Mohon tunggu...
Ahmad Haidar Rofiif
Ahmad Haidar Rofiif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAT UIN Sunan Kalijaga

Membaca, menulis dan mencintai-Mu.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

[Resensi Buku] Jejak Perjuangan Muhammad SAW

11 Juni 2024   09:05 Diperbarui: 11 Juni 2024   17:32 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Foto Pribadi

Judul Buku: Jejak Perjuangan Muhammad SAW, Dari Jahiliyyah Mekah hingga Civil Society Madinah

Penulis: Drs. H. Muhammad Yusuf. BA., MSI., NLP dan Muhammad Hidayat Noor, S.Ag., M.Ag

Editor: Abdul Qawwiy Nasrun

Penerbit: Kalimedia, Yogyakarta

Jumlah Halaman: 334 halaman

ISBN: (Masih proses)

Harga: Rp. 45.000,-

Peresensi: Ahmad Haidar Rofiif

Hadirnya buku ini memperkaya khazanah literatur sejarah Nabi Muhammad atau biasa disebut Sirah Nabawiyyah. Ada dua tipologi sederhana yang dapat membantu kita memahami literatur sirah. Pertama, Sirah yang ‘hanya’ menghimpun riwayat dan minim analisis. Karya-karya seperti ini sering dijumpai di era awal Islam, seperti Sirah Ibn Ishaq, dan Sirah Ibn Hisyam. Tipologi kedua, yaitu Sirah yang ditulis mengikuti frame analisis para penulisnya. Salah satu karya yang bagus dan termasuk pada tipologi ini adalah Fiqh as-Sirah, karya Sa’id Ramadhan al-Buthi. Dalam hal ini, buku Jejak Perjuangan Muhammad SAW termasuk dalam kategori yang kedua. Namun sebelumnya perlu dipahami juga, bahwa karya sejarah adalah ‘konstruk’ dari penulisnya, yang di dalamnya terdapat sintesa yang membutuhkan kerangka pikir untuk mewadahi seluruh fakta secara keseluruhan. Maka berdasarkan pernyataan tersebut, sebuah karya sejarah tidak dapat lepas dari rimba ‘selera’ para penulis. Seluruh karya sejarah—termasuk literatur Sirah Nabawiyah—merepresentasikan hal tersebut.  (Kartodirdjo 1992: 17-18 dan Louis Gottschalk 1986: 28)

Muhammad Yusuf (selanjutnya saya sebut sebagai buya Yusuf) bersama Hidayat Noor—dua dosen saya—dalam karya ini berusaha mensintesiskan figur Muhammad SAW dalam ‘konstruk’ tokoh pembangun peradaban. Kapasitas mereka berdua sebagai sarjana Tafsir-Hadis dalam menjelaskan sejarah kenabian Muhammad tentu tidak dapat diragukan. Buya Yusuf selaku penulis—sekaligus dosen mata kuliah Sirah Nabawiyah di kampus UIN Sunan Kalijaga—dalam suatu kesempatan silaturahim di rumahnya pernah menyampaikan, bahwa salah satu motif yang melatar belakangi penulisan buku ini adalah supaya para mahasiswa memiliki pegangan dalam memahami mata kuliah Sirah Nabawiyah. Maka, saya sebagai mahasiswanya dapat memahami dan menyimpulkan, bahwa apa yang dia sampaikan selama perkuliahan mata kuliah Sirah Nabawiyah sangat relate dengan garis besar buku Jejak Perjuangan Muhammad SAW yang baru saja dia rilis.

Struktur pembahasan (method of organization) buku ini disusun sistematis dan logis dalam lima bab. Bab pertama berisi mengenai kondisi masyarakat pra Islam dengan penjelasan yang padat. Bab dua berisi tentang leadership dan strategi diplomasi selama di Mekah dan Madinah. Dalam bab ini terdapat analisa khusus dari penulis yang dapat diaktualisasikan di kehidupan modern. Bab tiga, berisi pembahasan mengenai peperangan yang dilakukan Muhammad SAW serta peristiwa-peristiwa yang meliputinya serta aktualisasinya. Bab empat, menjelaskan tentang Mujahid-Mujahidah atau tokoh-tokoh penting dari kalangan laki-laki dan perempuan yang menjadi ‘suporter militan’ dakwah Muhammad SAW. Bab terakhir menjelaskan bagaimana Piagam Madinah merupakan sintesis pemikiran Muhammad dalam membangun civil society Madinah.

Dengan menyajikan alur pembahasan seperti di atas, tampak sekali bahwa Buya Yusuf dan Hidayat Noor ingin para pembacanya fokus memahami Muhammad SAW sebagai figur changemaker dalam membangun peradaban dua kota suci, Mekah dan Madinah. Maka dapat dikatakan, bahwa buku ini berbeda dengan sirah-sirah pada umumnya yang memiliki penjelasan yang panjang nan lebar. Buku ini cenderung menitik beratkan pada satu aspek tematis dari diri Muhammad SAW. Meski ditulis dengan bahasa yang membumi—sebagaimana komentar Inayah Rohmaniyah dalam kata pengantar, jika pembaca cermati kembali, ternyata ada banyak catatan terkait kualitas penulisan (quality of writing). Ketidaksempurnaan ini mungkin terjadi karena buku ini baru dicetak pertama kali, serta adanya proses ‘buru-buru’ dicetak guna kebutuhan materi ujian akhir semester, sebagaimana penuturan Buya Yusuf. Hal inilah yang juga menjadi alasan mengapa buku ini belum terbit ISBN-nya, yakni masih dalam proses.

Setelah membaca buku ini, saya menyadari bahwa dalam beberapa hal, buku ini menyelisihi format umum sebuah karya ilmiah populer. Sehingga perlu adanya perbaikan lebih lanjut guna perkembangan buku ini ke depannya. Catatan yang saya maksud antara lain adalah: buku ini tidak dilengkapi dengan transliterasi, kata pengantar penulis, profil para penulis, prolog-epilog, serta adanya inkonsistensi beberapa tulisan dalam lima bab yang ada. Dua poin terakhir, utamanya perlu diperhatikan. Pertama, buku ini bukan buku yang ditulis dalam kerangka teoretis yang ketat, buku ini lebih tepatnya adalah kumpulan tulisan yang dihimpun secara tematis menjadi satu kesatuan. Oleh karenanya perlu adanya prolog dan epilog yang dapat memberikan value khusus terhadap posisi buku ini. Kedua, perihal inkonsistensi dapat ditemukan dengan mudah ketika kita membandingkan salah satu sub bab dengan sub bab yang lain. Inkonsistensi ini terjadi dalam format penulisan dan sumber-sumber yang dipakai. 

Inkonsistensi dalam format penulisan dapat kita temukan dari tidak dicantumkannya frasa ‘a. Pendahuluan’ di bagian awal beberapa tulisan. Meskipun ini adalah hal yang remeh, tapi tetap saja memberikan kesan mengganjal kepada para pembaca seperti saya. Adapun, inkonsistensi dalam sumber rujukan dapat dilihat dari akumulasi rujukan keseluruhan tulisan yang menurut saya ‘gado-gado’ atau campur aduk antara sumber primer dan sekunder. Dan yang paling menyayangkan bagi saya adalah dua tulisan yang terdapat dalam bab empat, Mujahid-Mujahidah Perang. Dua tulisan tersebut ternyata banyak dikutip dari website, yang salah satunya adalah open ai atau chat GPT. Padahal, rujukan di bab-bab sebelum ataupun sesudahnya tidak ada yang ‘seberani’ rujukan dua tulisan di bab empat. Penulis mungkin saja bisa berdalih bahwa variabel yang disampaikan oleh rujukan website bisa saja benar, namun sebagai akademisi agaknya kurang pantas jika menjadikan website sebagai referensi tulisannya.

Berangkat dari catatan di atas, saya yakin Buya Yusuf dan Hidayat Noor tidak bermaksud untuk memfinalisasi karyanya dan terbuka akan segala pengembangan, kritik, maupun saran. Di samping itu ada hal yang tidak dapat dinafikan, yaitu kontribusi buku ini dalam mensintesis figur Muhammad SAW sebagai tokoh pembangun peradaban. Oleh karenanya, buku ini penting untuk dibaca oleh kalangan akademisi maupun non akademis, utamanya para peneliti sejarah Islam. Bagi saya pribadi, buku ini menginspirasi saya untuk meneliti lebih lanjut tentang sejarah kenabian bila dikerucutkan secara tematis dalam topik-topik tertentu. Penilaian umum (overall-judgement) dari buah karya Buya Yusuf dan Hidayat Noor ini, ialah sebuah karya sejarah yang cukup objektif dan perlu didiskusikan lebih lanjut. Bagaimana mereka menarasikan analisis mereka dalam tiap tulisan memberikan pelajaran penting mengenai sejarah Islam awal. Menurut saya, karya ini perlu diperkaya dan direvisi lagi sumber rujukannya, sehingga harapan ke depannya, informasinya akan memenuhi kebutuhan para peneliti, dosen, mahasiswa ataupun masyarakat umum secara memadai.

Wallahu A’lam.

Tabik.

Tanjung Redeb, 11 Juni 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun