Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anonim (2/3)

19 Maret 2022   10:20 Diperbarui: 19 Maret 2022   10:25 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitupun saat peristiwa duka melanda sang anak karena kematian temannya. Papa tak segan menunjukkan rasa simpatinya. Ia sengaja masuk ke kamar sang anak untuk menyampaikan maksudnya. Ia sadar ia harus melakukan sesuatu di saat kondisi genting seperti yang sedang dihadapi si anak.

Menatap piagam juara ketiga yang dipajang di dinding kamar anaknya, Papa mengerti arti penting band bagi sang anak. Namun, ia tidak ingin melihat si anak larut dalam kesedihan. Untuk itu, ia coba mengajak si anak agar berbesar hati merelakan apa yang telah terjadi dan segera bangkit kembali untuk melanjutkan kehidupan karena hidup terus bergulir.

Atas nasihat itu, sang anak merasa sedikit tenteram dan berterima kasih pada Papa. Tanpa disadari keduanya refleks saling berpelukan meski terasa agak canggung. Sebuah momen langka yang terjadi antara keduanya.

(BERSAMBUNG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun