Selulosa Mikrobial dari Limbah Cair Tapioka
Dalam setiap 1 ton singkong sebagai bahan baku tapioka, akan dihasilkan limbah cair sebanyak 19.100 liter. Tentu kita dapat membayangkan seberapa banyak limbah cair yang dihasilkan jika, sebagaimana rilis Deptan (2015), total singkong yang digunakan mencapai 6,8 juta ton.
Limbah cair tapioka dapat dimanfaatkan untuk produksi nata de cassava, jenis selulosa mikrobial yang potensial untuk bahan baku kertas. Beberapa publikasi ilmiah menunjukan kertas dari selulosa mikrobial lebih baik dari kertas Acacia mangium, terutama pada aspek kekuatan tarik, kekuatan sobek, serta daya serap air.
Bagaimanakah keterkaitan antara limbah cair tapioka dengan kredit karbon? Pemaparan berikut akan sedikit lebih rumit. Pemetaan saving karbon berdasarkan publikasi ilmiah salah satu guru besar IPB, Prof Khaswar Syamsu.
Landasan awal ialah penggunaan limbah cair tapioka dalam wadah berukuran 30x30 (cm2), dengan inkubasi selama 7 hari, akan dihasilkan 800 gram serat nata de cassava dan rendemen pulp sebanyak 38,1%. Jika digunakan lahan 1 hektar dan susunan sebanyak 3 rak, maka akan diperoleh pulp sebanyak 105,7 ton per tahun. Pulp dengan jumlah tersebut setara produksi kayu Acacia mangium sebanyak 138,5 ton per tahun.
Dalam setahun, diperlukan 8,9 hektar lahan untuk menghasilkan 138,5 ton kayu Acacia mangium, setara dengan 14,798 tegakan pohon Acacia mangium. Satu tegakan pohon Acacia mangium mampu menyerap 0,14 ton CO2 per tahun, sehingga total penyerapan CO2 ialah 2,071 ton.
Dengan segala keruwetan hitungan matematis diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap 1 hektar lahan untuk memproduksi kertas dari limbah cair tapioka, akan diperoleh saving CO2 sebanyak 2,071 ton per tahun.Â
Jumlah inilah yang dapat kita perdagangkan sebagai kredit karbon dalam skema Emission Trading System (ETS). Terdapat dua platform pemasaran yang dapat digunakan, yaitu European Union Emission Trading System (EU ETS) dan New Zealand Emission Trading System (NZ ETS).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H