Mohon tunggu...
Ahmad Hilmi
Ahmad Hilmi Mohon Tunggu... Guru - Dengan membaca kita mengenal dunia, dengan menulis kita akan dikenal dunia

Saya saat ini mengabdi di sebuah pensanten modern di bilangan Kalianda, Lampung Selatan. Bagi teman-teman yang mau sharing atau sekedar ngobrol-ngobrol, bisa hub no HP saya: 085226360160 atau e-mail: nadahilmi98@gmail.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Islam dan Budaya

3 November 2019   10:38 Diperbarui: 3 November 2019   10:40 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Ahmad Hilmi, Lc., M.H

Ketika hendak menjalankan sholat, terutama shalat wajib lima waktu dan shalat Jumat, saya lebih memilih mengenakan sarung dan songkok (peci) nasional. Songkok nasional biasanya berbahan kain beludru dan berwarna hitam. Tapi ada juga yg berwarna lain. Kadang ada motif dengan bordir sebagai hiasan.

Untuk baju, biasa saya pakai kemeja, atau baju koko atau batik. Seringnya berlengan panjang. Kalau bajunya polos, sering saya tambah lapisan luar berupa jas.

Selain untuk shalat, model berpakaian seperti ini saya pakai juga untuk kegiatan keagamaan, mengisi pengajian atau ceramah. Untuk ceramah malah kadang saya berkalung sorban.

Dengan berpakaian seperti ini, saya merasa lebih percaya diri (PD).

Untuk kegiatan formal atau tempat formal, perkantoran misalnya, sarung saya ganti dengan celana panjang. Rasanya lebih cocok saja.

Model berpakaian seperti yang saya lakukan ini, Wallahu a'lam, belum saya temukan dalil agamanya secara detail (perintah atau larangan). Yang saya tahu, ini bagian dari adopsi budaya dan alasan selera.  Secara asal usulnya, saya kurang tahu juga ini berasal dari budaya negri mana atau suku mana. Atau mungkin budaya "oplosan". Entah lah.

Tapi yang jelas, SIAPA pun boleh meniru SIAPA pun. Tak ada yang boleh memaksa dan tidak ada yang boleh melarang. Ini tentang selera. Yang jelas tidak sampai melanggar kaidah-kaidah agama. Menutup aurat.

Ini gaya dan selera saya.

Ada sebagian kawan saya, atau guru saya, atau murid/ santri saya, yang punya selera berbeda. Tidak pakai sarung dan baju Koko, tapi jubah (baju panjang terusan sampai bawah). Biasa juga disebut gamis panjang. Ada yang model gamis Saudi, Sudan, Pakistan dll. Beragam dan punya corak dan model yang berbeda. Dan sekali lagi, pakaian ini pun seringnya dipakai untuk shalat dan acara keagamaan. Walaupun ada juga yang memakainya untuk kegiatan sehari-hari di luar kegiatan ibadah.

Sekali lagi ini selera.

Oh ya, kita pernah kedatangan  tamu dari Saudi, orang Arab asli bukan kawe-kawe, donatur masjid dan lembaga sosial. Beberapa kali datang ke pesantren kita, bahkan  menginap. Dia bukan guru atau ustadz atau Masyayikh, tapi dia atlit dan olahragawan. Selama berkegiatan di Indonesia, pakaiannya adalah kaos oblong kadang Jersey dan dipadukan dengan celana trening. Tidak pernah saya melihatnya bergamis panjang layaknya warga Saudi. Termasuk ketika shalat. Ya terserah dia. Suka-suka.

Pakaian berbahan tebal, Jean atau Levis (walaupun ini sebenarnya merek dagang), juga banyak yang memakainya dengan paduan Hem atau kaos oblong. Saya kadang pakai ini juga. Terutama kalau sedang santai. Katanya sih, ini dulunya (mungkin dulu sekali) adalah model pakaian khas cowboy (tukang gembala) dari daerah Amerika.

Intinya begini, percampuran budaya, proses dan hasilnya, terutama berpakaian, untuk kehidupan hari ini, mustahil untuk dibendung dan dihalang-halangi. Semua boleh dan bebas memilih. Kalau muslim tentu harus paham kaidah berpakaian yang syar'i. Menutup aurat secara baik.

Kalau ada orang mencela, mencemooh cara berpakaian orang lain, dengan menyebut daerah atau negri asal model pakaian itu di-imprort, ini mungkin orang yang gak gaul, atau sebenarnya orang faham tapi benci dengan negeri tertentu.

Kata-kata sok bijak mereka, "Islam itu Islam, ambil saja ajarannya, bukan budaya Arabnya. Gak usah ke-Arab araban lah."

Hey, heh, ini tentang selera, kawan. Tak perlu sewot.

Ini juga sama dengan ketika Anda berpakaian ala cowboy Amerika. Atau mungkin juga Anda yang perempuan, berpakaian ala ala bebek goreng. Celana pendek, rok mini, singlet, bahkan bikini di ruang publik. Ini budaya dari mana yang sedang Anda tiru?

Sekali lagi ini selera kaum Anda. Anda bebas memilik. Walaupun tetap saya bilang ini salah.

-------

Yang pasti, Islam datang bukan untuk menggerus semua budaya satu kaum tertentu, Islam juga datang bukan untuk memaksakan hidup ala Arab. Tapi, budaya mana pun yang kita anut, harus sejalan dengan kaidah Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun