Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetap Optimistis di Masa Kritis

11 September 2020   16:16 Diperbarui: 11 September 2020   16:19 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut data kemenkeu, saat ini, lebih dari 50 juta rakyat Indonesia tergolong kelas menengah atas dan 120 juta penduduk kelas menengah harapan atau bawah.

Kelas menengah sebagai pelaku dan penggerak utama UMKM, memegang peranan penting dalam roda perekonomian nasional. Namun sayangnya ketika corona merebak, kelompok ini bukanlah termasuk bagian yang disasar pemerintah dengan berbagai program atau bentuk bantuan seperti sembako, PKH, BPNT, BLT, prakerja, dan subsidi gaji. 

Mereka harus berjuang sendiri demi bertahan hidup dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya padahal mereka juga terdampak perekonomiannya sama seperti golongan miskin.

Tidak heran kemudian dalam realitasnya baru-baru ini dan sempat viral diberitakan ada seorang pilot maskapai penerbangan komersial yang dirumahkan oleh perusahannya, terpaksa beralih profesi berdagang mie ayam di BSD Tangerang Selatan. Langkah ini ditempuhnya semata untuk  menghidupi keluarganya dan membiayai empat anaknya masih usia sekolah (kompas.com 12/8/2020).

Ini contoh dan bukti nyata bagaimana kelompok menengah berjuang demi bertahan hidup di kala pandemi melanda. Banyak dari mereka saat ini yang hilang pekerjaan, penghasilan sekarat sedangkan pengeluaran tambah berat, usahanya rontok, tabungannya terkuras, harta dan asetnya pelan-pelan habis, sementara pandemi entah kapan berakhir. 

Sebagai mahluk sosial yang punya rasa empati dan simpati, merupakan kesempatan bagi kita untuk membantu dan meringankan sesama sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Dampak covid-19 dan krisis ekonomi yang ditimbulkannya pada aspek psikologi atau kesehatan mental tidaklah kalah hebat. Menurut Dr. Bagus Takwin dari UI, dampak psikologis yang terjadi dari wabah penyakit bisa memengaruhi 7 aspek yaitu emosional, kognitif, tingkah laku, kesehatan, sosial - budaya, ketimpangan dan ketidaksetaraan, dan politik. 

Sedangkan, dampak psikologis dari krisis ekonomi memengaruhi peningkatan prevalensi penggunaan alkohol dan narkoba, bunuh diri, penggunaan layanan kesehatan mental, dan ketimpangan kesehatan (febui.ac.id 2/6/2020).

Dalam realitasnya dampak covid-19 dan krisis ekonomi, bisa dilihat dari tingginya angka kriminalitas. Polri mengakui tingkat kriminalitas meningkat selama pandemi corona sebesar 19,72 persen dibanding sebelum pandemi. 

Naiknya tingkat kriminalitas salah satunya disebabkan oleh banyaknya orang yang terdampak secara ekonomi karena pandemi. Hal inilah mendorong orang nekat berbuat kriminal (katadata.co.id 22/4/2020).

Selain itu, wabah corona menimbulkan masalah lainnya seperti meningkatnya angka bunuh diri dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Hal itu disampaikan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Pancasila Silverius Yoseph Soeharso (mediaindonesia.com 22/6/2020). Kebanyakan kasus bunuh diri akibat komplikasi akut dari lemah iman, lemah akal, dan lemah ekonomi. Sungguh fakta yang menyedihkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun