Mohon tunggu...
Ahmad Izzuddin
Ahmad Izzuddin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STITMA Blitar, Penikmat Kajian Filsafat, Pendidikan, dan Cinta

Hamba dhoif yang selalu berusaha mengenali diri sendiri dan menyelami hakikat hidup

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menciptakan Ketenangan dan Kebahagiaan dengan Stoicism

23 September 2023   19:25 Diperbarui: 23 September 2023   20:10 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat dalam perjalanan dan kita terjebak kemacetan, kemacetan adalah keadaan yang tidak bisa kita kendalikan, jangan lama-lama memikirkan kemacetan apalagi mengumpatnya, tetapi kita pikirkan bagaimana reaksi kita apakah menunggu kemacetan terurai atau kita memilih putar arah mengambil alternatif jalan lain, pikiran yang hanya fokus pada kemacetan yang tidak bisa kita kendalikan justru membuang tenaga, pikiran, dan waktu kita.

Ketika dalam perjalanan tiba-tiba hujan turun dan kita lupa tidak membawa jas hujan, jangan fokus kepada hujannya karena hujan adalah sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan, fokuslah pada tindakan atau reaksi yang bisa kita lakukan terhadap hujan agar kita tetap produktif, apakah berteduh di tempat yang ada meja dan kursi sehingga sambil menunggu hujan reda kita bisa mengerjakan tugas yang rencananya kita kerjakan ketika sudah sampai di rumah.

Saat berkirim WA hanya diread saja, atasan di tempat kerja yang temperamental mudah marah, dan sedikit-sedikit menyalahkan bawahan, teman kerja yang memalingkan muka saat kita sapa, saudara yang tidak mau menolong saat kita benar-benar membutuhkan, pasangan yang tidak komitmen dan cenderung menjadi benalu. Persepsi, sikap, dan perlakuan orang lain terhadap kita juga bagian dari sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan, jangan fokus memikirkan persepsi dan sikap orang lain terhadap kita, namun fokuslah pada reaksi apa yang seharusnya kita lakukan untuk menyikapi keadaan.

Semakin kita menyadari apa saja yang bisa kita kendalikan dan apa saja yang tidak bisa kita kendalikan, semakin kita bisa menerima apa yang terjadi dalam diri kita sendiri, semakin kita bisa menerima yang terjadi dalam diri kita maka kehidupan kita semakin tenang dan bahagia meskipun ketenangan dan kebahagiaan kita sedang dirampas orang lain. Tanpa dikotomi kendali berapa banyak tenaga, waktu, dan pikiran yang kita curahkan dengan sia-sia terhadap sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan?

2) Premeditatio Malorum

Premeditatio Malorum merupakan istilah latin yang artinya "mengontemplasikan keburukan" atau seni dalam melihat keburukan. Ajaran stoicism kedua mengajak kita untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi kemungkinan terburuk, kehilangan dan ketidaknyamanan yang datang pada diri kita. Dalam mengarungi kehidupan, sebelum melangkah harus ada perencanaan yang matang, dikerjakan sebaik-baiknya, mengerahkan daya dan upaya yang terbaik untuk mencapainya, tetapi kita juga harus mempersiapkan kemungkinan terburuk apabila kenyataannya nanti tidak sesuai dengan yang kita rencanakan.

Dalam Premeditatio Malorum, kita disuruh memprediksi dan merenungkan peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, kurang baik, kehilangan, sehingga ketika peristiwa itu menjadi kenyataan maka kita memiliki kesiapan dalam menghadapinya dan ketika peristiwa tersebut tidak terjadi, maka itu adalah bonus untuk hidup kita.

Seperti menyiapkan obat-obatan di kotak P3K kesehatan dirumah meskipun seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat. Ikut iuran asuransi BPJS kesehatan meskipun semua anggota keluarga sedang tidak memiliki riwayat penyakit. Mempersiapkan diri jika orang yang kita cintai ternyata bukan jodoh kita, apapun yang kita korbankan diniati saja sebagai wujud mencintai bukan sebagai wujud ingin dicintai, sehingga jika sewaktu-waktu kehilangan kita tetap bersyukur karena sudah memiliki kesempatan berbuat kebaikan. Mempersiapkan mental jika tidak diterima di perguruan tinggi favorit. Mempersiapkan diri jika usaha yang dirintis akan menemui kegagalan. Saat penempatan kerja di perusahaan kita harus memprediksi dan merenungkan akan ditempatkan di divisi yang mana teman kerja kita ada yang tidak se frekuensi, emosional, dan kurang empati sehingga kita lebih siap jika kenyataan sesuai yang kita prediksi agar tidak terkena serangan mental, namun jika teman satu divisi kerja ternyata semua menyenangkan maka itu bonus.

Teknik psikologis tersebut akan membantu kita lebih siap secara mental untuk menghadapi kenyataan yang tidak selalu menyenangkan, mengingat di setiap musibah yang datang ingatlah untuk bercermin dan bertanya daya upaya apa yang bisa kita lakukan guna menarik pelajaran positif dari kejadian itu, dengan begitu kenyataan apapun yang datang tetap membuat kita bahagia, sebagaimana ucapan Seneca "Bukan hal atau peristiwa tertentu yang menyusahkan Anda, tetapi persepsi Anda akan peristiwa tersebut, semuanya tergantung pada cara Anda memandang peristiwa itu." dengan merenungkan derita atau ketidaknyamanan yang akan kita terima, kita akan lebih siap menghadapinya, selain itu juga akan membantu kita bisa damai 'menikmati' kehidupan saat ini.

3) Amor Fati

Amor Fati adalah frasa latin yang bermakna "mencintai nasib" atau "mencintai takdir". Frasa ini digunakan untuk menggambarkan suatu sikap ketika seseorang melihat segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya seperti penderitaan dan kehilangan merupakan bagian dari kehidupan yang tidak perlu diratapi berlebihan mengingat semua orang mengalami hal yang sama dengan kadar yang berbeda. Ketika kita sudah menjaga uang atau HP namun terjatuh, biasanya kita berlebihan dalam kesedihan dan kesedihan itu tidak lantas menyebabkan uang dan HP yang hilang menjadi kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun