Berbagai permasalahan dalam buku teks tersebut justru melestarikan budaya bisu bagi peserta didik. Budaya bisu berupa ketidak pekaan peserta didik terhadap isu-isu sosial yang ada di lingkungan sekitarnya. Sehingga situasi mengarah pada sikap tunduk pada sebuah sistem dan tidak memunculkan kreativitas dari peserta didik.
Akses pendidikan
Melihat kondisi pendidikan saat ini, fasilitas pendidikan lebih terkesan hanya diperuntukan bagi kelas menengah atas. Hal ini dikarenakan nilai-nilai kapitalisme sudah merambah pada sistem pendidikan. Sehingga kesan yang muncul adalah pendidikan dijadikan sebagai lahan bisnis. Hal ini dapat diibaratkan sekolah sebagai bank dan peserta didik sebagai penabung.
Selain itu kurangnya peran pemerintah dalam memeratakan pendidikan menjadi faktor pendorong bagi swasta untuk ikut serta membangun pendidikan. Namun, hal itulah yang justru menjadikan pendidikan sebagai lahan bisnis. Lahan bisnis ini dicerminkan dari semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk menempuh pendidikan maka semakin lengkap pula fasilitas yang didapatkan. Sehingga banyak lembaga pendidikan yang mencoba menawarkan berbagai fasilitas menarik di sekolah. Selain minimnya akses dan masih kurangnya peran pemerintah, pendidikan di Indonesia ini khususnya pendidikan IPS masih terjadi banyak kesenjangan. Salah satu kesenjangan yang terjadi adalah adanya kesenjangan kualitas pendidikan antara wilayah kota besar dengan wilayah di daerah pinggiran.
Pendidikan merupakan suatu sistem, dimana sistem ini memiliki tujuan yang harus didukung dengan berbagai sub sistem yang sesuai dengan kualifikasi. Sub sistem dalam sistem pendidikan berupa guru, siswa, kurikulum, akses, fasilitas, dan lain sebagainya. Namun, yang terpenting adalah sesosok guru sebagai peramu dalam sistem pendidikan. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Untuk itu guru harus menguasai nilai-nilai yang akan ditanamkan dalam peserta didik. namun yang terjadi guru inovatif dalam pembelajaran justru teralienasi oleh sebuah sistem. Karena guru harus tunduk dengan sistem, jika guru mengkhianati sistem yang berlaku, guru tidak terfasilitasi untuk menanamkan nilai-nilai yang diharapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H