Mohon tunggu...
ARAYRI
ARAYRI Mohon Tunggu... Guru - Adzra Rania Alida Yasser Rizka

Sampaikanlah Dariku Walau Satu Ayat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menangkap Kupu-kupu!

7 Maret 2016   12:34 Diperbarui: 7 Maret 2016   13:17 19039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="kupu-kupu yang ditangkap"][/caption]

Inilah hobi kedua anak saya yang berumur 6 dan 5 tahun, menangkap kupu-kupu. Anak saya yang berumur 6 tahun sangat menyukai binatang, hingga dia berani memegang berbagai binatang terutama serangga dan binatang-binatang yang bisa dipegang di halaman rumah. Salah satunya adalah kupu-kupu, termasuk juga capung dan belalang. Dia juga pernah menangkap kodok tetapi saya cegah karena kodok bagi saya binatang yang beracun. Konon kata orang, pipis kodok bisa membutakan mata! (mohon maaf saya masih terpaku pada hal itu, entah mitos atau bukan) Jadilah dia hanya menangkap kupu-kupu bersama adiknya.

Hobi ini menurut saya terbilang unik. Jarang sekali anak-anak jaman sekarang yang kerjaannya menangkap kupu-kupu. Kalaupun terdengar, hanya dalam cerita, apakah itu di buku cerita atau di film. Kenapa? Salah satu alasannya adalah jarang sekali di dapat padang rumput luas di sekitar rumah atau perumahan yang bisa dijadikan tempat bermain anak-anak di jaman ini, apalagi jika tinggal di kota besar atau di apartemen. Alhamdulillah di tempat saya masih ada halaman, tepat di depan rumah, sehingga menangkap kupu-kupu jadi mudah karena banyak rumput dan pohon, yang menarik bagi kupu-kupu yang beterbangan.

[caption caption="kupu-kupu dalam akuarium tanpa air, foto pribadi"]

[/caption]

Kupu-kupu yang sedang banyak ini juga ditandai dengan banyaknya ulat yang saya temukan di sekitar rumah, termasuk nemplok juga di kaca spion, entah bagaimana caranya bisa sampai ke sana. Iya akhir-akhir ini saya menemukan banyak ulat, dengan berbagai bentuk, tetapi pada umumnya berwarna hitam dan berbulu panjang tegak-tegak. 

Jika ada ulat berarti ada kupu-kupu bukan? Karena mereka mahluk yang bermetamorfosis, atau punya daur hidup yang memungkinkan ulat menjadi kupu-kupu, Life Cycle of Butterfly, begitu kata orang Inggris. Iya dari kupu-kupu yang bertelur, kemudian telur menjadi ulat, ulat menjadi kepompong dan kemudian kepompong menjadi kupu-kupu yang indah. Kupu-kupupun menarik perhatian manusia, seperti anak saya ini yang akhirnya menangkap dan menaruhnya di akuarium tanpa air berserta belalang, capung dan serangga lainnya.

[caption caption="banyak ulat banyak kupu-kupu, foto pribadi"]

[/caption]

Kegiatan menangkap kupu-kupu biasanya mereka lakukan di hari Sabtu atau Minggu tatkala libur sekolah. Mulai dari pagi jam 8 sampai sore jam 3. Berbekal tutup saji kecil milik ibunya, anak-anak saya tidak lelah mengejar kupu-kupu. Mereka sudah mahir menangkapnya. Pelan-pelan dan dengan sabar diincar kupu-kupu yang sedang terbang dan hinggap di bunga, kemudian dengan sekali gerakan, hap ditangkap!

Biasanya setelah itu mereka berteriak, “Bapaaak, dapat lagi satuuu!”. Anak sayapun memasukan tangannya pada tutup saji, menggenggam kupu-kupu itu dan kemudian memasukannya dalam akuarium tanpa air. Di sana dia berikan rumput-rumputan dan juga daun-daunan agar mereka bisa makan. Tidak lupa sedikit air biar bisa minum, begitu katanya.

Sebenarnya saya sendiri bukan tipe orang yang suka menangkap dan mengurung binatang, termasuk kupu-kupu. Saya meyakini, itu salah, karena binatang-binatang itu hilang kebebasannya. Namun saya juga meyakini, jika kita memelihara binatang yang memang sudah terbentuk sebagai sebuah piaraan ya ga masalah, seperti jika kita beli kelinci atau marmut di pasar. 

Kelinci yang dijual di sana saya yakin, sudah tidak bisa hidup di alam liar lagi, jadi memang harus dipelihara manusia, sehingga jika kita membeli dan memeliharanya, kita niatkan untuk menyelamatkan hidupnya. Bagi saya itu tidak mengapa. Namun jika kita beli burung untuk dipelihara di rumah di sasangkarnya, itu tidak boleh, kenapa? Karena burung memang harusnya hidup di alam luas tidak di sangkar. 

[caption caption="Menangkap kupu-kupu membutuhkan kesabaran, foto pribadi"]

[/caption]

Bagaimana dengan yang dilakukan anak saya? Saya sendiri membiarkan mereka asik dengan kegiatannya di alam. Itu yang pertama. Berkegiatan di luar rumah apalagi di alam bagi anak-anak jaman sekarang, sangat jarang dilakukan, kalau ga dilakukan di sekolah. Di rumah biasanya anak terpaku dengan televisi dan video games, dan kalau keluar rumah, perginya ke mall ke arena bermain buatan, jarang ke taman bermain dengan alam. Membuat motorik mereka tidak terlatih untuk bergerak

. Nah ketika anak-anak saya doyan bermain di halaman dan menangkap kupu-kupu, saya biarkan. Kedua, saya ingin anak saya belajar sendiri dan sadar di kemudian hari bahwa menangkap kupu-kupu dan mengurungnya bukan sesuatu yang bagus, apalagi jika tiada maksud. Jika untuk dipelajari dan untuk ilmu pengetahuan, saya pikir tidak masalah. Biarlah dia sadar sendiri seiring umur dan pengetahuannya bertambah. Ketiga, menangkap kupu-kupu membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, oleh karena itu mereka juga belajar untuk bersabar, jika sabar hasilnya akan bagus dan jika tidak sabar, hasilnyapun bisa berantakan.

Kupu-kupu yang ditangkap anak saya dalam sehari bisa mencapai sepuluh ekor dengan berbagai warna dan ukuran, tetapi ukuran pada umumnya yang kecil, tidak besar, karena jarang juga yang besar. Bagus-bagus, dimasukan ke akuarium tanpa air. Namun biasanya tidak bertahan lama, beberapa hari kemudian, kupu-kupu itu banyak yang mati. Dan biasanya mereka protes dan sedih, ko mati. Saat itulah saya jelaskan, bahwa akuarium itu bukanlah habitat mereka yang sebenarnya jadi mereka tidak bisa hidup lama di sana. 

Binatang lainpun akan begitu. Oleh karena itu mereka harus hidup di alam bebas, di habitat sebenarnya untuk berumur lebih panjang. Begitu penjelasan saya. Apaka mereka mengerti? Bisa iya bisa tidak, hehe tetapi hari Sabtu atau Minggunya mereka tetap melakukan hal yang sama, menangkap kupu-kupu lagi. Biarin deh, pikir saya.

Sekian berbagi saya kali ini, semoga bermanfaat bagi anda, anak-anak, dan juga alam di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun