Mohon tunggu...
Ahmad Jalil Afandi
Ahmad Jalil Afandi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru

Ketika tulisan mengubah pola pikir seseorang, maka disitulah penulis berhasil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penggunaan Media Diorama dalam Pembelajaran Tematik di Kelas Rendah Sekolah Dasar

3 Oktober 2021   21:34 Diperbarui: 3 Oktober 2021   21:37 7500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber https://ummualiyyah.wordpress.com/

Kurikulum 2013 telah disahkan oleh pemerintah lewat Menteri Pendidikan Nasional dan dijalankan sepenuhnya pada tahun pelajaran 2014/ 2015. Salah satu kebijakan yang sangat krusial adalah penerapan pembelajaran model tematik di seluruh kelas sekolah dasar kecuali kelas empat dan enam. Hal tersebut berarti bahwa pembelajaran tematik yang dulunya hanya diterapkan di kelas rendah, pada kurikulum 2013 akan diterapkan di kelas tinggi. Padahal banyak keluhan dari guru kelas rendah yang menerapkan pembelajaran tematik tersebut. Salah satu yang dikeluhkan adalah sulitnya media pembelajaran yang digunakan. Karena tidak semua sekolah dan lingkungannya sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Di samping itu banyak guru kelas di sekolah dasar tidak bisa membuat media pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

KARAKTERISTIK SISWA KELAS RENDAH SEKOLAH DASAR

Siswa kelas rendah adalah di mana siswa tersebut masih menduduki kelas satu sampai kelas tiga (Supandi, 1992: 44). Dalam rentang ini, siswa tersebut masih suka bermain dan lebih suka bergembira/riang (Basset, Jacka, dan Logan:1983). Hal tersebut terjadi karena siswa kelas rendah merupakan masa transisi dari masa Taman Kanak-kanak maupun PAUD. Mereka masih belum bisa diajak berpikir secara mendalam tentang materi. Dalam proses adaptasi terhadap materi, guru hendaknya menyampaikan materi dengan cara yang fun sehingga siswa tidak akan 'kaget' menerima materi yang disampaikan.

Siswa kelas rendah memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu mempelajari konsep dari berbagai disiplin ilmu yang terpisah-pisah. Sehingga dalam penyampaian materi, dimulai dari hal yang umum kemudian menuju ke hal yang khusus. Guru tidak bisa memaksakan kehendak siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.

Karakteristik yang tidak kalah penting adalah mereka belajar dari hal-hal yang konkret dan secara bertahap menuju ke arah yang abstrak. Konkret mempunyai arti sesuatu yang dapat dilihat, diraba, dicium, dan didengar oleh pancaindra. Siswa kelas rendah belum bisa untuk berpikir abstrak, mereka hanya memikirkan apa yang telah dilihatnya. Sehingga pembelajaran di kelas rendah sebaiknya menggunakan media pembelajaran supaya materi yang disampaikan oleh guru akan dipahami oleh siswa sepenuhnya.

PEMBELAJARAN TEMATIK

Pendekatan tematik adalah pendekatan holistik, yang mengombinasikan aspek epistemologi, sosial, psikologi, dan pendekatan pedagogi untuk mendidik anak, yaitu menghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan (Udin Sa'ud dkk, 2006). Sedangkan dalam blog suaidinmath (2013) menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengombinasikan pendekatan holistik, aspek epistemologi, sosial, psikologi, dan pendekatan pedagogi yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pengalaman bermakna di sini dimaksudkan bahwa dengan pembelajaran tematik tersebut siswa bisa memahami materi yang disampaikan serta mampu mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran tematik mempunyai beberapa karakteristik, antara lain: (1) pembelajaran tematik berpusat pada siswa ( student centered ). Dalam proses pembelajaran tematik siswa dituntut untuk aktif. Siswa dituntut untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajari. Tugas guru hanya sebagai fasilitator dan atau mengarahkan siswa; (2) pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Pengalaman langsung tersebut di dapat oleh siswa ketika mereka melihat secara langsung hal yang konkret. Sehingga pemahaman mereka terbangun setelah mendapatkan pengalaman langsung tersebut; (3) pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Pemisahan yang tidak begitu jelas memungkinkan bahwa materi yang disampaikan mempunyai keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari; (4) penyajian konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan penyajian konsep tersebut diharapkan siswa mampu memahami materi secara utuh; (5) pembelajaran tematik bersikap luwes (fleksibel), fleksibilitas tersebut dimungkinkan guru tidak terpaku kepada materi tetapi lebih kepada lingkungan sekitar.

sumber Tanoto Foundation
sumber Tanoto Foundation

MEDIA PEMBELAJARAN

Media pembelajaran adalah salah satu aspek yang terpenting dalam proses pembelajaran. Kata media sendiri berasal dari kata medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dengan adanya pengertian tersebut media pembelajaran adalah sarana atau alat fisik yang digunakan oleh seseorang/guru untuk menyampaikan materi atau pengetahuan dalam proses belajar mengajar (Briggs, 1977). Hal tersebut selaras dengan pendapat Ibrahim dkk (2006) yang menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai pembelajaran tertentu. Dari deskripsi tentang pengertian media di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu atau alat yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi atau pesan dalam proses belajar sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Media pembelajaran tersebut diklasifikasikan oleh Rudy Brets sebagai berikut:

  • Media audio visual gerak, adalah perpaduan dari gambar yang bisa bergerak dan mengeluarkan suara, contohnya adalah film bersuara, televisi, animasi, film pada televisi, dan pita video.
  • Media audio visual diam, adalah perpaduan dari gambar yang diam dan bisa mengeluarkan suara, misalnya film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide.
  • Audio semi gerak, misalnya tulisan jauh bersuara.
  • Media visual bergerak, adalah media berupa gambar yang bergerak tanpa adanya suara, misalnya film bisu.
  • Media visual diam, adalah media berupa gambar yang diam dan tanpa suara apa pun, contohnya halaman cetak, foto, slide bisu.
  • Media audio, adalah media yang hanya mengeluarkan suara saja, misalnya radio, telepon, pita audio/kaset.
  • Media cetak, adalah media yang mengalami proses printing dan biasanya berupa buku, contohnya modul, buku ajar.

Berdasarkan deskripsi di atas dapat dipetakan lebih padat bahwa klasifikasi media pembelajaran yaitu: (1) media audio; (2) media visual; (3) media dua dimensi; (4) media tiga dimensi.

Sedangkan, Anderson (1997) menambahkan komputer dalam klasifikasi sendiri. Hal ini dikarenakan komputer mempunyai seperangkat yang sengaja disusun untuk menjalankan program tertentu. Sehingga program yang ada di dalam komputer merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu media.

Dalam proses KBM, ada beberapa prosedur yang di lakukan untuk menentukan media pembelajaran yang digunakan. Pertama, mencermati materi pembelajaran pada satu mata pelajaran dalam satu semester sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal tersebut dianggap penting karena dengan proses mencermati tersebut akan diketahui apa yang akan disampaikan kepada siswa pada proses KBM. Kedua, memilih beberapa metode yang dianggap tepat digunakan dalam penyampaian materi tersebut. Pemilihan metode tersebut disesuaikan dengan sifat yang dimiliki oleh siswa, waktu yang tersedia untuk penyampaian materi tersebut dan layak tidaknya media yang digunakan. Ketiga, menentukan jenis dan bentuk media pembelajaran yang akan digunakan. Penentuan tersebut disesuaikan dengan kemampuan guru dalam menggunakan dan menjalankan media tersebut. Di samping itu, fasilitas belajar lainnya seperti buku paket, LKS, dan sebagainya juga menjadi faktor pendukung dalam penentuan jenis dan bentuk media tersebut.

Dalam sumber lain menyatakan bahwa di samping deskripsi di atas ada beberapa kriteria, yaitu pertama, media yang digunakan bersifat praktis, luwes, dan bertahan. Media yang digunakan merupakan sesuatu yang mudah didapat dan ekonomis. Dengan demikian kreativitas guru sangat diperlukan dalam membuat media. Media dengan biaya yang mahal belum bisa menjamin kualitasnya baik. Kedua, mutu teknis dari media yang akan digunakan. Media tersebut hendaknya memenuhi persyaratan tertentu supaya fungsinya dapat tersampaikan kepada siswa. Media sebagus apa pun jika tidak ada informasi yang tersampaikan hanya membuang-buang waktu saja. Ketiga, pengelompokan terhadap sasaran yang melihat media tersebut. Media yang akan digunakan dalam kelas rendah dengan kelas tinggi otomatis berbeda. Sehingga perlu ditentukan terlebih dahulu kepada siapakah media tersebut ditampilkan atau disajikan.

MEDIA DIORAMA

Diorama dapat dideskripsikan:

  • Suatu sajian pemandangan dalam ukuran kecil yang dilengkapi dengan patung-patung, dan penggambaran lingkungan sekitar seperti keadaan aslinya.
  • Pameran spesimen satwa atau suatu peristiwa bernilai sejarah dalam ukuran sesuai aslinya atau dibuat lebih kecil/terbatas yang dilengkapi dengan lingkungan alam sekitarnya.
  • Suatu kotak yang melukiskan suatu pemandangan dengan latar belakang yang dilukiskan di dinding atau ditata di sekitar objek sehingga menggambarkan suatu suasana yang sebenarnya.

Dari beberapa deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa diorama adalah suatu kotak yang di dalamnya berisi dengan tiruan pemandangan atau suatu benda yang lengkap dengan sesuatu yang berada di sekitarnya. Hal tersebut dibuat lebih kecil daripada keadaan aslinya. Diorama biasanya digunakan dalam menggambarkan kejadian dan atau suatu proses supaya yang melihatnya tertarik untuk memahami isi tersebut. Media ini kebanyakan digunakan dalam museum sejarah maupun binatang langka.

Karakteristik media ini adalah wujud dari pemandangan dan atau lingkungan serta isinya sama persis dengan bentuk kecilnya. Sehingga ketika sedang melihat lingkungan sawah misalnya, diorama harus memperhatikan detail pemandangan tersebut. Dalam pembuatannya, ada beberapa yang hendaknya diperhatikan yaitu tentang ukuran diorama yang disesuaikan dengan tempat yang digunakan serta siapa dan berapa banyak siswa yang akan melihatnya. Kemudian, bahan yang digunakan juga diperhatikan. Bahan yang digunakan tidak harus baru dan mahal, bahan bekas juga bisa digunakan dan akan menambah nilai plus pada diorama tersebut. Warna pun juga diperhatikan, tentunya warna yang digunakan disesuaikan dengan keadaan pemandangan dan atau lingkungan yang akan dibuat tiruannya.

Jenis diorama ada tiga, yaitu: pertama, diorama tertutup adalah diorama yang dibatasi oleh alas/dasar dengan dinding samping kanan, dinding belakang dan dinding samping kiri. Sedangkan bagian depannya dibatasi dengan kaca transparan/bening. Sehingga jenis diorama ini hanya bisa dilihat dari sisi depannya saja. Biasanya model tertutup ini digunakan di museum-museum seperti Monas Jakarta, Monumen Yogya Kembali, Museum Satwa di Batu. Dalam bentuk sederhana yang digunakan untuk tingkat sekolah dasar dapat dibentuk model pemandangan sawah dengan latar belakang gunung dan awan yang ditata di bidang dasar serta dibatasi dinding di samping kanan, kiri dan belakang.

Kedua, diorama lipat yang dibuat dari lembaran kertas yang dapat membentuk tiga dinding yang menyatu atau suatu sudut ruangan, di mana antara dinding/ruangan samping kanan dengan samping kiri bisa dilipat (dibuka dan atau ditutup) sesuai dengan penggunaannya. Jenis ini adalah model diorama yang paling terpraktis karena lipatan tersebut bisa dibawa dan disimpan dengan mudah. Di samping itu, diorama ini sangat sulit dan memerlukan kesabaran dalam membuatnya karena harus tepat ketika melekatkan pola di kertas dinding. Di bawah ini salah satu contoh diorama lipat dengan tema rumah dan lingkungannya.

Ketiga adalah diorama terbuka adalah diorama yang tidak dilengkapi oleh dinding batas pandangan seperti halnya kedua jenis sebelumnya. Diorama jenis ini karakteristiknya hampir sama dengan maket yaitu suatu penggambaran suatu objek di atas bidang datar.


PENGGUNAAN MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH

Dalam penggunaan media diorama, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan tema yang akan disampaikan kepada siswa. Penentuan tema tersebut sejalan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru sebelumnya. Setelah tema telah ditentukan, langkah kedua adalah membuat perencanaan pembuatan diorama terlebih dahulu. Mulai dari pemilihan dan pembelian bahan, warna, serta menentukan jenis diorama yang akan digunakan. Perencanaan ini bertujuan agar guru tidak kesulitan dalam proses pembuatan diorama tersebut. Selain itu, perencanaan bertujuan agar waktu yang digunakan akan efektif dan efisien.

Setelah proses perencanaan selesai, langkah ketiga adalah proses pembuatan. Pembuatan diorama sangat memerlukan ketelatenan dan kreatifitas tinggi. Sehingga guru hendaknya mempunyai kedua hal tersebut. Jika tidak memungkinkan, bisa dialihkan kepada yang benar-benar ahli dalam pembuatan diorama. Dengan tetap pengawasan guru, supaya tema yang dibuat sesuai dengan apa yang direncanakan dan diharapkan. Pengalihan tugas tersebut bertujuan agar hasilnya akan mendekati sempurna jika guru benar-benar tidak bisa membuatnya. Ketika diorama tersebut selesai dibuat, maka guru hendaknya melakukan simulasi terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada siswa. Dikhawatirkan terjadinya beberapa kekurangan yang bisa diantisipasi pada waktu simulasi. Supaya dalam proses pembelajaran tidak ada kendala yang terlalu besar.

Setelah simulasi selesai dilakukan, langkah yang terakhir adalah proses pembelajaran dengan media diorama. Di langkah eksekusi ini ada tiga sesi, sesi yang pertama adalah sesi sebelum pembelajaran. Dalam sesi ini sebaiknya diorama tersebut ditutup dengan kain gelap. Hal ini bertujuan agar siswa menjadi penasaran terhadap diorama yang akan disampaikan. Tentunya tidak mengurangi dan merusak diorama tersebut. Kemudian sesi kedua yaitu sesi saat pembelajaran. Dalam sesi ini siswa dibagi beberapa kelompok, lalu setiap kelompok secara bergantian. Kemudian sesi ketiga adalah setelah pembelajaran, diorama dirapikan disimpan jika lain waktu diperlukan kembali.

KESIMPULAN

Siswa kelas rendah SD memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan dan belajar dari hal-hal yang konkret. Sehingga hal tersebut sesuai dengan pembelajaran tematik yang memadukan beberapa mata pelajaran. Fungsi media pembelajaran sebagai suatu visualisasi hal yang konkret kepada siswa supaya materi yang disampaikan bisa dipahami. Salah satunya adalah media diorama yaitu media yang berupa tiruan pemandangan dan atau lingkungan dalam ukuran kecil.

 

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada.

Haryanto. 2012. Pengertian Media Pembelajaran. (Online), (http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/), diakses 06 Desember 2013.

Lestari, Yulia. 2013. Karakteristik Anak SD Kelas Rendah. (Online), (http://lestarimap.blogspot.com/2013/05/karakteristik-anak-sd-kelas-rendah_8852.html), diakses 07 Desember 2013.

Purbarini K., Sekar. 2011.  Karakteristik Siswa SD Kelas Rendah dan Pembelajarannya. (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KARAKTERISTIK%20DAN%20CARA%20BELAJAR%20SISWA%20SD%20KELAS%20RENDAH.pdf ), diakses 07 Desember 2013.

Suaidinmath. 2013. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA KURIKULUM 2013. (Online), (http://suaidinmath.wordpress.com/2013/09/03/pembelajaran-tematik-terpadu-pada-kurikulum-2013/), diakses 07 Desember 2013.

Sumanto. 2010. Media Pembelajaran di SD. Malang: PHK S1 PGSD-A FIP Universitas Negeri Malang.

Uukurniawati. 2013. Konsep Dasar Pembelajaran Tematik. (Online), (http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik/), diakses 07 Desember 2013.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun