Mohon tunggu...
Ahmad Izzuddin
Ahmad Izzuddin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STITMA Blitar, Penikmat Kajian Filsafat, Pendidikan, dan Cinta

Hamba dhoif yang selalu berusaha mengenali diri sendiri dan menyelami hakikat hidup

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Kamera

20 Mei 2023   19:06 Diperbarui: 20 Mei 2023   19:14 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Kampung Coklat

Ahmad Izzuddin

Membahas tentang kamera terasa kurang elok jika tidak diawali dengan mengenal seorang ilmuwan muslim Ibn al-Haitham (965 M--1040 M), atau yang lebih dikenal dengan nama Alhazen di dunia barat, beliau hidup pada masa kejayaan Bani Abbasiyah di Baghdad, dialah penemu cikal bakal kamera modern. Al-Haitham merupakan ahli matematika dan astronom yang memberikan kontribusi besar terhadap ilmu optik dan penggunaan percobaan ilmiah terhadap camera obscura.

Dimulai dari penelitian terhadap cahaya yang memasuki ruang gelap, Haitham membuat terobosan besar dalam memahami cahaya dan penglihatan, ia kemudian menjelaskan sifat cahaya dan penglihatan melalui penggunaan ruang gelap yang disebutnya "Albeit Almuzlim" yang memiliki terjemahan latin sebagai "camera obscura" yakni perangkat yang membentuk dasar fotografi. Atas penemuannya tersebut Haitham akhirnya mampu mempengaruhi para peneliti abad pertengahan seperti Johannes Kepler, Alexander Wolcott, Roger Bacon, Rene Descartes, Christian Huygens bahkan sampai fisikawan Isaac Newton.

Begitu besarnya jasa Haitham sehingga masyarakat dunia menganugerahkan gelar kehormatan sebagai "Bapak Optik" dan mendapatkan tempat di hati masyarakat Mesir dengan sebutan "orang yang miskin dalam harta, tapi kaya raya dalam ilmu". Ilmu tentang prinsip kerja kamera yang beliau temukan lalu dikembangkan dan hari ini mayoritas umat manusia merasakan manfaat kamera secara finansial maupun secara fungsi.

Sebagian orang memandang kamera sebatas alat untuk mengabadikan suatu objek menjadi gambar yang merupakan hasil dari proyeksi pada sistem lensa, kamera juga digunakan dalam kegiatan fotografi dan dalam perkembangannya kamera digunakan untuk membentuk atau merekam suatu bayangan ke dalam film/memory card. 

Momen dan kebahagiaan terasa kurang lengkap jika tidak diabadikan melalui peranti kamera, sehingga kamera menjadi alat yang melekat pada semua orang kemanapun mereka pergi dan apapun aktifitasnya. Kamera selain sebagai perangkat yang berguna untuk mengambil dan mengabadikan momen serta kegiatan, juga memiliki makna filosofis yang begitu luas, diantaranya:

Pertama 'sakelar daya' bermakna menghidupkan akal budi

Dalam kamera ada sakelar daya yang berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan daya kamera. Tombol ini memberi pelajaran kepada kita jika ingin menjadi orang yang maju harus selalu membuka mode on atau menghidupkan akal budi, untuk selalu menambah ilmu dan memperbanyak keterampilan, selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, keluar dari zona nyaman dan menghindarkan diri dari kemapanan, membuka diri untuk belajar dari kesalahan masa lalu, belajar dari kesalahan orang lain, serta selalu lapang dada menerima masukan dan kritikan, dengan begitu hidup akan naik kelas, karena tanpa kritikan orang lain kita tidak akan maju.  Seorang Filsuf Empirisme Aristoteles mengatakan "untuk tidak dikritik cukuplah mudah, cukup dengan tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan apa-apa dan tidak menjadi apa-apa".

Kedua 'mode auto-focus' bermakna fokus

Dalam kamera ada pengaturan mode auto-focus yang berfungsi untuk mendapatkan potret gambar yang fokus dan tajam. Jika kurang tepat menggunakan mode tersebut maka hasil potret gambar akan menjadi buram dan bernoise. Semua orang pasti memiliki tujuan hidup (goal), jika ingin sukses maka harus fokus dalam menggerakkan segala daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan hidup tersebut. Bisa dengan cara menambah relasi, menambah ilmu dan keterampilan yang relevan dengan orientasi untuk menunjang mempercepat tujuan tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun