Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anonim (1/3)

12 Maret 2022   10:10 Diperbarui: 12 Maret 2022   10:32 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika, selesai membahas topik negara-negara Asean, seorang guru mempersilahkan murid-muridnya jika ingin bertanya. Seorang murid laki-laki yang tampak ragu mengacungkan jarinya. "Pak guru, kenapa negara kecil seperti Brunei Darussalam yang punya minyak bumi gak seberapa, bisa kaya raya dan rakyatnya hidup makmur sejahtera? Sementara, kita yang punya minyak bumi melimpah dan sumber daya alam lainnya yang jauh lebih banyak, tidak seenak itu hidupnya."

Tak menyangka dengan pertanyaan itu, Pak guru mencoba untuk menjelaskan sesederhana mungkin agar bisa diterima oleh pemahaman seorang anak SD. "Kita harus tahu bahwa Brunei dan kita memiliki bentuk negara yang berbeda. Dalam masalah pengelolaan sumber daya alam termasuk minyak bumi, keputusannya ada di tangan pemegang kekuasaan apakah dikelola oleh negara seluruhnya ataukah diserahkan kepada pihak ketiga. Karena Brunei negara kerajaan, maka keputusan ada pada raja atau sultan sepenuhnya. Sementara itu, negara kita yang merupakan demokrasi presidensil, pengambil kebijakan adalah pemerintah. Dalam hal ini presiden dan bawahannya."

Sambil berharap dimengerti, Pak guru melanjutkan, "Dalam praktiknya, Brunei yang memilih untuk mengelola minyak buminya sendiri dan secara penuh, tentunya akan memperoleh pemasukan negara yang lebih besar untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya. Sementara, negara kita yang memiliki keterbatasan sumber daya manusia, teknologi, dan faktor lain, lebih menyerahkan pada pihak swasta atau asing. Dalam kerja sama, tentunya ada persentase pembagian keuntungan. Bisa 50:50, 60:40, atau berapa saja tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Akibatnya, pemasukan negara jadi tidak maksimal. Dampaknya tentu akan berpengaruh pada kemajuan dan perekonomian negara."

Si murid tampak berpikir lalu bertanya lagi, "Saya masih tidak mengerti, Pak. Kalau orang pinternya sudah ada, teknologinya sudah dikuasai, kenapa tidak diambil alih saja dan diurus sendiri oleh pemerintah secara langsung supaya kita juga bisa kaya seperti Brunei?"

"Bisa saja," ucapnya terhenti sesaat lalu meneruskan, "kalau pemimpinnya seperti kamu," ujar Pak guru sambil tersenyum dan tak lama kemudian bel sekolah berdering.

......

Let's get, let's get, let's get, let's get rocked
Let's go all the way
Get it night 'n day
C"mon, let's get, let's get, let's get, let's get Rock

Terdengar suara musik yang keras dari sebuah kamar. Di dalamnya tampak seorang anak laki-laki sedang bermain video game dengan asyiknya. Itu rutinitas yang biasa dilakukannya selepas pulang sekolah untuk melepas kepenatan setelah seharian belajar.  

Suara musik perlahan-lahan menjadi pelan dan menghilang. Ia segera bangkit dari depan tv 20 inchi dan game konsolnya untuk menghampiri tape deck yang berada satu rak dengan tv. Sebuah kaset tape dikeluarkan dari socket-nya, dibalik, dan dimasukkan kembali. Tak lama kemudian suara musik terdengar kembali.

Hobi mendengarkan musik khususnya yang bergenre rock sudah muncul sejak ia masih kelas satu SD. Perkenalannya dengan musik berawal dari kebiasaan di mobil ayahnya yang suka memutar lagu baik di tape maupun radio saat mengantar ke sekolah atau sedang jalan-jalan. Disamping itu, kegemarannya itu semakin terpenuhi melalui tv dan radio sebagai media elektronik dan sumber berita juga informasi yang berjaya di awal tahun 90-an. Dari sanalah, ia mulai mengenal berbagai band rock dari dalam dan luar negeri.  

Baginya, musik rock itu keren dan laki banget. Juga mampu membangkitkan semangat dan mood karena irama dan hentakan musiknya yang menggetarkan jiwa. Penampilan para rocker dengan rambut gondrong, kostum, atribut, tato, ditambah suara melengking, aksi panggung, dan skill musik, membuatnya begitu tertarik dan kagum pada musik tersebut. Tak heran jika dinding kamarnya penuh dengan poster band rock yang top saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun