Mohon tunggu...
ARAYRI
ARAYRI Mohon Tunggu... Guru - Adzra Rania Alida Yasser Rizka

Sampaikanlah Dariku Walau Satu Ayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bingung, Sekolahkan Anak di SD Mana?

6 Januari 2015   15:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:43 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_345020" align="aligncenter" width="448" caption="sekolah SD, belajar dan bermain, foto pribadi"][/caption]

Itu yang ada dalam fikiran saya. Kebetulan anak saya akan selesai TK bulan Juni, nah saat ini sedang mencari sekolah yang pas. Sebenarnya saya ga banyak nuntut sekolah kaya gimana, bagi saya yang penting anak saya bahagia dan jadi anak solehah. Bahagia berarti ke sekolah tidak membuat stress, solehah berarti rajin beribadah. Cukup simpel bukan? Namun harapan saya menjadi sulit setelah saya cek kondisi lapangan, survey ke beberapa sekolah, karena menurut saya banyak sekolah yang menawarkan bahagia tetapi kurang solehahnya, dan banyak juga yang menawarkan solehah tapi bahagianya sedikit.

Sebelumnya banyak cerita yang hinggap ke telinga saya mengenai SD jaman sekarang. Cerita kaya begini bukan cuma satu tapi banyak. Ada cerita tentang anak teman, ada juga anak tetangga, ada juga anak sodara. Ada yang bilang ga mau menyekolahkan anaknya ke sekolah yang jam belajarnya hanya beberapa jam karena dihawatirkan anaknya akan bermain terus sepanjang hari, ga bakal belajar. Akan tetapi ada juga yang memindahkan anaknya karena stress belajar di sekolah yang sifatnya full day, dan setelah bersekolah di sekolah yang jam belajarnya sebentar, dia jadi bahagia tiap harinya.

Berdasarkan masukan tersebut saya mencoba survey sekolah. Ada dua jenis sekolah, masing-masing ada plus minusnya. Yang pertama, SD negeri. Di sekolah negeri, plusnya adalah saya cukup yakin anak saya akan bahagia. Jam sekolah yang tidak lama setiap harinya, tidak akan membuat anak saya capek. Belajar pun akan fokus karena anak tidak dijejali banyak pelajaran. Namun untuk masalah solehah, bagi saya masih tanda tanya karena muatan pendidikan agama di SD negeri tidak banyak.

Yang kedua adalah sekolah swasta. Pada umumnya sekolah swasta, dalam hal ini sekolah Islam, memiliki jam belajar yang lebih lama. Plusnya adalah muatan agama yang lebih banyak, namun menurut saya beban belajar cukup tinggi karena waktu belajar yang lama dan mata pelajaran yang lebih banyak. Saya hawatir anak saya akan capek. Ada cerita dari teman dan juga sodara yang anaknya capek belajar, sampai-sampai memindahkan anaknya dari sekolah.

Pilihan alternatif adalah homeschooling. Bagi tipe seperti saya, ga pede menyekolahkan anak dengan model homeschooling, plus saya pingin anak saya belajar sambil berteman. Ga kebayang kalau anak saya ga punya teman sekolah. Oleh karena itu pilihan ini saya hapus. Pilihan alternatif lainnya adalah madrasah, cuma MI Negeri di sekitar tempat saya tinggal, di Serpong ga ada. Jadi pilihan ini juga saya hapus.

Baik teman maupun sodara mewanti-wanti akan pilihan. Karena biar bagaimanapun anak kita adalah anak kecil yang mau masuk SD. Apakah perlu dibebani banyak pelajaran? Apakah siap menghadapi sekolah dengan jam pelajaran lama tiap harinya? Namun di lain pihak, bagi saya anak saya juga butuh mendapatkan muatan agama yang cukup. Dari situasi ini saya lihat, ada faktor external, faktor yang datang bukan dari diri anak yaitu harapan saya sebagai orang tua: belajar agama yang cukup, dan ada faktor internal, faktor yang datang dari diri anak yaitu kemampuan anak, yang akan membawa pada kebahagiaan anak dalam belajar.

Nah sekarang mana yang penting, kebahagiaan anak atau harapan saya? Kalau bicara penting, dua-duanya penting. Dan sebagai orang tua saya harus mengarahkan anak untuk jadi solehah, dengan tetap memperhatikan kebahagiannya. Lantas bagaimana dengan sekolahnya? Apakah harus dipaksakan masuk ke sekolah dengan mata pelajaran banyak? Atau ke sekolah yang mata pelajarannya sedikit? Bagaimana jaminan pada anak yang masuk sekolah dengan mata pelajaran banyak atau pada sekolah yang menerapkan full day school? Apakah dia akan terus bersemangat belajar sampai dewasa nanti, atau akan menemukan titik jenuh dan semangat belajarnya menurun di kala dewasa? Dan bagaimana dengan sekolah dengan jam belajar sedikit, apakah anak kerjanya akan main terus dari kecil sampai dewasa? Atau makin lama makin bersikap dewasa karena masa bahagianya di masa kecil terpenuhi?

Seorang rekan psikolog pernah berkata bahwa seorang anak belajar sebaiknya tidak berada di tempat yang sama sepanjang hari. Dia akan jenuh dan suatu saat sangat mungkin dia akan stop belajar karena capek. Yang dibutuhkan sebenarnya bukan bekerja keras tetapi bermain dan belajar. Anak kecil memiliki dunia sendiri yang jika kita paksakan dengan dunia kita akan membuatnya jenuh dan malas, hingga suatu saat berhenti melakukannya.

Oleh karena beberapa hal di atas, keputusan saya saat ini adalah sebagai berikut. Pertimbangan saya, saya akan menyekolahkan anak saya di tempat yang membuat dia bahagia, dimana tidak banyak mata pelajaran dan bukan full day school. Jadi anak saya punya waktu juga untuk bermain bersama teman atau Ibunya dalam satu hari. Hal itu untuk kebahagiaan dia sebagai anak kecil. Untuk muatan agama yang dapat saya lakukan adalah mengikutkannya di TPA pada sore hari di Masjid dan membiasakan anak ke masjid. Jadi anak saya belajar di sekolah dan di masjid, teman-temannyapun akan lebih banyak.

Mencari sekolah SD untuk anak, menurut saya gampang-gampang susah. Gampangnya adalah sekolah SD itu banyak, yang deket rumahpun ada, beda dengan sekolah dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, lebih jarang. Susahnya adalah menentukan sebuah sekolah pas atau tidak dengan anak kita. Walaupun kita melihat anak kita mampu tetapi kalau hatinya ga pas dan bikin capek, bisa-bisa ngambek di tengah jalan, bahkan mungkin berhenti karena paksaan kita. Naudzubillah. Semoga kita menjadi orang tua yang mengenal baik anak-anak kita. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun