Kemarin malam, saya mengantar istri ke dokter kandungan. Setelah sehari sebelumnya, istri mengetes kehamilan dan ternyata positif. Dokter yang kami temui adalah dokter yang menangani istri saya tatkala hamil dan melahirkan anak pertama, 5 tahun lalu. Setelah dicek dengan menggunakan USG, diketahui istri saya hamil 2 minggu. Dokterpun kemudian memberikan resep vitamin untuk ibu hamil agar janin dan istri saya kuat. Saat itu tiba-tiba istri saya bertanya,”Dok, saya perlu tes Torch ga?”
Pertanyaan itu sepertinya mengagetkan dokter. Beliaupun menjawab bahwa hal itu terserah kami, karena yang namanya tes, siapapun boleh melakukannya. Tidak ada masalah bagi ibu, paling masalahnya buat bapak, membuat kantong kering, karena tes itu mahal, “hehe” beliau becanda. Namun beliau kemudian memberikan penjelasan bahwa tes torch itu sebenarnya tidak penting untuk ibu hamil, kalaupun ada janin yang gagal itu lebih karena embrionya lemah. Lebih jauh lagi beliau mengatakan tidak ada hubungannya virus dengan kondisi janin, tidak ada base evidence yang signifikan sejauh ini.
Dokter kemudian melanjutkan bahwa dari 10 ahli, professor dalam bidang kedokteran, mungkin hanya 3 yang mendukung tes torch untuk ibu hamil, 7 lainnya tidak. Hal itu juga dirasakannya di sepanjang pengalaman karir dia sebagai dokter kandungan yang mengikuti berbagai macam kongres di dalam dan luar negeri. FYI beliau sangat senior sebagai dokter kandungan. Selanjutnya beliau tetap mempersilahkan bahwa mengikuti tes adalah hak kami, boleh-boleh saja, beliaupun memberi surat pengantar. Bisa dilihat dulu di internet mengenai tes tersebut, namun beliau mengingatkan bahwa jika kita mencari di internet, pasti banyak yang mendukung itu. Cuma yang sebenarnya mengenai tes torch publik banyak yang tidak tahu.
Sejujurnya, istri saya pernah mengalami kehamilan dengan adanya virus di tubuhnya, yaitu saat kehamilan pertama. Ketika itu istri banyak membaca internet mengenai kehamilan, dan salah satu yang dibacanya adalah mengenai tes torch. Hal itupun menjadi menjadi perhatian dan pikiran dia, sehingga istri saya memutuskan untuk menjalani tes itu. Setelah hasilnya keluar ternyata positif ada virus di tubuhnya, namun kondisi virus dikatakan sedang tidur istilahnya IGG bukan IGM. Istri saya tetap takut dan hawatir, namun kami tidak mengambil tindakan untuk perawatan. Alhamdulillah tidak ada masalah dan anak kami lahir yang pertama kemudian setahun kemudian lahir yang kedua.
Walaupun begitu, apa yang ditanyakan istri tetap menggantung, mengenai pentingnya tes torch bagi ibu hami? Jika di satu sisi dari dokter kandungan istri saya, bahwa tes itu tidak penting, bagaimana dengan yang lain, apa sih sebenarnya tes torch itu?
Berdasarkan apa yang saya pahami, tes torch adalah tes yang mengidentifikasi adanya toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex dalam tubuh manusia. Nah jika di tubuh seorang ibu hamil diketahui ada mahluk-mahluk yang disebutkan di atas, dokter akan memberikan perawatan sehingga janin akan berkembang dengan baik dan bayi yang lahir nanti normal dan sehat. Jika tidak ada perawatan, dihawatirkan janin akan terinfeksi dan bayi yang lahir tidak normal. Kondisi itulah yang ditakuti oleh para ibu hamil, sehingga kemudian banyak yang ikut tes torch dan melakukan perawatan.
Saya mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Torch di internet. Seperti apa yang dikatakan dokter, banyak informasi mengenai tes tersebut dan terutama yang mendukung. Pada umumnya berkata sama, bahwa torch penting agar diketahui masalah lebih awal dan dilakukan perawatan, tetapi memang tidak mendalam. Toh mungkin bagi kita, masyarakat, ga perlu dalam-dalam memahami masalah kedokteran. Itu tugasnya dokter atau orang-orang di fakultas kedokteran. Yang penting bagi masyarakat adalah apakah tes itu penting atau tidak.
Dengan kondisi seperti itu, saya coba membuat kesimpulan apakah ibu hamil harus menjalani ini. Menurut saya tes torch itu dijalani sebagai sebuah antisipasi terhadap kemungkinan terburuk yang terjadi ketika proses kehamilan dan nantinya ketika lahir seorang bayi. Bagi yang mempunyai pengalaman buruk, tentu menginginkan yang selanjutnya adalah yang baik. Mereka ini berhak berusaha yang terbaik untuk hasil yang terbaik, termasuk melakukan tes torch dengan tetap konsisten melakukan apa yang harus dilakukan oleh ibu hamil untuk menjaga kandungannya.
Bagi yang punya pengalaman baik, sebaiknya meneruskan pengalamannya ini dan memberitahu kepada teman-teman, ibu-ibu hamil lainnya, walau tanpa tes torch. Karena menurut pengalaman saya dan istri, kehamilan yang sehat itu lebih banyak bergantung pada faktor lain, seperti kegiatan sang ibu hamil sehari-hari, asupan/makanan yang dimakan, kesiapan mental, rutinitas berkonsultasi dengan ahli (dokter atau bidan), rutin memeriksa kandungan, melakukan senam ibu hami dan lain sebagainya.
Saran-saran dari orang tua secara turun temurun dalam keluarga besar itu juga bagus dan sebisa mungkin dituruti, seperti ibu hamil itu jaga diri, termasuk jaga mulut dan jaga kelakuan, termasuk apa kelakuan sang suami, yang seperti itu termasuk kesiapan diri kita secara mental, menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita. Bagaimana kalau istri ngidam dan minta macam-macam? kalau bisa/mampu dan masih dalam koridor yang wajar, silahkan dipenuhi. Yang inikan untuk kenyamanan sang istri dan juga kandungannya, termasuk saran-saran modern seperti memperdengarkan lagu klasik atau lantunan doa dan ibadah atau cerita-cerita yang baik pada kandungan.
Terakhir, masih banyak yang bisa dilakukan oleh ibu hamil selain melakukan tes torch. Jangan sampai dengan memikirkan tes torch secara berlebih, sang ibu hamil malah jadi stress dan pada akhirnya tidak melakukan hal-hal lain yang seharusnya dilakukan oleh ibu hamil. Namun jika dirasa perlu melakukan tes torch silahkan dilakukan. Semoga usaha ibu-ibu hamil dalam menjaga kandungan berjalan dengan baik sehingga menghasilkan generasi yang baik juga di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H