Mohon tunggu...
Ahmad Khoiron
Ahmad Khoiron Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Rumah

9 Agustus 2017   08:43 Diperbarui: 9 Agustus 2017   19:23 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mbah Naryo Sendiri yang bilang... "

"Omongane Mbah naryo iku ngawur, kalau begitu panggil saja Naryo, biar jelas masalahe...."

****

Tidak lama berselang, Mbah Naryo datang bersama Edi ke rumah Pak Misdi. Edi dan Pak Misdi pun duduk di ruang tamu, yang saat itu sudah ada Pak Misdi dan istrinya.

"Mbah Naryo.. sampean saya datangkan ke rumah saya, untuk menjelaskan omongannya sampean yang mengatakan kalau sampean mendapat uang dari saya..." Buru-buru Pak Misdi ingin tahu penjelasan Mbah Naryo.

"Ngapunten, sebelumnya Pak Misdi... sekitar 1 tahun yang lalu, waktu itu Pak Misdi pernah menyuruh saya untuk membersihkan rumah bapak, dan saat itu saya menemukan sebuah cincin akik dengan mata merah, setelah saya beri tahu bapak, bahwa ada cincin merah. Dan ternyata bapak memberikannya kepadaku... masih ingatkan?" Mbah Naryo mencoba menjelaskan.

"Iya.. saya ingat, terus kenapa dengan cincin itu?" tanya Pak misdi

"Setelah cincin tersebut saya bawa pulang, seminggu kemudian Ngatijem (putri semata wayang Mbah Naryo) yang bekerja di Surabaya, tahu kalau ada cincin itu, kemudian menawarkannya kepada juragannya yang di Surabaya, sebab kata Ngatijem juragannya itu kolektor barang-barang antik."

"Setelah dibawa ke Surabaya, juragannya langsung menawarinya dengan harga 250 juta, nggeh Ngatijem langsung mengiyakan, karena akik tersebut ternyata adalah jenis merah delima...." Mbah Naryo tampak puas menjelaskannya.

"Oalah... beg... itu to alasannya.... wes di.. Edi... kamu sudah tahu ceritanya kan? Karena itu, jangan langsung menuduh orang, tanpa tahu sebab-musababnya! Sekarang sudah jelas kan?" timpal Pak Misdi dengan menatap Edi.

Edi yang awalnya emosi, setelah mengetahui asal muasal uang tersebut, ahirnya mukanya memerah dan salah tingkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun