Beberapa Bulan Kemudian
Restoran prasmanan itu terlihat ramai dipadati oleh para pengunjung yang sebagian besar pegawai kantor yang hendak dan sedang makan siang. Saat sedang menikmati hidangannya, pandangan mata Lidya sesekali menatap ke arah tv flat yang berada tak jauh darinya. Salah satu berita yang ditayangkan di salah satu stasiun tv, menarik perhatiannya.
Meski volume suara tv itu sengaja tidak dikeraskan, judul beritanya yang tertera di bagian bawah layar tv sangat jelas terbaca. Judulnya adalah "WNI terlibat perkosaan berantai di Berlin". Foto si pelaku ikut ditayangkan dalam pemberitaan yang berlangsung singkat itu.
Foto itu sekilas mengingatkannya pada seseorang tapi ia lupa. Saat sedang berpikir keras siapa gerangan pria di foto itu, tiba-tiba saja ia teringat pada sosok di masa lalu. Seketika kecurigaannya muncul.
"Mungkinkah itu?" gumamnya.
Karena belum memahami pemberitaan itu secara jelas dan lengkap, buru-buru ia meraih HP-nya untuk browsing berita di internet.
"Oh, Tuhan!" serunya dalam hati.
Saat membaca berita-berita itu, ia benar-benar terperanjat. Menurut berita, pria itu bernama Tomi Suhendra. Sampai batas itu, ia masih menganggap itu kebetulan belaka karena nama depannya sama dengan sosok yang ia ketahui. Namun anggapan itu segera terbantahkan saat latar belakang pendidikan pria itu disebutkan. Bagaimana tidak, universitas, fakultas, dan tahun kuliahnya semasa dengan dia dan juga Revan. Ia tidak bisa menyangkal lagi jika itu suatu kebetulan.
Selanjutnya berita online itu menyebutkan bahwa setelah menyelesaikan sarjananya, Tomi melanjutkan pendidikan S-2 dan S-3 di Jerman. Selama studi, ia sudah bekerja dan menetap di Jerman. Saat kejahatan itu terungkap, ia tercatat sebagai pegawai di sebuah perusahaan dengan jabatan yang cukup strategis.
Tomi didakwa karena telah melakukan perkosaan dan penyerangan seksual terhadap sejumlah pria di Berlin. Sebelum polisi menggeledah dan menemukan berbagai barang bukti di apartemennya, beberapa korban telah melapor ke polisi.
Berdasarkan pengakuan korban, sebelum pelaku melancarkan aksi bejatnya, mereka dibius terlebih dahulu dengan minuman yang dicampur dengan obat bius. Kini kasus itu sedang dalam proses persidangan dan memasuki tahap akhir yang akan menentukan nasib pelaku.