Mohon tunggu...
Ahmad Haiqel
Ahmad Haiqel Mohon Tunggu... Penulis - 𝓼𝓮𝓭𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓲𝓭𝓾𝓻

Selamat datang di medium subjektif, tapi terkadang objektif juga.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ancaman Kesehatan Mental bagi Remaja Pejuang SBMPTN

8 Juli 2020   22:49 Diperbarui: 9 Juli 2020   00:12 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : getwallpapers.com

Kesehatan mental adalah isu yang masih tabu dibicarakan bagi masyarakat Indonesia. Stigma dan keapatisan masyarakat yang masih mendarah daging menyebabkan mispersepsi atas isu ini. Edukasi yang optimal dan komprehensif masih perlu digalakkan agar stigma yang muncul di masyarakat kian sirna.

Namun, seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan media sosial, berbagai lapisan masyarakat baik kalangan profesional ataupun pegiat sosial media atau yang biasa kita kenal sebagai 𝘪𝘯𝘧𝘭𝘶𝘦𝘯𝘤𝘦𝘳 mulai menggencarkan edukasi atas isu ini. Tentunya hal ini membantu pemahaman dan mengembangkan kepedulian masyarakat atas isu ini.

Sesungguhnya isu kesehatan mental ini adalah hal krusial yang masih dianggap sebelah mata. Dikutip dari Tirto.id, menurut Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), wadah berkumpulnya profesional psikologi (sarjana psikologi, magister psikologi, doktor psikologi, dan psikolog), jumlah anggotanya saat ini 11.500 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang berkisar 271 juta jiwa, tentunya hal ini sangat tidak seimbang.

Hal yang juga perlu diwaspadai adalah ancaman gangguan mental bagi remaja khususnya bagi mereka yang sedang berjuang mengikuti jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN).

Tentunya mereka memiliki berbagai latar belakang untuk memilih jalur ini. Dari keinginan pribadi hingga tekanan keluarga, mereka semua berjuang demi menjadi mahasiswa universitas impiannya. Berbagai usaha yang telah dilakukan, tekanan pihak eksternal, maupun hukum sosial sangat memengaruhi tingkat kesehatan mental tiap remaja. Terlebih saat tiba pengumuman hasil seleksi SBMPTN dan sebagian besar dari mereka tidak lolos, apa yang akan terjadi pada kesehatan mental remaja tersebut?

Gangguan mental memiliki beberapa tingkatan dengan beragam jenis gangguan. Jika dilihat dari gejala dan penyebab gangguan, berikut ini beberapa gangguan yang bisa mengancam kesehatan mental remaja tersebut.

1. Stres
     Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari luar. Sebenarnya stres adalah respon normal bagi setiap orang. Karena itu pula gangguan ini adalah gangguan yang paling berpotensi dialami bagi setiap remaja yang mengalami kegagalan di seleksi SBMPTN ini.

Karena stress termasuk gangguan ringan, cara mengatasinya pun tergolong mudah. Mengonsultasikan masalah ke psikolog atau teman dekat, olahraga ringan, bermain game atau menonton acara hiburan, hingga melakukan hal yang disenangi mampu mengatasi stress yang dialami.

2. Depresi
     Depresi bisa juga disebut sebagai tingkat lanjutan dari stres. Jika stres tak berujung hilang, maka berpotensi menjadi depresi. Seseorang bisa dikatakan mengalami depresi adalah ketika ia mengalami gejala selama lebih dari 14 hari. Adapun gejala depresi seperti merasa tak berdaya, putus asa, kehilangan rasa percaya diri, kehilangan harga diri, makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya, terganggunya jam tidur normal, hingga tindakan menyakiti diri sendiri.

Jika mengalami depresi, segera konsultasikan ke tenaga profesional seperti psikiater. Di sana anda akan mendapatkan penganganan seperti kewajiban mengonsumsi obat hingga berbagai terapi.

3. 𝘓𝘰𝘸 𝘚𝘦𝘭𝘧 𝘌𝘴𝘵𝘦𝘦𝘮
     Bisa juga dikatakan sebagai tindakan meremehkan diri sendiri atas evaluasi pribadi yang dilakukan. Ketika remaja mengalami kegagalan atas seleksi SBMPTN, tentunya ia akan mengevaluasi kemampuan diri namun cenderung dengan membandingkan nasibnya dengan teman yang berhasil lolos seleksi. Tindakan ini akan menimbulkan berbagai efek negatif, seperti menurunnya produktivitas, menjadi lebih pesimis, takut akan tantangan, hingga cenderung menjauhi teman atau orang tua sekalipun.

Mengatasi 𝘓𝘰𝘸 𝘚𝘦𝘭𝘧 𝘌𝘴𝘵𝘦𝘦𝘮 bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti meluangkan waktu untuk melakukan hal yang disenangi, menyegarkan pikiran dengan mencoba hal baru, hingga mengeksplorasi bakat yang dimiliki.

Meski tak semua remaja yang tidak lolos seleksi berpotensi mengalami gangguan mental, namun tak menutup kemungkinan mereka yang mengalami gangguan akan semakin memburuk. Mereka juga berpotensi mengalami gangguan lain seperti berikut.

1. 𝘗𝘢𝘯𝘪𝘤 𝘈𝘵𝘵𝘢𝘤𝘬
     Dikutip alodokter.com, serangan panik (panic attack) adalah munculnya rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-tiba. Kondisi yang juga disebut dengan serangan kegelisahan ini ditandai dengan detak jantung yang bertambah cepat, napas menjadi pendek, pusing, otot menjadi tegang, atau gemetar. Serangan panik dapat berlangsung selama beberapa menit atau hingga setengah jam.

Jika tidak segera ditangani, akan menimbulkan berbagai komplikasi. Adapun mengatasinya dengan cara mengonsumsi obat yang diresepkan psikiater hingga serangkaian terapi.

2. 𝘎𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘭𝘪𝘻𝘦𝘥 𝘈𝘯𝘹𝘪𝘦𝘵𝘺 𝘋𝘪𝘴𝘰𝘳𝘥𝘦𝘳
     Adalah kecemasan yang berlebihan selama lebih dari 6 bulan. Meski berawal dari kecemasan atas kelolosan SBMPTN, kecemasan lainnya bisa timbul bila tak kunjung diobati.

Pada umumnya penyebab gangguan mental disebabkan 3 faktor, yaitu :
1. Faktor biologis, yang biasanya disebabkan faktor keturunan atau kelainan hingga infeksi di otak.
2. Faktor psikologis, yang biasanya disebabkan trauma, masa lalu yang menyedihkan, hingga kehilangan atau ketidakmampuan meraih suatu hal.
3. Faktor lingkungan, yang biasanya disebabkan kehidupan keluarga yang tidak harmonis, tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, hingga penyalahgunaan NAPZA.

Selain kegagalan seleksi SBMPTN, kondisi lapangan pekerjaan pun sangat terhentak akibat pandemi COVID-19. Karena itu bagi mereka yang gagal seleksi mempunyai perjuangan tersendiri untuk mencari pekerjaan. Status 𝘧𝘳𝘦𝘴𝘩 𝘨𝘳𝘢𝘥𝘶𝘢𝘵𝘦 dan tidak mempunyai keahlian adalah masalah tambahan bagi mereka yang memilih bekerja setelah gagal lolos seleksi. Begitupun bagi mereka yang terpaksa memilih universitas swasta, tanggungan UKT dan biaya lainnya juga menjadi beban tersendiri. Tentunya itu semua menjadi kesatuan permulaan pahit bagi sebagian remaja.

Berbagai usaha dilakukan atau yang dikenal sebagai "ngambis" seperti pendalaman materi, serta pembahasannya, hingga rela tidur larut malam demi mempersiapkan diri menghadapi seleksi SBMPTN. Tak terbayang berapa banyak remaja yang berpotensi mengalami gangguan mental atas kegagalan seleksi ini. Walaupun sejatinya gangguan mental bisa diobati, namun para remaja harus meningkatkan kepedulian atas kesehatan mental mereka. Langkah preventif harus dilakukan sejak dini agar berbagai potensi gangguan mental bisa dicegah. Terlebih seleksi ini adalah seleksi tahunan yang diikuti ratusan ribu peserta yang notabene remaja.

𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘪𝘯𝘨𝘬𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘬𝘩𝘶𝘴𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘬𝘴𝘪 𝘚𝘉𝘔𝘗𝘛𝘕, 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘬𝘦𝘭 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. 𝘒𝘢𝘳𝘯𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘦𝘨𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘰𝘣𝘢𝘵𝘪.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun