Mohon tunggu...
ARAYRI
ARAYRI Mohon Tunggu... Guru - Adzra Rania Alida Yasser Rizka

Sampaikanlah Dariku Walau Satu Ayat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengubur Ari-Ari

6 Februari 2016   08:34 Diperbarui: 6 Februari 2016   11:43 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengubur ari-ari di halaman rumah, foto pribadiSetelah istri melahirkan tempo hari, saya mendapat tugas dari orang tua untuk mengubur ari-ari. Ari-ari, yang merupakan plasenta dengan fungsi untuk menyalurkan makanan pada janin tatkala di rahim, dikatakan oleh orang tua saya, sebagai teman hidup sang bayi tatkala berada dalam kandungan (ada juga orang yang bilang kembaran bayi atau sodaranya), oleh karena itu harus diperlakukan dengan baik. Caranya adalah dengan dikubur di dalam tanah di halaman rumah.

Sebelum menunaikan tugas, saya sempatkan bertanya kepada beberapa rekan bagaimana memperlakukan ari-ari, lumayan jadi mengerti sedikit. Saya sempatkan juga bertanya kepada Syeikh (seorang ahli agama Islam) tempat saya bekerja yang berasal dari Mesir, tentang mengubur ari-ari. Jawaban beliau cukup mengagetkan. Katanya di sana, di kampungnya, tidak ada kubur-mengubur ari-ari, karena ketika keluar dari rumah sakit setelah lahiran, yang dibawa cuma bayi doang. Diapun tidak tahu mengenai ari-ari dan kebiasaan mengubur ari-ari. Oleh karena itu kesimpulan saya, mengubur ari-ari merupakan kebiasaan kita, orang sini, memperlakukan bagian tubuh dengan baik tatkala bagian tubuh itu sudah tidak digunakan lagi. 

Ari-ari harus dicuci dulu sebelum dikubur, foto pribadi

Sebelum menguburnya, saya harus membeli dulu beberapa perlengkapan di pasar. Berdasarkan perintah orang tua, saya harus membeli pot keramik tanah liat dengan tutupnya dan kain putih. Ketika membeli peralatan itu di tukang kembang di pasar, ada seorang ibu yang juga akan membeli peralatan untuk mengubur ari-ari. Beliau menyarankan saya menggunakan kembang tujuh macam untuk proses penguburan ari-ari. Saya tidak indahkan itu karena saya disuruhnya cuma beli pot keramik tanah liat dan kain putih. Setelah itu saya kembali ke rumah dan bersiap melakukan proses penguburan ari-ari.  

Berikut adalah langkah-langkah penguburan ari-ari:

siapkan peralatan, foto pribadi

Pertama, berdoa dalam hati. 

Kedua, saya siapkan alat-alat yang diperlukan, cangkul, pot keramik dengan tutup dan kain putih Jangan lupa ari-arinya juga.

Ketiga, saya bungkus ari-ari yang telah dibersihkan dengan kain putih.

Keempat, memasukan ari-ari yang telah dibungkus kain putih ke dalam pot keramik tanah liat, dan menutupnya dengan tutup pot keramik tanah liat.  

Kelima, membuat lubang di tanah halaman rumah sebesar pot tapi agak dalam.

Keenam, memasukan pot berisi ari-ari yang telah dibungkus kain putih tersebut ke dalam tanah

Ketujuh, menguruk dan menutup lubang itu dengan tanah.

Kedelapan, memberi tanda di atas tanah urukan tersebut dengan batu yang agak besar agar urukannya tidak diganggu binatang (seperti kucing)

pot keramik berisi ari-ari ditutup dan dimasukan ke dalam lubang, foto pribadi

 

Selesai     

Kata teman saya yang membantu, ada berbagai cara memperlakukan ari-ari, tergantung pemahaman dan keyakinan orang. Ada yang di atas kuburannya dipasang lampu, ada yang dihanyutkan di sungai, dan ada yang dikubur langsung tanpa dibungkus terlebih dahulu, serta ada yang pakai kembang tujuh macam seperti yang dilakukan ibu di tukang kembang tadi. Menurut saya, yang penting adalah ari-ari itu terkubur di dalam tanah dan kemudian tidak diganggu oleh binatang seperti kucing, jadi dikuburnya harus agak dalam agar tidak bau dan diatas urukannya diletakan batu besar.

Saya, secara pribadi melakukan penguburan ari-ari, lebih karena mengikuti perintah orang tua dan kebiasaan memperlakukan ari-ari dalam keluarga. Tidak melebihkan atau mengurangi, hawatir berlebihan. Setahu saya, kita harus memperlakukan dengan baik bagian tubuh kita yang sudah tidak digunakan, seperti kuku dan rambut. Logikanya, ari-ari yang juga merupakan bagian tubuh manusia, sepatutnya diperlakukan dengan baik dengan cara yang sesuai dengan keyakinan masing-masing. Saya pikir seperti itu, sekian.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun