Mohon tunggu...
Ahmad Izzuddin
Ahmad Izzuddin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STITMA Blitar, Penikmat Kajian Filsafat, Pendidikan, dan Cinta

Hamba dhoif yang selalu berusaha mengenali diri sendiri dan menyelami hakikat hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati yang Mencintai Allah, Tidak Akan Membenci Sesama

15 Mei 2023   20:36 Diperbarui: 15 Mei 2023   20:55 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahmad Izzuddin

Apabila ada yang mengatakan "Aku mencintai Allah tapi masih membenci saudara/sesama, maka ia adalah pendusta karena barangsiapa tidak mengasihi saudara yang dilihatnya, tidak mungkin bisa mencintai Allah yang tidak dapat dilihatnya". Serepih kalimat dari Nabi Isa yang penulis kutip dari buku "Manusia Langit" karya murid Ustadz Fahruddin Faiz tersebut membuyarkan keyakinan banyak orang tentang hakikat mencintai Allah. 

Mengingat banyak sekali manusia yang bersaksi mencintai Allah tapi masih membenci terhadap sesama, tidak sedikit yang mengatakan mengasihi Allah tetapi masih menebar  permusuhan, bahkan ada yang menjatuhkan manusia lainnya dengan dalih atas dasar cinta kepada Allah. Lalu, apa sebenarnya maksud yang dikatakan Nabi Isa?, sebelum membahas hal tersebut, alangkah indahnya jika dipaparkan dahulu tentang makna cinta.

Cinta merupakan satu kata namun memiliki ribuan makna. Arti cinta lebih melimpah daripada bank kata dan lebih luas dari alam semesta. makna cinta tidak bisa dirumuskan secara baku, tidak ada satu jawaban tentang makna cinta yang disepakati  oleh semua orang, bahkan sang pecinta yang sesungguhnya biasanya terdiam ketika ditanya tentang arti cinta, karena banginya cinta itu hanya dapat dirasakan tetapi tidak ada kalimat yang bisa mewakili dalam ucapan. Sebagaimana yang disampaikan oleh sang pelopor cinta ilahiyah, Rabi'ah al-Adawiyah ketika ditanya pengertian cinta, ia menjawab :

"Sukar untuk menjelaskan apa hakikat cinta itu, ia hanya memperlihatkan kerinduan gambaran perasaan. Hanya orang yang merasakannya yang dapat mengetahui. Bagaimana mungkin engkau dapat menggambarkan sesuatu yang engkau sendiri bagai telah hilang dari hadapan-nya, walaupun wujudmu masih ada oleh karena hatimu yang gembira telah membuat lidahmu bungkam."

Meskipun belum ada satu rumusan makna yang bisa mewakili makna cinta yang sesungguhnya, namun dalam pemaparan ini penulis menampilkan satu arti cinta untuk memudahkan menjabarkan maksud dari ucapan Nabi Isa. Apabila disandarkan kepada Allah cinta bisa diartikan bentuk ketundukan dan ketaatan kepada-Nya. Orang yang mencintai pasti akan menurut dengan yang dicintai, jika mengatakan cinta kepada Allah berarti akan tunduk dan patuh kepada semua yang diperintahkan-Nya. Allah memerintahkan manusia untuk saling mengasihi terhadap sesama dan jangan saling membenci, maka sang pecinta akan menjalankan titah-Nya. Jika mengatakan mencintai Allah namun tidak mengikuti perintah-Nya maka cinta yang disampaikan adalah sebuah dusta.

Hubungan saling mengasihi terhadap sesama manusia merupakan manifestasi dari cinta kepada Allah. Apabila masih ada rasa benci dan dendam di hati, bagaimana mungkin ia bisa mencintai Allah yang maha suci dan hanya bisa di datangi dengan hati yang suci pula. Apabila ada yang merasa disakiti orang lain lalu ia membalas dengan menyakiti, maka seorang pelaku dan yang membalas memiliki derajat yang sama, sedangkan pembalasan tidak akan menaikkan kualitas diri. Nabi Muhammad pernah bersabda :

"demi Zat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya; manusia tidak akan masuk surga sehingga mereka beriman, dan mereka tidak dianggap beriman sampai mereka saling mencintai".

Manusia adalah makhluk sosial  yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. Kebutuhan manusia terhadap orang lain berlaku dari lahir sampai wafat. Saat lahir manusia membutuhkan orang tua untuk merawatnya, saat usia sekolah ia membutuhkan guru yang mengajarinya, saat selesai sekolah ia membutuhkan orang lain yang menampungnya bekerja, kalaupun ia mendirikan usaha sendiri maka dia membutuhkan orang lain untuk menjadi karyawannya, saat ia wafat membutuhkan orang lain yang mengantarkannya ke liang lahat. Berpijak pada fakta ini, maka cinta kemanusiaan atau mengasihi sesama manusia menjadi dasar yang sangat penting. Ibarat manusia harus seperti matahari yang menyinari semuanya tanpa membeda-bedakan.  Sebagaimana juga dipaparkan oleh Kahlil Gibran berikut ini :

"Dan manusia di mataku itu ada tiga : Pertama orang yang mengutuki kehidupan, kedua orang yang memberkatinya dan ketiga orang yang merenunginya. Orang pertama kucintai karena penderitaannya, orang kedua kucintai karena kedermawanannya dan orang ketiga kucintai karena kebajikannya."

Jika dalam hati sudah terbebas dari belenggu kebencian dan dendam terhadap sesama, maka hati manusia akan bersih dan suci, hati yang bersih dan suci menjadi ruang yang dapat dimasuki Allah. Namun jika dalam hati masih ada benci dan dendam terhadap sesama, maka maqomnya belum masuk kategori orang yang mencintai Allah, tetapi masih pra/berusaha mencintai Allah. Jika mencintai yang kasat mata saja tidak bisa, bagaimana ia bisa mencintai Allah yang tak terjangkau oleh inderanya?

Blitar, 15 Mei 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun