[caption caption="gambar diambil dari en.wikipedia.org"][/caption]
Film Maggie bercerita tentang seorang anak manusia yang terkena virus zombie dan berusaha untuk mati dalam kondisi yang layak. Bagi saya, ini merupakan film yang berusaha menggambarkan kehadiran zombie dalam kehidupan nyata manusia, sehingga zombie diperlakukan lebih manusiawi. Maksud manusiawi adalah bahwa zombie pada dasarnya juga manusia yang butuh perawatan dan kasih sayang dari keluarga dan teman. Selain itu, zombie ini dibuat berbeda dengan zombie-zombie yang sebelumnya pernah ada di film-film, berbeda dari zombie yang agresif model ala Amerika, atau zombie yang dingin ala film mandarin. Zombie yang satu ini lebih kepada penyakit yang menyebabkan manusia tidak sadarkan diri sehingga membusuk dan memakan hewan atau manusia lainnya.
Manusia yang terinfeksi virus dalam film ini, akan mengalami masa perubahan dalam dirinya, dari sehat menjadi sakit, yang tidak cepat (berbeda dari film-flm zombie sebelumnya, yang sekali gigit langsung jadi buas). Mereka akan mengalami proses, mulai dari perubahan pada kulit, pada daging yang membusuk, mata yang menjadi putih, sampai pada munculnya insting meminum darah atau memakan mahluk berdarah lainnya. Dalam film ini, jika sudah parah, mereka harus masuk ke dalam ruang karantina, dimana mereka dikumpulkan dengan orang lain yang juga sudah terinfeksi. Namun ruang karantina ini digambarkan tidak manusiawi karena para penderita zombie bukannya disembuhkan malah diadu saling memakan satu dengan lainnya.
Jalan cerita dimulai dari Wade Vogel (diperankan Arnold S), seorang bapak yang punya seorang anak perempuan yang beranjak dewasa bernama Maggie. Maggie telah terinfeksi virus zombie, dan ketika Wade mengetahuinya, Wade pun membawa pulang anaknya untuk dirawat di rumahnya sendiri. Keberadaan Maggie di rumah, bukanlah hal yang mudah bagi Wade. Istrinya sempat merasa jijik, ketika Maggie memotong sendiri jarinya, namun pada akhirnya dia kasihan pada Maggie. Kemudian, polisi sempat menyatroni rumah Wade agar Maggie dibawa ke tempat karantina. Namun Wade menolak.
Maggie yang sebelumnya sudah putus asa, mendapat secercah kebahagiaan tatkala dia diajak pesta bersama teman-teman lamanya. Di sana dia bertemu temannya yang juga terinfeksi dan berbaur bersama temannya yang tidak terinfeksi. Rasa kebersamaan menghilangkan sakit yang diderita. Setelah puas bersenang-senang, Maggie pun kembali ke rumah dengan bahagia. Namun, segala daya upaya Wade tidak bisa menahan infeksi virus yang makin menjadi-jadi. Pada akhirnya, ketika penyakit tidak kunjung sembuh, Maggiepun memutuskan mati dengan bunuh diri.
Dalam film ini, Wade memperlihatkan penanganan orang yang terinfeksi virus zombie yaitu dengan pendekatan keluarga, dimana sang anak dibawa ke rumah untuk dirawat, tidak dibawa ke karantina yang tidak jelas program penanganannya. Wade juga membawa Maggie ke dokter untuk diperiksa dan diobati. Wade secara umum berusaha mewujudkan bahwa zombie ini tetap manusia yang butuh pertolongan, butuh perhatian keluarga, butuh bantuan medis, dan butuh teman dalam mengarungi masa-masa berat. Menciptakan pandangan berbeda dari zombie yang ada di film-film sebelumnya.
Apa hikmah yang didapat dari film ini?
Yang pertama bahwa penyakit di dunia itu banyak ragamnya, namun dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu yang sejauh ini ada obatnya, dan yang belum ada obatnya. Yang sudah ada obatnya penanganan lebih kepada aktivitas medis, sedangkan yang belum ada obatnya penanganannya lebih kepada hal-hal psikologis seperti pendekatan keluarga, teman, menunjukan rasa kasih sayang, peduli, dan perhatian.
Yang kedua, dalam film ini, penyakit zombie tergolong kepada penyakit yang belum ada obatnya. Jadi penanganan yang dilakukan Wade, bisa menjadi contoh kita dalam penanganan penyakit yang belum ada obatnya di dunia nyata seperti AIDS. Dalam film ini juga dicontohkan bahwa terkadang orang terkena penyakit bukan karena kehendaknya, Maggie terkena penyakit ini karena diserang zombie tentu bukan kehendaknya. Dalam dunia nyata seperti AIDS misalnya, yang walaupun secara umum orang bilang ini karena aktivitas seksual yang menyimpang, namun orang yang tidak berperilaku seks menyimpang bisa saja terkena virus karena transfusi darah misalnya, atau keturunan orang tua yang AIDS. Kalau sudah begitu kesimpulannya adalah semua orang berpotensi untuk kena, ini hikmah ketiga.
Hikmah keempat, mari sama-sama peduli terhadap orang yang sakit, walaupun sakitnya itu dipandang tabu di masyarakat, karena (Naudzubillah) belum ada obatnya atau karena penyebabnya. Karena mereka juga manusia yang juga mungkin bisa salah, khilaf, ataupun bernasib buruk.
Akhirul kalam, semoga kita termasuk orang-orang yang selalu dilindungi dan diberi kesehatan lahir batin olehNya. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H