"ORANG MISKIN DILARANG SARJANA". Begitu slogan spanduk yang dibuat oleh mahasiswa UNSOED waktu demo kepada Rektor nya untuk menurunkan nominal UKT.
Dengan munculnya slogan tersebut, justru dimaknai negative oleh segelintir spesies lack of literacy yang menganggap bahwa slogan tersebut merupakan kalimat larangan atau bisa juga kalimat ejekan. Dan mereka merasa tersindir. Padahal pada aslinya, slogan tersebut ditujukan oleh mahasiswa untuk menyindir Rektor nya karena naiknya nominal UKT di UNSOED yang berkali lipat.
Suatu kalimat yang telah dilontarkan/dituliskan terkadang berbeda dengan apa yang dipahami oleh audiens (pendengar). Terkadang pengucap bicara A, pendengar menangkapnya B atau sebaliknya. Terkadang juga pengucap bicara positif, pendengar justru menangkapnya negative. Ya wajar saja, namanya juga hidup.
Menelisik atau mengamati kejadian demo mahasiswa UNSOED, bahwa slogan yang dibuat oleh para mahasiswa merupakan kalimat yang mengandung perumpamaan/majaz/konotasi untuk menyindir pihak kampus nya karena tentang penetapan UKT yang naik berkali lipat secara drastis.Â
Dan termasuk dalam majaz sarkasme. Menurut Purwadarminta (dalam Tarigan, 1986, hal.92), sarkasme merupakan salah satu gaya Bahasa yang digunakan untuk menyindir seseorang dengan menggunakan Bahasa atau konotasi yang sangat kasar. Majaz sarkasme dapat digunakan dalam bentuk percakapan langsung maupun tertulis.
Seharusnya kita memahami dulu slogan tersebut termasuk kalimat apa/yang mengandung apa dan ditujukan kepada siapa? Ini lah pentingnya untuk mencari tahu asbab (sebab-sebab) nya dan untuk apa kejadian seperti itu. Ya tentunya literasi, membaca mengamati memahami menentukan. Jangan terlebih dahulu untuk men-jugde tanpa berpikir. Slogan tersebut merupakan kalimat sindiran yang ditujukan pada Rektor UNSOED, bukan pada orang miskin.
Dari kejadian yang viral tersebut, penulis menjadi paham tentang pentingnya untuk berpendidikan tinggi. Sedikit cerita, penulis dulu memang sedikit bingung untuk apa sih sekolah sampai setinggi-tingginya itu? Toh pada akhirnya yang dibutuhkan adalah kerja dan materi. Ternyata ini jawabannya teman-teman sekalian, ya mindset, tentang mindset. Pendidikan memang bukan segalanya, tapi segalanya berawal dari pendidikan.
Salam akal sehat, semangat!!!
Penulis: Ahmad Khoirur Roziqi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H