Sebenarnya ia masih berharap pada Tomi walaupun Tomi sudah menghindar jauh darinya. Coba memberanikan diri, Erika kembali mengontak Tomi dengan harapan ia sudah agak tenang dan mau diajak bicara. Namun usahanya itu tak membuahkan hasil karena nomor kontak Tomi tidak dapat dihubungi lagi.Â
Kini Erika semakin larut mengurung diri di kamarnya. Kondisinya mirip saat ia masih kecil dimana ia menghabiskan waktu weekendnya dengan seharian membaca komik kesukaannya di kamar. Terlintas kenangan indah di masa kecilnya. Tiap kali jalan-jalan sama Mama dan Papa, ia pasti minta mampir ke toko buku. Ini seperti agenda wajib bagi Erika. Keduanya memahami keinginan anaknya itu dan senang dengan kebiasaan tersebut.Â
Ingin rasanya ia mengadu ke sang Mama tapi ia begitu takut dengan responnya. Ingatannya melayang ke masa kecilnya saat Mama mengajari naik sepeda. Saat ia terjatuh, Mama dengan sigap segera membantu, menenangkan, dan menyemangati.Â
Di sela kesibukannya, Mama selalu menyempatkan diri hadir di setiap pertandingan basket yang diikuti Erika saat SMP juga SMA. Ia rindu dengan semua momen tersebut. Saat-saat dimana ia memerlukan dukungan atau motivasi, Mama selalu hadir untuknya di waktu yang tepat.Â
Berbeda dengan Papa. Menurut Erika, meski kurang dekat secara personal, Papa punya cara sendiri dalam memberi perhatian padanya. Papa selalu ingat ulang tahun Erika. Di setiap ultahnya, Papa suka memberinya hadiah. Terkadang ia mengajak makan, nonton, jalan-jalan, dll. Namun bagi Erika, apa yang diperbuat Papa terkesan formalitas belaka. Menganggap dirinya seperti agenda kantor yang diberi tanda check list jika sudah selesai.Â
Sebagai seorang pejabat, kadang weekend pun Papa jarang di rumah. Tak heran interaksi dan komunikasi dengannya merupakan kesempatan langka. Meski begitu, Papa tetap peduli padanya. Tak segan ia menunjukkan dukungan dan apresiasi atas setiap hal positif yang dikerjakan atau diraih Erika.Â
Dalam dekapan haru-biru hati yang gundah gulana, tercipta sebuah puisi yang menyiratkan kekalutan dalam dirinya.
Di sudut kamar ini
Terasing ku sendiri
Membeku dalam kesepian
Hanyut dalam kehampaan
Temaram jiwa nan rapuh
Pedih pilu meliputi
Duka nestapa melingkupi
Kemana ku bawa derita ini?
Dalam dunia penuh fatamorgana
Masa indah itu telah sirna
Berganti awan hitam pekat
Menyapu habis impian sekejap
Gelora asmara membutakanku
Tergoda bujuk rayu
Tergores luka di hati
Torehkan noktah kelam tak terperi