Saya nelpon dia karena geregetan terhadap gosip-gosipnya. Dia waktu itu  tanya, "Berapa persen mas Jonru motong uang sedekahnya?"
 Waktu  itu saya jawab, "Tergantung kesepakatan. Antara 10 hingga 30 persen.  Tapi yang 30 persen hampir tak pernah ada kok. Sebagian besar lebih  kecil dari itu."
 Lantas ucapan saya ini dipelintir oleh si ratu gosip ratu hoax tersebut, "Jonru nilep uang sedekah 30%".
 NAH, JADI KETAHUAN KAN, SIAPA YANG CULAS DAN JAHAT SEJAHAT-JAHATNYA?
 5. Kalau memang benar saya nilep uang sedekah, yaelah bro! Tanggung  amat cuma 30 persen? Sekalian aja 90 persen, atau semuanya aja ditilep.  Masa nilep cuma 30 persen? Logika lu di mana bong???
 6. Kalau  memang benar saya nilep uang sedekah, kenapa kok saya mempublikasikannya  ke publik? Penjahat kan biasanya berbuat diam-diam. Ini kok diumumkan  ke publik? Logika lu di mana bong???
 7. Semua jenis penipuan,  pasti ada KORBANnya. Jika saya emang benar nilep uang sedekah. pasti ada  korban yang uangnya ditilep kan? Nah, sekarang coba tunjukkan siapa  korbannya? Silahkan dicari. Kalau ketemu, ajak dia ke kantor polisi  untuk melaporkan saya.
 8. Kalo ente cuma berkoar-koar "jonru  nilep uang sedekah" tapi cuma berani koar-koar doang, tak pernah berani  melaporkannya, ya berarti ente PECUNDANG. TUKANG GOSIP MURAHAN.
 9. Ada juga haters yang menantang saya, "Kalau ente dituduh nilep uang sedekah, ayo buktikan dong bahwa ente tidak nilep."
 Hehehe... logika macam apa tuh? Justru orang yang menuduhlah yang harus membuktikan tuduhannya.
 Kalau ada orang yang dituduh, lantas dia pula yang harus membuktikan, berarti saya boleh dong berkata: