Belajar merupakan salah satu kewajiban setiap manusia. Tanpa belajar manusia tidak akan mengetahui hal yang baru dan aktifitas yang berkembang dimasyarakat. Belajar dapat menjadikan manusia dikatakan sebagai manusia. Karena dengan belajar manusia bisa membedakan hal yang baik dan buruk.Belajar dapat dilakukan dimanapun tidak harus di sekolahan hanya saja secara formal jenjang pendidikan kita mulai dari TK(taman kanak-kanan) , SD(sekolah dasar), SM(sekolah menengah pertama), dan SMA(sekolah menengah atas) yang lain sederajat. Bahkan bagi masyarakat menengah keatas jenjang pendidikan sampai ke bangku kampus atau perkuliahan.
Belajar pada jenjang formal sudah menjadi kewajiban. Karena sekarang sudah diberlakukanya wajib belajar 9 tahun. Dalam proses pembelajaran pasti akan ada yang namanya penilaian. Penilaian yang ramai diperbincangkan dikhalayak umum adalah soal UJIAN NASIONAL (UN) penyetaraan soal dipelosok daerah berdasarkan standar Nasional.
Rencana dari mentri pendidikan Bapak Nadiem Makarim bahwa tahun ajaran 2020/2021 Ujian Nasional akan diganti dengan Assesment. Assesment adalah bentuk penilaian sama dengan UN hanya saja sekolah mempunyai wewenang penuh dalam proses pembuat soal dan pelaksana penilaian.
Penilaian atau ujian merupakan salah satu hal yang ditakuti oleh sebagian besar siswa. Dikarenakan penilaian dimaknai sebagai tolak ukur pemahaman secara kognitif yang berdampak pada naik kelas atau lulus sekolah. Sedangkan penilaian sikap dinilai oleh guru melalui keseharian belajar. Penilaian yang biasanya dilakukan oleh sebagian besar guru menggunakan soal pilihan ganda, isian singkat, dan uraian sudah biasa dimata siswa.
Zaman milenial seperti ini saatnya guru kreatif dalam melakukan penilaian. Mulai mencoba penilaian dengan berbagai hal, bisa dengan diskusi kelompok yang kemudian dilanjutkan presentasi. Observasi langsung ketempat yang disesuaikan dengan materi. Pembuatan makalah, kliping atau bahkan penilaian pembelajaran menggunakan soal ulangan yang dibuat TTS (teka teki silang). Akan membuat siswa lebih tertarik untuk mengerjakanya.
TTS (teka-teki silang) merupakan hal yang sudah lama ada biasanya terdapat dalam koran maupun majalah. Bagaimana jika dijadikan penilaian dalam pembelajaran yang ada disekolahan. Pasti akan menarik bagi siswa apalagi bagi mereka yang belum pernah mengisi TTS. Karena mengisi TTS bukan hanya soal pengetahuan tapi juga soal keterampilan agar setiap huruf disesuaikan dengan kolom yang sudah disediakan.
Tingkat kesulitanya sendiri untuk penilaian berbasis TTS sangat bisa disesuaikan. "Ini salah satu hal baru dan menarik, sulit sih dari pada isian tapi lebih menantang" menurut Daffa salah satu siswa SD yang mengerjakan soal tersebut. Keseriusan dan semangat siswa akan bertambah karena disisipkan hal yang baru mereka lakukan dalam pembelajaran.
Sekecil apapun perubahan dalam pembelanaran maupun penilaian dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Untuk itu penulis ingin menyampaikan bahwa kondisi anak sekarang mudah sekali bosan dengan cara yang lama maka guru dituntut untuk kreatif dalam pembelajaran maupun penilainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H