Menjelang istirahat siang, wanita berjas putih itu kedatangan Inspektur Vito yang telah menghubunginya di hari sebelumnya. Di ruang kerja sekaligus praktiknya, Dokter Sarah, seorang dokter spesialis jiwa di sebuah rumah sakit pemerintah, menerima tamunya yang telah ia kenal belasan tahun terakhir ini.
"Apa yang bisa saya lakukan untuk anda kali ini, Inspektur?" tanyanya.
"Terima kasih atas waktunya, Dok. Terkait kasus yang sedang saya tangani saat ini, kasus mumi, anda tahu?" ujarnya.
"Oya, saya dengar itu dari media. Beritanya sedang hangat saat ini. Bagaimana perkembangannya sejauh ini?" katanya.
"Saya sudah hampir menemukan pelakunya tapi sayang si perempuan yang dicurigai ini telah mematahkan dan meruntuhkan seluruh argumen dan bukti yang ada. Saya lalu sampai pada kesimpulan bahwa ada masalah kejiwaan serius padanya. Untuk itulah, saya datang pada anda guna meminta pendapat dan penilaian anda dalam hal ini," ungkapnya.
"Apa yang menyebabkan anda berkesimpulan demikian?" tanyanya.
"Sebelumnya saya ingin sampaikan bahwa dengan bukti yang melimpah-ruah, semestinya dengan sangat mudah dugaan itu bisa dibuktikan saat uji kebohongan dilakukan padanya. Namun ternyata hasilnya malah sebaliknya. Dokter bisa dengarkan transkrip rekaman percakapan saya dengannya dan setumpuk bukti data dan temuan dari tim di lapangan. Semua ada disitu," ungkapnya sambil menaruh satu map plastik di atas meja.
"Bagaimana kesimpulan itu saya peroleh? Tidak lain dari hasil uji kebohongan yang dilakukan padanya. Sungguh saya tak habis pikir bagaimana mungkin ia bisa mengelabui alat pendeteksi kebohongan sementara berbagai kebohongannya begitu nyata, jelas, dan tidak terbantahkan. Dari pengalaman saya, orang biasa dengan kondisi jiwa yang normal, tidak mungkin bisa melakukan itu. Artinya hanya orang yang abnormal kondisi jiwanya yang mampu melakukan itu," paparnya sambil menunjukkan berlembar-lembar kertas print out hasil detektor kebohongan.
"Inspektur, saya penasaran. Kenapa anda begitu yakin dia pelakunya?" tanyanya.
"Begini, Dok. Dari pengalamannya, Ranti sudah hampir setahun berkerja di rumah si korban dan wajar saja jika ia dekat secara personal dengannya. Dari sini, sangat mungkin jika kemudian muncul motif ekonomi yang melatari tindakannya. Indikasinya terlihat dari transaksi rekening bank yang tidak biasa juga lonjakan transaksi kartu kredit milik si korban. Semua itu terjadi selama Ranti bekerja padanya. Dan satu hal lagi, setelah ditelusuri ia ternyata pernah bekerja di rumah duka yang erat kaitannya dengan pengurusan dan pengawetan jenazah," jelasnya.