Mohon tunggu...
ahmad izzulhaq
ahmad izzulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kebahagian akan nyata ketika kita berbagi dan bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Mengikuti Kegiatan Pembuatan Gula Aren

22 November 2021   15:50 Diperbarui: 22 November 2021   16:31 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pengambilan Air Nira dari Pohon Enau/Dokpri

Semarang, Desa Pledokan Kecamatan Sumowono khususnya Dusun Ngaglik  merupakan salah satu dusun yang  mata pencaharian masyarakatnya yaitu penghasil gula aren. Pembuat gula aren di Dusun Ngaglik , Pak Rusiyadi menyampaikan bahan dasar gula aren atau gula Jawa khas dusun Ngaglik merupakan air nira yang di peroleh dari pohon enau atau pohon aren.

" Di tempat lain gula Jawa atau gula merah itu dari kelapa,  tetapi sebutan gula aren atau gula Jawa disini bahan bakunya sama di peroleh dari pohon aren bukan dari pohon kelapa. Karena, disini tidak ada pohon kelapa" ujarnya pak Rusiyadi.

Soal proses pembuatan, Pak Rusiyadi bercerita proses pengambilan nira diawali dengan pengetokan atau pemukulan tangkai tandan bunga dari pangkal pohon kearah tandan bunga. Hal tersebut dilakukan selama satu bulan atau sampai bunga berguguran.

Diawali dengan rentang waktu pada minggu pertama yakni dua kali dalam seminggu. Setelah itu dilanjutkan satu minggu sekali hingga adanya tandan bunga dari tandan yang berguguran. Proses pemukulan ini dilanjutkan untuk melemaskan pori pori atau jalur air nira yang akan keluar. Agar keluarnya lancar dan lebih deras.

Setiap melakukan pengetokan diakhiri dengan mengayunkan tandan yang bertujuan untuk meratakan hasil dari pemukulan atau meratakan pelemasan jalur dari air nira. Proses pemukulan dilakukan kurang lebih 30 menit.

Setelah itu dilakukannya proses penyadapan, yaitu proses pengambilan air nira dari pohonnya. Pohon enau yang siap disadap niranya ditandai dengan mengeluarkan aroma harum. Aroma itu berasal dari tanda bunga jantan yang berdampingan tumbuh dengan tanda bunga betina.

Untuk mengambil air nira, biasanya pohon aren disadap dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari.

" hasil pengambilan(nderes) air nira (badek) setiap pagi dan sore tidak tentu banyaknya air nira yang keluar, kadang banyak kadang 2 liter , biasanya tergantung kualitas pohonya. " ujar Pak Rusiyadi.

Air nira yang telah terkumpul kemudian disaring terlebih dahulu agar lebih bersih. Lalu dibawa ke tempat pemasakan. Air nira yang telah disaring ini akan direbus di atas wajan yang besar dan dengan api yang sedang. Cairan gula harus sering diaduk selama proses rebus nya.

Pada proses pemasakan air nira, masyarakat Dusun Ngaglik masih menggunakan cara tradisional. Yaitu , dengan memakai tungku dengan bahan kayu bakar. Lama pemasakan sekitar 4-5 jam, tergantung pada bentuk tungku dan besarnya api.

Nira aren yang sedang dimasak jangan lupa untuk sambil sesekali diaduk, agar tidak gosong dan mencegah hasil gula terasa pahit. Ketika mendidih, nira yang sedang dipanaskan ini akan mengeluarkan buih. Untuk mencegah meluapnya buih nira saat dimasak.

Setelah direbus beberapa lama, cairan gula akan berubah warna secara perlahan menjadi warna cokelat. Cairan gula yang sudah berubah warna kecokelatan pun akan mengeluarkan letupan - letupan kecil seperti magma.

Untuk menguji apakah nira yang telah sudah bisa dicetak atau belum. Caranya larutkan sedikit nira yang dimasak ke dalam air bersih dingin. Jika air nira langsung membeku, maka gula merah siap untuk di cetak. Jika nira, belum cukup siap untuk dicetak, menyebabkan gula aren nantinya mudah berjamur. Nira yang telah menjadi cairan gula tersebut kemudian dapat dituangkan ke dalam cetakan. Cetakan dapat menggunakan batok kelapa atau mangkok plastik yang berukuran sedang.

Selanjutnya gula aren yang sudah membeku di cetakan, dibiarkan satu malam hingga dingin, baru bisa dibungkus. Jika gula aren dibungkus dalam keadaan panas, membuat gula menjadi lembab dan mudah berjamur.

Setelah itu biasanya di bungkus memakai plastik yang berisi 10 Kg gula aren atau sesuai pesanan konsumen. Masyarakat Dusun Ngaglik dalam memasarkan gula aren melalui konsumen langsung atau melalui toko .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun