Orientasi
Pada akhir abad ke-13, di tengah pergolakan di tanah Jawa, berdirilah Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Raja Kertanegara. Kertanegara adalah raja yang kuat dan bercita-cita tinggi, namun ambisinya membawanya pada bencana besar.
Setelah Raja Kertanegara dibunuh oleh Jayakatwang, Bupati Gelang-Gelang yang memberontak, Singasari pun jatuh pada tahun 1292. Raden Wijaya, salah satu keturunan kerajaan yang lolos dari pembantaian, terpaksa melarikan diri bersama tiga sahabat setianya, Sora, Nambi, dan Ranggalawe.
Di bawah rindang pepohonan desa Kudadu, Raden Wijaya menghela napas dalam. "Kita tak punya pilihan, kita harus bersembunyi. Tapi ingat, kita akan bangkit kembali," ucapnya penuh tekad.
Komplikasi
Di desa Kudadu, Raden Wijaya disambut hangat oleh kepala desa yang setia kepada Singasari. Ia membantu Raden Wijaya dan ketiga sahabatnya untuk menghindari pengejaran Jayakatwang. Namun, perjalanan Raden Wijaya untuk membangun kekuatan baru masih jauh.
Setelah bersembunyi, mereka diterima oleh Arya Wiraja di Sumenep yang menawarkan tempat perlindungan. Dengan bantuan Arya Wiraja, Raden Wijaya menghadap Jayakatwang. Namun, di hadapan Jayakatwang, Raden Wijaya memasang wajah tenang dan penuh hormat.
"Hamba mohon izin, Yang Mulia, untuk membuka sebuah daerah di hutan Tarik," pinta Raden Wijaya dengan tenang.
Jayakatwang, yang merasa telah menang, mengizinkan permintaan tersebut. Raden Wijaya mulai membangun sebuah desa yang ia beri nama Majapahit, sesuai dengan pohon maja yang berbuah pahit di hutan tersebut.
Konflik
Desa Majapahit berkembang dengan cepat. Penduduk dari Tumapel dan Daha berdatangan, terpesona oleh semangat Raden Wijaya. Namun, di tengah kesibukan membangun desa, kabar datang bahwa pasukan Mongol dari Tiongkok telah tiba di Jawa. Mereka dikirim oleh Kaisar Khubilai Khan untuk menghukum Kertanegara yang telah menghina utusannya.