[caption id="attachment_343036" align="aligncenter" width="448" caption="belum lama sudah menganga, foto pribadi"][/caption]
Pertanyaan itu muncul ketika melihat kondisi sepatu saya kemarin. Ini ko sepatu belum genap satu semester sudah menganga minta disol, pinggirannya sudah terlepas, lemnya sudah hilang kerekatannya, air di musim hujanpun jadi mudah masuk. Padahal pada awal pembelian, saya cukup yakin akan ketahanan dan kualitasnya, karena merek terkenal plus buatan lokal. Harusnya tingkat kualitas tinggi. Kan katanya mau bersaing.
Sepatu ini saya beli seharga kurang lebih 170ribu rupiah di sebuah mall yang menjual berbagai macam pakaian, sandal, dan sepatu. Warna hitam, pas untuk seorang guru yang aktivitasnya tinggi seperti saya. Saya gunakan setiap hari untuk bekerja. Sepatu ini menggantikan sepatu lama saya yang cukup ribet penggunaannya, yaitu harus diikat dulu sebelum dipakai. Sepatu yang baru ini tidak perlu diikat atau ditempel atau direkat, cukup kaki dimasukan saja, bless, mudah dipakai!
[caption id="attachment_343037" align="aligncenter" width="448" caption="depannya sudah tidak merekat lagi, foto pribadi"]
Namun seiring penggunaannya setiap hari, sedikit demi sedikit pinggirannya mulai mengelotok. Lemnya kering dan tidak rekat. Pertama ujungnya,kemudian pinggir kanan kiri. Tadinya sepatu yang sebelah kanan, e kemudian yang kiri ikut-ikutan. Lho ko, malah menular gini?! Akhirnya dua-duanya menganga minta disol. Waduh belum 6 bulan sudah gini. Gawat!
Kata temen saya tempo hari, banyak sepatu yang dalam proses pembuatnya cuma pakai lem saja, sehingga belum lama penggunaan sudah menganga. Saran dia, kalau kita beli, sebaiknya kita jait sekeliling pinggiran dan solnya agar lebih kuat merekat dan tahan lama. Jait gimana? Pikir saya, jait baju aja saya ga becus. Maksudnya bawa ke tukang sol. Lho ko sepatu baru dibawa ke tukang sol? Ada juga sepatu yang lama, yang sudah sobek dan jebol yang dibawa ke tukang sol. Ada-ada aja masa sepatu baru dibawa ke tukang sol, asal!
Namun apa kata teman saya menjadi kenyataan. Kondisi sepatu yang menurut saya belum lama-lama amat sudah minta disol. Emang gampang nyari tukang sol? Di taman kota, biasanya ada tukang sol nangkring tapi ko pas dicari ga muncul-muncul. Mau ke mall yang ada service sepatunya, males banget, karena biasanya mahal. Akhirnya dengan kesabaran tingkat tinggi saya tunggu tu tukang sol. Tapi ga dateng-dateng, e dilalah pas mau pulang ketemu sama tukang sol. Saking ngebetnya, saya bawa juga tu tukang sol ke rumah. Bang, tolong benerin sepatu saya ya.
[caption id="attachment_343038" align="aligncenter" width="448" caption="tukang sol memperbaiki sepatu saya, foto pribadi"]
Sambil duduk di depan rumah, dengan cekatan si abang memperbaiki sepatu saya,. Pertama dia masukan lem super ke dalam bagian yang menganga, terus direkatkan, ditiup, fiuuuhh. Semoga cepet kering. Kemudian beliau ambil benang tebal warna coklat plus jarum sol yang lumayan gede, dan mulai menjahit sepatu. Mulai dari bagian belakang terus ke samping kanan, depan, kemudian belok kiri ke sebelah yang satunya lagi sampai ke ujung bagian belakang bertemu dengan jaitan awal. Siip jadi satu! Sepatu yang keduapun diolah begitu juga, sama!
Ga sampai 15 menit sepatu telah selesai. Pak, ini sudah, dicoba dulu ya! Sayapun mencoba sepatu yang sudah dijait pinggirannya. Wah lebih rekat, lebih ketat dan lebih nyaman. Si abang tukang sol emang jagonya ni. Saya melangkah ke depan ke belakang. Enak bang! Hebat euy si abang! Ngemeng-ngemeng berapa ongkosnya bang? Berapa aja dah, biasa. Begitu katanya. E berapa pak? Saya ga biasa ngesol, orang cuma punya sepasang sepatu. 10ribu Pak! Heh!? Yang bener aja, murah bener Pak? Yang kaya gini ga kena pengaruh kenaikan BBM kali ya. Ini Pak. Terimakasih!
[caption id="attachment_343039" align="aligncenter" width="448" caption="jahitannya keliatan di sol bawah, mantap lagi, foto pribadi"]
Alhamdulillah sepatu saya sudah bisa dipakai lagi dengan nyaman. Pas tadi ujan dan menginjak genangan airpun ga ada air yang masuk. Mantap! Ko bisa ya, dengan satu dua sentuhan, mengelem dan menjahit sebentar, sepatu menjadi kuat lagi! Kenapa ga dari pabriknya aja sepatu dijait. Heran, padahal ongkosnyapun ga mahal, Cuma 10rebu! Kalau masalah variasi atau tampilan, menurut saya bisa diakalin lah sehingga jaitannya ga keliatan. Kan yang penting awet. Kalau begini gimana sepatu lokal mau bersaing? Di negeri sendiripun bisa cepat rusak, apalagi kalau diekspor keluar.
Seyogyanya para produsen sepatu mengecek lagi kualitas sepatunya, terutama ke-awet-an yang bagi saya yang pas pasan, atau mungkin bagi banyak orang di Indonesia lainnya adalah yang utama. Jika nambah 10ribu doing saya pikir tidak masalah. Yang penting memuaskan konsumen. Jadi ga ada lagi sepatu yang menganga sebelum genap 6 bulan bahkan 1 tahun! Yang ada kuat sampai bertahun-tahun! Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H