Kita mungkin banyak tidak sadar berapa jam serial Spongebob Squarepants ditayangkan setiap harinya di salah satu stasiun tv swasta nasional. Kita juga mungkin akan kaget ketika mengetahuinya. Atau mungkin sebaliknya kita tidak begitu peduli dan ambil pusing dengan tontonan anak kita padahal tanpa disadari sangat mungkin mereka "tertular" virus jahat dan berbahaya yang sengaja disusupkan kedalam film yang mereka tonton.
Dilansir dari jadwaltv.net, pada bulan Agustus 2020, Spongebob tayang setiap hari dari jam 11 sampai 13:30. Sementara pada weekend dimulai dari pagi hari yaitu jam 6-8 plus 11-14:30. Bahkan untuk hari minggu selain pagi jadwalnya diperpanjang lagi yaitu 11-15:30. Sungguh mencengangkan bukan? Melihat intensitas dan durasinya yang begitu tinggi dan panjang untuk sebuah tayangan anak-anak, memancing keingintahuan lebih lanjut.
Keadaan ini baru penulis sadari betul ketika merebaknya covid seperti saat ini dimana hampir semua aktivitas terpaksa dilakukan dari rumah. Yang mencolok selama pandemi ini adalah eksistensi anak sebagai segmen yang paling banyak berinteraksi dengan tv semakin kuat dan nyata. Menonton tv sebagai alat pelepas penat setelah "terjebak" rutinitas belajar daring, tampaknya menjadi pilihan favorit bagi anak-anak selama masa stay at home ini berlangsung.
Tidak diragukan serial Spongebob Squarepants produksi Nickelodeon ini, menjadi begitu populer, fenomenal, dan diminati anak-anak di seluruh dunia selama dua dekade terakhir. Spongebob sukses memperoleh pengakuan dari sejumlah ajang penghargaan seperti Emmy Award, Kids' Choice Award, Teen Choice Award, British Academy Children's Award, dll.Â
Hampir 40 penghargaan yang berhasil diraih serial ini menurut data IMDB dimana jumlah tersebut masih mungkin bertambah seiring dengan waktu. Spongebob juga menjadi serial dengan rating tertinggi dan episode/season terpanjang di jaringan tv Nickelodeon saat ini.
Namun, dibalik kesuksesannya, animasi ini ternyata menuai berbagai kontroversi publik baik di dalam maupun luar negeri. Beragam spekulasi, kritik, tuduhan, hingga hujatan dilayangkan ke si tokoh kotak kuning lucu nan imut ini namun terkadang konyol, lebai, dan mengesalkan.
Kartun ini dianggap bermasalah dan pernah dikenai sanksi bukan hanya sekali oleh KPI. Animasi ini menurut KPI mengandung unsur kekerasan dan bahaya di beberapa adegannya (beritagar.id 16/09/2019). Akan tetapi banyak pihak dan kalangan yang tidak sepenuhnya sependapat dengan hal tersebut.
Selain itu, serial ini juga tak luput dari dugaan adanya dukungan terhadap kelompok gay meskipun hal tersebut dibantah sendiri oleh Stephen Hillenburg, si pencipta Spongebob.Â
Menurutnya Spongebob bukan representasi kaum gay (kompas.com 15/9/2019). Mendiang Hillenburg malah menyebut Spongebob aseksual (tidak punya hasrat seks). Namun, baru-baru ini Jaringan Televisi Nickelodeon lewat cuitan di twitter, mengonfirmasi bahwa Spongebob Squarepants merupakan bagian dari komunitas LGBTQ+ (cnnindonesia.com16/6/2020).
Spongebob juga dituduh menurunkan konsentrasi pada anak pra sekolah menurut penelitian yang dilakukan University of Virginia yang diterbitkan di Jurnal Pediatrics pada Oktober 2011. Namun hal itu dibantah dan ditolak oleh pihak Nickelodeon seraya mempertanyakan metode penelitian yang digunakan dan kevalidan sampel data yang diambil (tirto.id 19/12/2017)
Dilihat dari image tokoh ceritanya, karakter utama di film ini dianggap mewakili tujuh dosa besar menurut ajaran Katolik. Mereka adalah Greed / Keserakahan (Mr. Krabs), Envy / Iri Hati (Plankton), Sloth / Kemalasan (Patrick), Pride / Kesombongan (Sandy), Wrath / Kemarahan (Squidward), Gluttony /Kerakusan (Gary), Lust / Nafsu (Spongebob) (gagasmedia.net 8/1/2013 ). Kebetulankah atau by design? Entahlah tapi yang pasti mendiang Stephen Hillenburg adalah seorang ahli biologi laut dan animator.
Bagaimana dengan tontonan lain yang lebih edukatif dan keindonesiaan khusus anak-anak? Apakah tidak ada tayangan seperti itu di layar tv kita? Dalam perkembangan film, kartun, atau animasi anak di tanah air, sebenarnya sudah cukup banyak dan menggembirakan progressnya.Â
Sebut saja "Adit Sopo Jarwo" (2014) di mnctv, "Doyok Otong Ali Oncom" (2018) di mnctv, "Kiko" (2014) di rcti, "Riska dan Si Gembul" (2017) di mnctv, "Keluarga Somat" (2013) di Indosiar atau yang bernuansa Islam seperti "Syamil dan Dodo" (2013) dan yang terbaru "Nussa" (November 2018) serta yang agak lawas "Diva The Series".
Ditengah maraknya animasi dari luar negeri, kemunculan animasi-animasi karya anak negeri seperti yang disebut di atas, sebetulnya cukup berhasil memperoleh respon dan sambutan positif dari audiens di tanah air. Namun sayangnya kehadirannya hanya bersifat temporer atau situasional saja. Misalnya hanya tayang pada bulan suci ramadhan saja atau ketika musim liburan tiba.
Muncul pertanyaan kenapa animasi karya anak bangsa tidak bisa jadi mainstream di layar tv. Apakah hanya karena alasan marketing dan rating semata ataukah ada faktor lain.Â
Tentunya ini perlu jadi perhatian kita bersama khususnya pengelola stasiun tv, produser, animator, dan film maker anak negeri yang konsen pada tontonan anak yang bermutu dan sarat nilai kebaikan atau kemanusiaan. Sehingga anak-anak kita punya tontonan alternatif sebagai penanding dan counter attack terhadap gempuran animasi semisal Spongebob yang begitu masif dan tak terbendung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H