Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetap Optimistis di Masa Kritis

11 September 2020   16:16 Diperbarui: 11 September 2020   16:19 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: depositphotos

Gelombang dahsyat pandemi corona telah "sukses" meluluhlantakan perekonomian global. Hingga pertengahan Agustus, setidaknya sudah 14 negara yang masuk fase resesi. Sementara Indonesia jika pada kuartal III 2020 pertumbuhan ekonominya kembali minus dimana sebelumnya anjlok -5,32, maka dipastikan akan mengalami resesi.

Untuk dunia usaha dan bisnis, menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, menyebutkan hampir semua sektor terdampak covid-19 (cnbcindonesia.com 3/4/2020). Hal sama disuarakan Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Kadin menilai saat ini hampir semua sektor sudah terkena dampak negatif pandemi (kontan.co.id 8/5/2020).

Beberapa bisnis paling parah terdampak dan kerugiannya juga sangat besar seperti pariwisata, perjalanan, manufaktur, hiburan, dan jasa. Banyak perusahaan besar hingga Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terancam pailit dan bangkrut. Kondisi ini diperburuk lagi oleh maraknya gelombang PHK massal dan meningkatnya jumlah pengangguran.

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, total pekerja kena PHK maupun dirumahkan sebanyak 3,5 juta orang. Jika ditambah dengan 6,8 juta pengangguran sebelum pandemi, jumlahnya mencapai 10,3 juta seperti yang disampaikan Menaker Ida Fauziyah (detik.com 1/9/2020). Sementara, menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani mengatakan sudah 6,4 juta karyawan yang di-PHK atau dirumahkan oleh perusahaan akibat wabah virus corona (bisnis.com 25/6/2020). 

Peningkatan angka kemiskinan sebagai efek samping dari PHK massal menjadi tidak terelakkan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret lalu mencapai 26,42 juta atau 9,78 persen dari total populasi Indonesia. 

Dengan merebaknya covid, angka tersebut dipastikan akan terus meningkat. Menteri Keuangan Sri Mulyani membuat prediksi corona akan membuat tingkat kemiskinan naik menembus kisaran 12 persen atau 30 juta orang seperti pada 2011 silam (cnnindonesia.com 14/8/2020).

Banyak pengusaha kaya dalam negeri yang mendadak jatuh miskin karena dihantam wabah corona. Ini terlihat dari banyaknya sengketa bisnis antara pelaku usaha dan pengajuan kepailitan baik sedang maupun akan berpotensi muncul di kemudian hari (sindonews.com 27/8/2020). 

Sejauh ini, setidaknya sudah ada lima perusahaan rintisan yang resmi menutup layanannya akibat pandemi ini. Kelima startup tersebut adalah Sorabel, Eatsy, Stoqo, Hooq, dan Airy Rooms (katadata.co.id 7/8/2020).

Kelompok rumah tangga juga tak luput dari hantaman badai covid. Menurut pakar IPB Dr Istiqlaliyah Muflikhati sebanyak 55,5 persen keluarga di Indonesia mengalami penurunan pendapatan (ipb.ac.id 19/6/2020). 

Sementara, hasil survei lembaga penelitian Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menunjukkan sebanyak 69 persen responden menganggap kondisi ekonomi rumah tangganya lebih buruk dibanding sebelum pandemi (kompas.com 9/8/2020).

Tidak hanya kelas ekonomi miskin saja yang terdampak keuangannya tapi juga kelas ekonomi menengah ke bawah. Kelas menengah ke bawah ini rentan jatuh miskin jika ada pandemi berskala luas seperti sekarang (bbc.com 4/4/2020). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun