:43 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan sebagai pemasalahan atau masalah (Ahmad Sabri, 2005:33). Sedangkan pembelajaran menurut Kunandar, (2007:287) adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Karenanya problematika pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan maksimal. Dalam Angraini, W.(2016:30).

Menurut Syah, M., (1997) Problematika dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengandung masalah, masalah disini dapat diartikan segala sesuatu yang dapat menghambat tercapainya tujuan yang di inginkan. Problematika adalah suatu kesenjangan yang  mana  antara  harapan  dan  kenyataan  yang  diharapkan  dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan (Syukir, 2013). Kata problematika dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia yang berasal dari kata “Problem yaitu soal, masalah atau persoalan, Problematika adalah masih menimbulkan masalah yang harus dipecahkan (Fajri dan Aprilia, 2008).

Problematika pembelajaran  adalah  kesukaran  atau hambatan yang menghalangi terjadinya belajar. Problematika  pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal. Problematika pembelajaran berasal dari faktor faktor intern, seperti: sikap  terhadap  belajar,  motivasi  belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar,  kebiasaan  belajar,  cita-cita  siswa.  Dan  faktor  ekstern guru sebagai pembina  siswa  dalam  belajar,  sarana  dan  prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah.

Pembelajaran menurut Asyar, R., (2012) adalah sesuatu yang memberikan informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangung antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai pembelajaran. Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa dan pembelajaran harus menghasilkan belajar (Fathurrohman, M. & Sulistyorini. (2012). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar [ada diri siswa. Secara implisit, didalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
 

Menurut Lindgren dalam M.Sobry Sutikno dalam (Junaidi, I. 2019:20), menyebutkan bahwa proses pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu:
1.Siswa. Siswa merupakan faktor yang paling penting , sebab tanpa siswa tidak akan ada proses belajar.
2.Proses belajar. Proses belajar adalah apa yang dihayati siswa apabila mereka belajar.
3.Situasi belajar. Situasi belajar adalah lingkungan tempat terjadinya proses belajar
4.Proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap , pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan ketrampilan anak sesuai kebutuhan
Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Problematika pembelajaran pada umumnya bersifat kompleks, sedangkan kompleksitas tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor utama, yakni: pengaruh budaya, pengaruh sejarah, hambatan praktis, karakter guru sebagai pembelajar, karakter siswa, dan proses belajar. Budyartati, dkk. (2016).
Menurut Djamarah. S., B & Zain. S (2013) problematika pembelajaran berasal dari dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Dalam makalah ini problematika pembelajaran akan mengacu pada 2 referensi di atas untuk di bahas lebih mendalam.

A.Faktor Internal Problematika Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar tentu akan ditemukan masalah yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut menurut Djamarah. S., B & Zain. S (2013) yang menjadi faktor internal problematika pembelajaran ada 11 faktor yang mempengaruhinya yaitu:
1.Sikap terhadap belajar;
2.Motivasi belajar;
3.Konsentrasi belajar;
4.Kemampuan mengolah bahan belajar;
5.Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar;
6.Menggali hasil belajar yang tersimpan;
7.Kemampuan berprestasi;
8.Rasa percaya diri siswa;
9.Intelegensi dan keberhasilan belajar;
10.Kebiasaan belajar; dan
11.Cita-cita siswa.

Berikut penjelasan dari faktor internal problematika pembelajaran di atas:
1.Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Menurut (Angranti, 2016) kesulitan belajar adalah masalah belajar yang dialami siswa dan menghambat usaha dalam mencapai tujuan belajar. Hambatan tersebut bisa datang di lingkungan dapat juga di dalam sendiri. Pada tingkat tertentu anak didik dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru, dan orang lain sangat diperlukan. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.

2.Motivasi belajar
 Motivasi belajar peserta didik merupakan salah satu kekautan mental untuk mendorong peserta didik terlibat dalam proses belajar mengajar. Menurut Sardiman (2018), motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan  di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berdasarkan penelitian Danu. R. A., dkk (2022) motivasi belajar siswa dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk menilai keberhasilan suatu pendidikan di sekolah, dimana hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah motivasi belajar dari diri siswa itu sendiri.

3.Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.

4.Kemampuan mengolah bahan belajar
Merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, ataupun laboratori.

5.Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar
Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek yang berarti hasil belajar cepat dilupakan, dan dapat berlangsung lama yang berarti hasil belajar tetap dimiliki peserta didik. Menurut Budyartati, dkk. (2016) pembelajar menggunakan berbagai teknik belajar agar tersimpan dalam ingatan, penghayatan dan keterampilan jangka panjang. Sikap, konsentrasi, dan pengolahan bahan belajar sangat mempengaruhi pada fase ini. Menurut penelitian Hamonangan. R., H. (2020) peningkatan daya ingat peserta didik akan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

6.Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Siswa akan memperkuat pesan baru dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama.

7.Kemampuan berprestasi;
Kemampuan Beradaftasi peserta didik menunjukkan bahwa dia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar dan mentaransfer hasil belajar. Menurut Syah, M., (1997) pada tahap ini siswa membuktikan kemampuanya dalam proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau juga dapat gagal berprestasi jadi perlu upaya dalam mengoptimalkan proses pembelajaran. Menurut penelitian Dewi. K (2018) peserta didik yang mampu meningkatkan motivasi berprestasi dalam diri, guna mendapatkan hasil belajar yang diharapkan secara maksimal, serta dapat mempersiapkan diri pada proses penerimaan pembelajaran di kelas.

8.Rasa percaya diri siswa
Menurut penelitian Mawaddah. N., Syahrilfuddin, Noviana. E. (2020) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self confidence dengan hasil belajar. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman sejawat siswa. Percaya diri atau self confidence adalah aspek kepribadian yang penting pada diri seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri maka akan banyak menimbulkan masalah pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan adanya kepercayaan diri, seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi yang ada di dalam dirinya. Sifat percaya diri ini juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Mahasiswa yang memiliki sifat percaya diri yang tinggi akan mudah berinteraksi dengan mahasiswa lainnya, mampu mengeluarkan pendapat tanpa ada keraguan dan menghargai pendapat orang lain, mampu bertindak dan berpikir postif dalam pengambilan keputusan, sebaliknya mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan  
sulit untuk berkomunikasi, berpendapat, dan akan merasa bahwa dirinya tidak dapat menyaingi mahasiswa yang lain. (Amri, 2018)

9.Intelegensi dan keberhasilan belajar
Intelegensi dan keberhasilan belajar; menurut Haditono. S., R. (2006) Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Yang menjadi masalah adalah peserta didik yang memiliki intelegensi dibawah normal. Ini akan mempengaruhi perolehan hasil belajar. Intelegensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling terkait. Pada umumnya anak yang memiliki intelegnsi tinggi akan memiliki prestasi yang membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan. Hasil penelitian Azizah. A., B. Damayanti. D., & Agustin. A., R. (2020) Kecerdasan seorang anak tidaklah dapat diukur dengan melihat dari satu sisi saja, melainkan ada beberapa kemampuan atau intelegensi yang harus diperhatikan, antara lain kemampuan anak tersebutdalam memahami, bertindak, mengontrok dan mengkritik berbagai hal yang ada di lingkungan sekitarnya dan yang kemudian akan menunjang perkembangan intelektualitasnya sebagai manusia.

10.Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adnya kebiasaan yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar diakhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambang bergaya pemimpin dam lain sebagainya.

11.Cita-cita peserta didik,
Menurut Mulyaningtyas, R & Hadiyanto, P., Y. (2007). cita-cita adalah keinginan yang selalu ada dalam pikiran atau tujuan yang ditetapkan seseorang untuk diri sendiri dan hendak dicapainya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa cita-cita merupakan suatu keinginan akan masa depan yang dipikirkan oleh seseorang untuk dicapai.

B.Faktor Eksternal Problematika Pembelajaran
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal ang berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor- faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:

1.Guru sebagai pembina siswa dalam belajar
Sebagai pendidik, guru memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, hususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di Sekolah. Guru juga menumbuhkan diri secara profesional dengan mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Penyebab guru kurang mengoptimalkan media yaitu guru tidak mempunyai waktu untuk membuat media pembelajaran yang sesuai dengan materi. Solusi yang dapat dilakukan seharusnya guru guru dapat mengembangkan media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah atau guru juga bisa membuat media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
Guru hanya mengutamakan metode ceramah dan tanya jawab didalam pembelajaran sehingga membuat kebanyakan siswa merasa bosan dalam belajar. Solusinya seharusnya didalam pembelajaran guru lebih menggunakan metode pembelajaran yang interaktif, seperti field trip, eksperimen, simulasi, diskusi, dll.
Guru cenderung mengajukan pertanyaan kepada siswa tertentu sehingga menyebabkan siswa lainnya bosan dan bersikap acuh terhadap pertanyaan siswa. Solusi yang dapat dilakukan seharusnya guru mengajukan kepada semua siswa secara merata baik siswa pandai maupun kurang pandai. Guru tidak pernah memberikan reinforcement (misalnya tepuk tangan,  hadiah atau pujian) kepada siswa yang sudah mengerjakan tugas dengan baik. Sehingga motivasi ekstrinsik siswa kurang. Solusi yang dapat dilakukan yaitu guru membiasakan memberikan reinforcement kepada siswa setiap siswa selesai mengerjakan tugas dengan baik dan benar. Reinforcement  bisa berupa pujian, tepuk tangan maupun hadiah. Sedangkan siswa yang belum menyelesaikan tugasnya dengan baik dan benar, guru juga dapat memberikan penguatan setengah penuh.
 
2.Sarana dan prasarana pembelajaran.
Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik. Menurut Arifin, M. & Barnawi. (2012) Penggunaan sarana dan prasarana sangat penting untuk keberlangsungan proses belajar mengajar dan untuk meningkatkan kualitas belajar baik untuk siswa maupun guru. Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Ini menunjukkan bahwa peranan sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang kualitas belajar siswa. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di sekolah. Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya, yaitu mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran.

3.Kebijakan penilaian
Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, siswa terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu, Sekolah dan guru diminta berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa

4.Lingkungan sosial peserta didik di sekolah membentuk suatu lingkungan sosial peserta didik. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Menurut Slameto. (2013) ada tiga faktor sosial peserta didik yaitu:
a.lingkungan sosial yang pertama mempengaruhi motivasi belajar perserta didik adalah Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama, dalam pembentukan karakter maupun dalam pendidikan dan bimbingan. Dorongan keluarga sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar perserta didik, peralatan rumah yang terkait dengan pembelajaran di sekolah sangat membantu murid dalam memaksimalkan belajar perserta didik.
b.Lingkungan sosial kedua yang memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar murid adalah lingkungan sosial sekolah. Lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang sangat dekat dengan aktifitas perserta didik di lihat dari cara mengajar yang menyenangkan, fasilitas perserta didik yang tercukupi, sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran serta suasana lingkungan sekolah yang tidak ramai.
c.Lingkungan sosial ketiga adalah lingkungan masyarakat, di lingkungan masyarakat ini perserta didik belajar bersosialisasi. Lingkungan masyarakat yang mendukung pendidikan akan lebih menekankan warga masyarakat dalam belajar. Selain itu akan dapat menjadi pendorong/motivasi belajar kepada perserta didik yang bertempat tinggal dilingkungan tersebut.

5.Kurikulum sekolah
Program pembelajaran di Sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. Pada tahun 1994, pemerintah menetapkan kurikulum 1994 yang disinggung oleh salah satu  pencetusnya,  yaitu  sebagai  kurikulum  yang  diadopsi  dari  kurikulum Belanda, Jerman, dan Inggris (Drost,  2005).  Kurikulum  tersebut bermaksud untuk menyetarakan pendidikan Indonesia setara  dengan pendidikan kualitas terbaik di tiga negara tersebut. Hasilnya, kurikulum 1994 tersebut hanya dapat diikuti paling banyak 30 persen dari populasi SMU. Maka, timbullah SMU unggul yang hanya menerima pelajar yang pandai. Sisanya, yaitu sekitar 70% murid seolah tidak dianggap, karena akses mereka untuk meneruskan sekolah seperti dibatasi. Oleh karenanya, kurikulum 1994 pun diganti.

6.Metode mengajar
Metode mengajar yang digunakan guru dalam mengelola PBM tepat, maka peluang memperoleh hasil pembelajaran para siswa yang sesuai dengan harapan pun akan lebih besar”. Dapat ditarik kesimpulan dalam pendidikan jasmani guru sebagai faktor utama dari faktor eksternal siswa, maka guru penjas dalam mengelola proses belajar mengajar mesti relevan dengan kebutuhan belajar siswa, dan hal ini tentu hanya dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dan tidak dapat diganti oleh guru bidang studi lain jika mengharapkan hasil belajar siswa yang sesuai dengan harapan. (Syah, M. 1997).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun