Ketika Trump menaikkan tarif ke China, dampaknya hanya memicu pertumbuhan ekonomi AS melambat, investasi bisnis membeku, dan perusahaan tidak mempekerjakan banyak orang. Di sektor riil lainnya, banyak petani yang bangkrut, sektor manufaktur dan transportasi barang telah mencapai titik terendah yang tidak terlihat sejak resesi terakhir. Trump dan tim mengakui bahwa AS menderita akibat perang dagang ini (pikiran-rakyat.com 17/1/2020).
Tidak hanya merugikan kedua negara, perang dagang juga, menurut laporan Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), mengancam stabilitas dan pertumbuhan ekonomi global di masa depan (bisnis.com 6/11/2019). Selain itu juga memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi global dalam waktu yang panjang.
Kedua
Ditengah memanasnya ketegangan antara AS dan China karena perang dagang, merebaklah virus corona. Sontak kedua negara mengalihkan pandangannya sesaat. Namun tensinya bukan malah mereda, justru babak baru perang dagang kedua negara berisiko muncul kembali imbas dari Covid 19.
Sejak kasus pertama virus corona diduga muncul di Wuhan pada medio Desember 2019, langkah cepat China melockdown Wuhan pada 23 Januari relatif berhasil menekan jumlah kasus dan mengurangi dampak buruk pandemik itu. Walaupun beredar isu jika pemerintah China menutupi data korban Covid yang sesungguhnya.
Berbeda dengan AS. Sejak mengonfirmasi kasus pertamanya pada 20 Januari, AS baru menerapkan lockdown pada 19 Maret dimulai dari California diikuti New York pada 22 Maret, dan beberapa negara bagian lainnya. Wall Street Journal melaporkan pada 24 Maret, sudah setengah dari AS yang lockdown (detik.com 26/3/2020).
Namun hanya selang berapa hari saja setelah lockdown diterapkan, AS malah menjadi negara dengan kasus tertinggi corona di dunia sebesar 593.656 kasus (kompas.com 28/3/2020). Kondisi semakin parah ketika kasus Covid 19 tembus 1 juta menjadikan AS sebagai episentrum virus corona di dunia (kompas.com 3/4/2020).
Ditengah gonjang-ganjing Covid 19 yang menggila di  negerinya, Trump malah heboh sendiri. Trump terang-terangan menunduh dan menyalahkan China sebagai pihak yang paling bertanggung atas apa yang menimpa AS dan juga seluruh dunia (okezone.com 20/3/2020).
Di waktu lain, Trump kembali salahkan China dan meminta untuk mengadakan pemeriksaan terhadap lab Wuhan yang dituding sebagai pabrik virus corona (merdeka.com 28/4/2020). Tak hanya itu, Trump juga mengancam menyetop bantuan dana bagi WHO (cnnindonesia.com 15/4/2020) dan menggertak keluar darinya (detik.com 1/6/2020).
Kehebohan lainnya ialah ide konyol Trump suntik disinfektan bagi penderita Covid 19 yang hanya mengundang ejekan dan cemoohan dari berbagai pihak (bbc.com 23/4/2020). Cermin kepemimpinan yang bingung, frustasi, dan keteteran dengan masalah yang ada.Bahkan mantan Presiden Obama menyampaikan kritik tajam terhadap penanganan Covid 19 yang dikomandoi Trump dan menyebutnya sebagai bencana dan kacau-balau (tempo.co 10/5/2020).
Selama pandemi corona, ekonomi AS juga merosot tajam. Departemen Perdagangan AS melaporkan aktivitas ekonomi AS pada kuartal pertama 2020 minus 4,8 persen. Biro Analisis Ekonomi AS mengatakan penurunan juga terjadi dalam Produk Domestik Bruto (PDB) riil kuartal pertama (medcom.id 1/5/2020).
Begitu pula pasar saham yang jatuh ke rekor tertingginya. Pergerakan indeks Dow Jones tercatat paling parah karena anjlok lebih dari 30 persen. (cnnindonesia.com 1/4/2020).