(WHO: krisis kesehatan mental mengancam selama pandemi Covid-19)
Tak terasa sudah bulan Oktober namun Corona sepertinya masih betah berseliweran di sekitar kita. Data dari covid19.go.id sejauh ini ada 320 ribuan kasus, sembuh 240 ribuan, dan meninggal 11 ribuan. Sebuah statistik dari hari ke hari yang membuat kita semakin cemas. Ditambah lagi ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir, membuat kita hanya bisa pasrah tapi tak rela.
Tujuh bulan berlalu sejak kasus pertama diumumkan di Tanah Air, Covid sudah lebih dari cukup membuat stres dan frustrasi tersalurkan dengan leluasa pada sebagian besar kelompok orang. Dampak sosial, ekonomi, psikologi, dan kriminal kian hari tampaknya kian menjadi-jadi. Data dan fakta mengenai hal itu begitu melimpah dan dapat dengan mudah diakses di media bahkan bisa kita temui dalam realitas kehidupan sehari-hari.
Baru-baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ancaman krisis kesehatan mental secara global akibat pandemi Covid. Ini dilatarbelakangi survei yang dilakukan organisasi ini terhadap 130 negara antara Juni dan Agustus lalu. Hasilnya menunjukkan dampak buruk Covid pada akses ke layanan kesehatan mental dan perlunya pendanaan ekstra untuk memenuhi tujuan yang diinginkan (cnnindonesia.com 6/10/2020).
Untuk itu, WHO mengimbau agar setiap negara tidak mengabaikan aspek kesehatan mental selama pandemi ini karena memang kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik (liputan6.com 7/10/2020). Selain itu, WHO juga mendesak negara-negara untuk mengalokasikan sumber daya untuk kesehatan mental sebagai komponen integral dari rencana respons dan pemulihan kesehatan nasional (bisnis.com 6/10/2020).
Terkait dampak psikologis dari wabah penyakit, menurut Dr. Bagus Takwin dari UI, bisa memengaruhi tujuh aspek yaitu emosional, kognitif, tingkah laku, kesehatan, sosial-budaya, ketimpangan dan ketidaksetaraan, dan politik. Sementara, dampak psikologis dari krisis ekonomi dikarenakan pandemi diantaranya memengaruhi peningkatan prevalensi penggunaan alkohol dan narkoba, bunuh diri, penggunaan layanan kesehatan mental, dan ketimpangan kesehatan (febui.ac.id 2/6/2020).
Beberapa negara telah mengadakan survei tentang dampak pandemi Covid terhadap kesehatan mental. Salah satunya adalah Korea Selatan. Berdasarkan survei yang dilakukan Pemerintah Kota Seoul selama periode Juli-Agustus, 40 persen warga sebagai responden mengalami masalah kesehatan mental sejak virus Corona mewabah.
Lebih jauh, survei menunjukkan empat dari 10 warga di Ibu kota Seoul meyakini bahwa kesehatan mental mereka memburuk akibat wabah Covid di negaranya. Penyebabnya adalah kemerosotan ekonomi, berkurangnya ruang gerak akibat jaga jarak sosial, menurunnya aktivitas di luar rumah, ketidaknyamanan penggunaan masker serta merenggangnya hubungan antar keluarga dan teman (antaranews.com 30/9/2020).
Survei lain dilakukan oleh Indian Psychiatry Society. Badan ini melaporkan bahwa telah terjadi peningkatan 20 persen kasus penyakit mental di India. Menurut survei tersebut, satu dari setiap lima orang di India menderita penyakit mental. Mirisnya peningkatan 20 persen itu hanya terjadi dalam waktu sepekan (bisnis.com 2/4/2020).
Bagaimana di Tanah Air? Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyatakan sebanyak 64,3 persen dari responden memiliki masalah psikologis cemas atau depresi setelah melakukan periksa mandiri via daring terkait kesehatan jiwa dampak dari pandemi Covid. Swaperiksa kesehatan jiwa terkait Covid ini memeriksa tiga masalah psikologis yaitu cemas, depresi, dan trauma psikologis (tirto.id 1/5/2020).