Mohon tunggu...
Ahmad Haiqel
Ahmad Haiqel Mohon Tunggu... Penulis - 𝓼𝓮𝓭𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓲𝓭𝓾𝓻

Selamat datang di medium subjektif, tapi terkadang objektif juga.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Korsel Mulai Menginvasi Dunia, Indonesia Kapan?

11 Oktober 2021   06:48 Diperbarui: 11 Oktober 2021   06:56 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : instagram/@netflixkr

Sejauh apa kalian tau tentang Korea Selatan?

Baju tradisionalnya? Udah pada tau, kan?

Makanannya? Yaa pasti lebih tau.

Bahasanya? Waduh pasti hapal minimal 1-2 kata.

Destinasi wisatanya? Jangan ditanya, deh.

Drama Korea (Drakor) Hometown Cha-Cha-Cha masih hangat di jagat dunia maya. Sebelumnya, perseteruan antara tim Suho dan tim Seo-Joon di drama True Beauty juga hangat hangat kuku.

Tapi yang paling berasa, sih, konflik antara netizen tim Nam Do San dan tim Han Ji Pyeong di drama Start-Up. Oh, ternyata drama juga bisa membelah netizen, saya kira cuma pemilu yang bisa membelahnya.

Meningkatnya peminat Drakor juga ga terlepas dari peningkatan kualitas produsen perfilman negeri ginseng tersebut. Bayangin aja, perusahaan film sekelas Netflix makin sering memproduksi Drakor yang ga bercanda.

Drakor teranyar dan yang paling hot akhir-akhir ini, Squid Game, juga menyedot banyak penonton Indonesia, gengs. Meski isinya penuh dengan pembunuhan, nyatanya jutaan orang tetep nonton, tuh.

Tapi kemungkinan, sih, banyak orang yang tetep mutusin untuk nonton karena inti dari drama ini adalah memperebutkan hadiah berupa uang yang ga sedikit.

Drama cinta membelah kita, drama uang menyatukan kita. Dasar, kamu!

Tapi pada tau ga, sih, drakor awalnya dibuat sebagai alat propaganda pemerintah. Kira-kira kalo di Indonesia tuh, ibarat TVRI di zaman orde baru gitu.

Hari demi hari, tahun demi tahun, drakor berubah dari alat pemerintah menjadi.. Alat pemerintah juga!

Bedanya, kalo dulu pemerintah campur tangan secara langsung dalam produksinya guna memberikan edukasi dan "beberapa hal" lainnya kepada masyarakat. Namun sekarang, invasi budaya, bro!

Kalian sadar, nggak? Kebudayaan Korea Selatan udah menginvasi kalian melalui drakor. Bayangin kalo 1% aja penonton The Penthouse impor barang ori Korsel atau liburan ke Korsel, berapa banyak cuan yang pemerintah Korsel dapat?

Selain cuan, pasti ada kebanggaan tersendiri di tiap warganya. Kalian juga pasti seneng kalo ngeliat warteg di Los Angeles, misalkan, atau bangga ngeliat rumah makan padang di Tokyo, kan?

Apalagi warga Korsel yang datang ke Kebayoran Baru, tengok kiri-kanan, pasti dalem hati, "Woww, berasa di rumah nenek".

Selain dunia perfilman, aliran musik Korsel alias KPOP juga semakin menginvasi dunia, gengs. Bahkan, dipastikan setiap harinya kata kunci mengandung KPOP selalu hadir di Trending Twitter Indonesia.

Sayangnya kebutuhan masyarakat akan film dan serial yang oke masih belum bisa dipenuhi produsen dalam negeri, gengs. Padahal, lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia itu anak muda, yang bisa dipastikan anti sinetron alay serta ga masuk akal (senggol, dong!).

Tapi, mau gimana yaa, kayanya sebagian besar penikmat film juga menikmatinya dengan cara haram. Hei!

Lihat aja, deh. Tunggu Drakor Jisoo-nya Blackpink, Snowdrop, dirilis, dan cek berapa banyak channel Telegram yang nyediain serialnya secara ilegal.

Jangan lupa juga web warna-warni yang turut posting film dan serial secara haram. Iya, web yang isinya iklan judi semua.

Iklan judi itu haram, ditambah film ilegal juga haram, haramnya jadi dobel. Hei!

Yang pasti, sekian pemain industri perfilman sekaligus filmnya sendiri yang udah beberapa kali mejeng di pasar internasional, bukti kalo kita juga bisa "invasi" dunia, kok.

John Wick ngomong dua kata bahasa Indonesia aja, sebagian masyarakat bangga banget, tuh. Bayangin kalo film dalam negeri, dari awal sampe akhir pake bahasa Indonesia, ditayangin di seluruh teater di Amerika Serikat.

Warga Amerika pasti akan tau Indonesia itu bukan sebatas Bali, atau bahkan baru tau kalo Bali itu ada di Indonesia.

Bayangin kalo mereka kepengen beli batik, makan rendang, atau sampe kepengen belajar jaipongan.

Iya, bayangin aja dulu.

Potensi daya jual kekayaan dan kebudayaan Indonesia ke pasar internasional itu mungkin pake banget, kok. Tinggal kita aja nih, wahai netizen yang baik dan juga yang julid, mau dukung produksi dalam negeri apa engga. Yuk mari rubah kebiasaan "kita" untuk nonton film secara haram menjadi halal.

Sebaliknya, sajikan kami minimal adaptasi film atau serial Korsel ke Indonesia dulu, deh. Kalo udah oke, pasti netizen juga bakal merapat dengan sendirinya, kok.

Apalagi kalo film atau serial murni buatan dalam negeri dengan kualitas yang sama. Jangankan kami beli, ikan bawal sayur terong, kalian jual kami borong!

Semoga Indonesia bisa segera menginvasi dunia, aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun