Halo selamat pagi semuanya, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya dalam bertemu dengan pemuka salah satu agama yang ada di Indonesia. Yaitu agama buddha.Â
Yaps, kali ini saya bersama teman - teman saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan salah satu biksu di salah satu Vihara di Kota Batu.Â
Tepatnya di Vihara Dhammadipa Arama yang berlokasi di Jln. Raya Mojorejo No. 44, Mojorejo, Kec. Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur. Artikel ini merupakan cerita hasil wawancara kami dengan biksu tersebut.
Pertama, kami menanyakan tentang awal mula agama Buddha di tanah air tercinta kita. Beliau menjelaskan bahwa awal agama Buddha di Indonesia berawal dari masa Kerajaan Majapahit. Dari penelitian yang diketahui agama Buddha terlahir pada abad ke-6 sebelum Masehi di Nepal.Â
Pencetus agama ini adalah seorang kesatria bernama Siddharta Gautama. Agama ini muncul dari perpaduan berbagai kebudayaan seperti kebudayaan helenistik (Yunani), kebudayaan Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Tenggara.Â
Dalam agama Buddha terdapat semboyan "Siwa Buddha Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa" yang memiliki arti sebuah perbedaan bukan berarti pertentangan, namun ini merupakan kesatuan.Â
Kemudian kami bertanya mengenai kehidupan, beliau menegaskan bahwa dalam kehidupan ini hal penting yang harus kita siapkan adalah apa yang kita harus siapkan untuk kehidupan selanjutnya. Seiring waktu berjalan, manusia akan semakin menua dan sakit - sakitan hingga suatu saat pasti akan bertemu dengan yang namanya kematian.Â
Di kehidupan selanjutnya tidak ada apa - apa yang akan kita bawa selain amal kebaikan yang kita tabung di dunia. Mereka dalam agama Buddha percaya bahwa  setelah kematian mereka akan terlahir kembali di alam bahagia atau alam derita.Â
Semua itu tergantung dari amal perbuatan yang dilakukan seseorang tersebut saat hidup di dunia. Hal inilah yang paling penting dalam kehidupan beragama. Seluruh agama pasti mengajarkan dan mengajak seluruh umatnya untuk berbuat baik dan menjadi orang baik.
Dalam agama Buddha, mengajarkan orang menjadi baik bukan menjadi orang yang kaya. mengajarkan untuk selalu berbagi berbalas kasih kepada sesama terutama kepada yang membutuhkan dan melarang hal-hal yang jahat seperti mencuri, menganiaya, mencaci, mencela, dan lain-lain. Agama juga mengajarkan untuk hidup bersama, saling merangkul dan menyenangkan orang lain.
Selain tempat ibadah Vihara Dhammadipa Arama juga merupakan tempat bermeditasi baik itu dari kalangan murid Vihara ini sendiri maupun orang luar. Meditasi dalam agama ini diartikan sebagai latihan untuk membersihkan kotoran batin dalam diri.Â
Dengan meditasi di sini seseorang bisa merenungkan dosa-dosanya, merenungkan hal-hal buruk yang ada dalam dirinya juga serta merenungkan kehidupan akan seseorang tersebut. Apa aja sih yang dilakukan saat bermeditasi?Â
Beliau menjelaskan bahwasanya meditasi dilakukan dengan cara duduk seharian, kemudian berjalan tanpa berbicara sedikitpun baik itu saat makan atau saat minum, saat beraktivitas dan jikalau mereka berbicara, meditasi ini akan dianggap sia-sia. Mereka hanya boleh berbicara kepada instruktur meditasinya saja.Â
Dengan meditasi hati orang tersebut akan tahu bahwa sebentar lagi dia akan tua, akan sakit, dan mati. Dan yang perlu disiapkan yakni beramal baik dan selalu menjadi orang yang baik. Agama Buddha sangat menganjurkan meditasi saat seseorang ingin membersihkan kotoran batin di hati mereka.Â
Akan tetapi, sering tidaknya seseorang melakukan meditasi itu tergantung pada kebutuhan pribadi masing-masing. Terkadang bisa seminggu sekali atau lebih sering dari itu. Tapi, bagi orang yang mengerti bahwa meditasi itu sangatlah penting, dilakukan sepanjang masa.Â
Untuk masa waktu meditasi biasanya sekitar 1 minggu, 2 minggu bahkan hingga 2 bulan. Semakin seseorang bermeditasi maka dia akan semakin mengerti bahwa hakikat hidup Ya seperti yang sudah disebutkan tadi dan juga ia akan makin bersih hatinya.
