Mohon tunggu...
Ahmad Hifni
Ahmad Hifni Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Founder Madrasah al-Qahwah; Ciputat Cultural Studies. Peneliti pada Moderate Muslim Society (MMS)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Gus Dur Dukung Ahok?

23 Desember 2016   18:50 Diperbarui: 23 Desember 2016   18:55 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu tokoh yang berjasa dalam karir politik Gubernur Nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah Gus Dur. Selama hidupnya, Gus Dur kerap memberi semangat kepada Ahok agar tidak takut sebagai seorang minoritas untuk menjadi Gubernur. Saat Ahok mengatakan minoritas sulit menjadi Gubernur, justru Gus Dur mengatakan sebaliknya, bahkan menurutnya, Ahok bisa menjadi Presiden.

Dukung Ahok

Menurut istri Almarhum Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid, ada dua alasan kenapa Gus Dur mendukung Ahok. Pertama, Gus Dur tertarik dengan keberanian Ahok, seorang minoritas yang tampil berani untuk merebut posisi kelompok yang sudah dominan. Hal ini merupakan pembelajaran untuk menegakkan konstitusi dan prinsip kebhinekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara . Kedua, Ahok memiliki kepribadian sebagai seorang pemimpin yang patut dicontoh. Menurut Gus Dur, Ahok adalah sosok yang bersih, jujur dan terbuka.

Dukungan Gus Dur terhadap Ahok merupakan sikap konsistensinya dalam membela minoritas. Gus Dur mendukung ahok agar terus berjuang sebagai politisi yang mampu memberikan kontribusi positif bagi negeri ini. Demi menggapai cita-cita bangsa dan nilai-nilai keindonesiaan, harmoni antar elemen bangsa merupakan barang mahal yang harus dijaga tanpa berlaku diskriminatif terhadap minoritas. Gus Dur menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus siap menjadi bangsa yang besar dengan memberi ruang pada minoritas.

Saat berkompetisi sebagai calon Gubernur Bangka, tim pemenangann Ahok menyarankan agar dia berpindah agama menjadi muallaf dengan harapan akan meraup sura konstituen yang banyak. Namun Gus Dur mengatakan sebaliknya. Menurut Gus Dur, tidak boleh menggadaikan agama demi mendapatkan sebuah jabatan politik. Hal ini berbanding kontras dengan perilaku sebagian politisi yang kerap menggunakan dalil agama untuk kepentingan politiknya.

Pesan dukungan Gus Dur terhadap Ahok ini tidak hanya bisa kita maknai sebagai dukungan politik, namun juga dukungan moral untuk memberi ruang bagi kaum minoritas dalam memperjuangkan hak-hak politiknya. Gus Dur juga kerap memotivasi Ahok agar konsisten dalam melayani kepentingan rakyat, meskipun banyak kritik dan penolakan dari mereka yang berpandangan sempit.

Dukungan Gus Dur terhadap minoritas tidak hanya berhenti pada wilayah konseptual. Gus Dur bahkan kerap “turun gunung” melakukan pembelaan terhadap kaum minoriras yang tertindas. Saat menjadi Presiden, Gus Dur menerapkan kebijakan menghapus diskriminasi Tionghoa dengan mencabut Inpres No 14/1967 dan meneken Keppres No 6 Tahun 2001. Dengan kebijakan ini warga Tionghoa mendapatkan hak politik dan sosialnya. Tidak heran jika orang Tionghoa menyebut Gus Dur sebagai “Bapak Tionghoa Indonesia”.

Jalan Terjal

Kini, menjelang pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, karir politik Ahok sedang mengalami jalan terjal. Berbagai serangan kerap ditujukan padanya karena Ahok termasuk etnik Tionghoa, Kristen dan minoritas. Berbagai viral kebencian juga kian bertebaran di media sosial. Bahkan masyarakat dengan mudah diprovokasi dengan mengabaikan faktualitas data yang sulit diverifikasi kebenarannya.  Isu-isu SARA digunakan sebagai alat paling mematikan untuk memperoleh legitimasi masyarakat, khususnya kalangan Muslim.

Dalam keadaan seperti ini, kita membutuhkan sosok Gus Dur yang jernih melihat persoalan kehidupan bangsa. Kita rindu semangat menghargai perbedaan dan mengedepankan kebersamaan di tengah masyarakat yang majemuk. Kehadiran Gus Dur akan memberi keteduhan dari berbagai politik intimidasi, provokasi kotor dan fitnah yang bertebaran. Gus Dur pasti merindukan kehadiran orang-orang yang berpikir jernih untuk menjaga prinsip kebhinekaan dari ancaman konflik SARA dan provokasi kebencian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun