Namun, masih ada ruang untuk peningkatan. Rendahnya penggunaan rutin QRIS, terutama di kalangan kelompok usia yang lebih tua, menunjukkan bahwa edukasi lebih lanjut dan peningkatan aksesibilitas perlu diprioritaskan. Pemerintah dan pihak terkait perlu lebih aktif dalam menyebarluaskan informasi mengenai keamanan dan manfaat penggunaan QRIS, terutama untuk kelompok yang mungkin kurang familiar dengan teknologi ini.
Secara keseluruhan, teknologi QRIS memiliki potensi besar untuk terus berkembang di Indonesia, bahkan setelah pandemi usai. Dengan persepsi risiko sebagai pendorong utama adopsi selama masa krisis, pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor lain seperti kemudahan penggunaan dan ekspektasi kinerja bisa membantu meningkatkan adopsi di masa depan, di berbagai kelompok usia dan latar belakang.
Referensi:
Prasetya, D., Grandi, A. R., Aritonang, E. R. U., Manggalaningwang, J., Maharani, N. A., Ivander, Y., & Mukhamadiyev, A. (2024). Technology acceptance analysis using UTAUT: A study of QRIS acceptance during the pandemic. INTENSIF: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapan Teknologi Sistem Informasi, 8(2), 181-199. https://doi.org/10.29407/intensif.v8i2.21982
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H