 Saat proses meditasi pun akan dilakukan interview pada setiap harinya. Meditasi biasanya mulai dilakukan dari pukul 03.00 pagi hingga pukul 21.00 malam kemudian barulah seseorang tersebut istirahat.
Di Vihara Dhammadippa Arama selain sebagai tempat peribadatan masyarakat beragama Buddha, di sini juga terdapat pondok pesantren khusus umat beragama Buddha yang dihuni oleh 100 orang lebih baik lagi maupun perempuan.Â
Semua murid yang belajar di vihara ini semuanya di gundul tanpa terkecuali dengan sesuai peraturan yang ada. Biksu mengatakan bahwasanya alis pun ikut di gundul.Â
Dengan melakukan pencukuran rambut hingga alis hal tersebut dimaksudkan untuk mengajari para murid bahwasanya sebenarnya tubuh manusia itu kotor.Â
Beliau menegaskan bahwa inilah resiko hidup karena sudah lahir, sakit, tua kemudian mati. Beliau menegaskan juga bahwasanya jika seseorang sudah membersihkan hatinya dan sudah memiliki banyak amal baik maka mati kapan saja juga oke karena mereka meyakini bahwasanya apabila banyak amal baik yang sudah kita lakukan dan kita tulus maka kita akan lahir di alam yang bahagia.
Di Vihara ini santri maupun santriwati wajib memakai pakaian orang Budha pada umumnya. Biksu menjelaskan bahwasanya mereka hanya boleh memiliki dua lembar pakaian saja. Satu untuk dipakai dan satunya lagi untuk dicuci.Â
Bahkan mereka keluar pun mereka juga masih mengenakan pakaian tersebut. Untuk mengetahui mereka udah ganti baju ya ketika pakaian mereka sudah bahu aja.Â
Pakaian Budha yang mereka pakai ada dua macam, yakni berwarna orange digunakan untuk laki-laki dan pakaian berwarna putih digunakan untuk perempuan. Mereka yang belajar di vihara tersebut kebanyakan seorang mahasiswa S1.Â
Jadi mereka di sana selain belajar agama mereka juga kuliah. Adapun untuk lanjut atau tidak di vihara dan Universitas tersebut kembali kepada keputusan pribadi masing-masing. Mereka boleh keluar dan bekerja di kementerian agama maupun pendakwah. Di manapun Vihara mereka akan diterima.Â
Selama para santri dan santriwati belajar di vihara mereka tidak boleh makan kecuali pada dua waktu saja, yakni makan pertama pada pukul 06.00 pagi dan makan kedua pada pukul 11.00 siang.Â
Setelah pukul 12.00 mereka tidak boleh makan apapun hingga saat waktu makan selanjutnya tiba. Akan tetapi mereka masih diperbolehkan minum kecuali minum susu.Â
Minum yang dibolehkan di vihara tersebut hanyalah seperti air putih, teh dan lain-lain titik Apabila mereka makan lebih dari dua kali maka dianggap sebagai melanggar aturan yang ada.Â
Untuk berpacaran di sana sangat dilarang. Alasannya karena seorang biksu pun tidak memiliki keluarga. Adapun biaya pendidikan di sana 100% tidak dipungut biaya apapun alias gratis mulai dari makan sehari-hari hingga lulus sarjana di Universitas tersebut. Semua keperluan yang ada di vihara tersebut semua sudah ditanggung.
Ya mungkin sekian dari wawancara singkat kami bersama Biksu yang ada di vihara Dhammadipa Arama yang ada di Kota Batu ini barangkali bisa memberikan wawasan baik mengetahui agama Buddha itu bagaimana dan satu pesan dari saya yakni semua agama pasti mengajarkan hal baik kepada seluruh umatnya dan Adapun kejelekan dari umatnya itu merupakan kekhilafan dari umat itu sendiri tanpa ada hubungan dari agama tersebut sekian terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI