Bertempat di Mahkamah Konstitusi, pada senin, 21 April 2024. Senin memberikan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan siapakah sosok yang menang dalam pertarungan mempertahankan suara pemilih dari pasangan calon 01, 02 dan 03. Dengan segala dalil oleh pemohon, termohon, dan pihak terkait yang sudah disidangkan, pada akhirnya munculah sebuah keputusan hukum sebagai jawaban dari rasa penasaran, kecurigaan, dan  anomali yang bermunculan disepanjang proses pemilihan umum 2024.
    Dengan dalil hukumnya, Mahkamah Konstitusi  memutuskan menolak seluruhnya permohonan dari pasangan calon 01 dan 03. Hal tersebut menandakan kemenangan dari pasangan calon 02 yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029. Itu artinya gerbang terakhir pengakuan terhadap kemenangan pasangan calon 02 sudah dibuka dan dilewati.
    Sebagai negara hukum yang menerapkan sistem demokrasi dan dengan proses pemilihan umum yang terlaksana sebelumnya sampai proses di Mahkamah Konstitusi, kita seharusnya sudah menerima dan mengakui bahwa presiden dan wakil presiden terpilih sudah terlihat dan regenerasi untuk pemimpin bangsa Indonesia sudah terlahir. Melihat hal itu, Indonesia melahirkan pemimpin dengan pengalaman yang panjang dan pemimpin muda dengan segala pemikiran kreatif serta kebaruan di dalam memimpin bangsa ke depannya. Dari pemimpin-pemimpin sebelumnya, hari ini menjadi tahun yang melahirkan pemimpin no. 2 di Indonesia yaitu Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden termuda.
Gibran Sebagai Perwakilan Anak Muda?
     Sebelumnya, majunya Gibran sebagai calon wakil presiden membuat sebagian orang terkejut dan heran. Jelas, karena berkaca pemilihan umum sebelumnya tidak ada dan pastinya tidak bisa rakyat yang belum berusia 40 tahun mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden. Ternyata jalan untuk mencalonkan diri sebagai presiden dan wakil presiden terbuka lebar setelah putusan MK No. 90 tahun 2023 tentang persyaratan usia minimal bagi calon presiden dan wakil presiden.
     Gibran beberapa kali mendapat tawaran untuk dicalonkan pada kontestasi pemilihan umum calon presiden dan wakil presiden. Akhirnya kesempatan itupun diambil oleh Gibran, dengan mengambil bagian pada posisi calon wakil presiden yang mendampingi Prabowo Subianto sebagai calon presidennya. Dengan usianya yang tergolong muda, apakah Gibran sebagai perwakilan anak muda itu membawa gagasan tentang anak muda juga?
     Sekretaris Jenderal Gibran Center, Fathul Nugroho mengatakan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka adalah lokomotif gerakan Orde Muda yang nantinya membawa generasi muda untuk memegang peran sentral di Indonesia. Dalam konteks pemerintahan, ia mengatakan, gerakan Orde Muda mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik. Lalu di sektor swasta, gerakan Orde Muda memberikan dukungan dan pembinaan kepada anak muda untuk berperan aktif dalam dunia bisnis dan industri. (Sumber: Antaranews "Sekjen Gibran Center sebut Gibran sebagai lokomotif bagi generasi muda")
     Kita juga melihat di dalam debat cawapres sebelumnya, Gibran menyampaikan gagasan-gagasan tentang kebaruan strategi, pemakaian bahasa, teknologi dan gagasan lainnya yang identik dengan anak muda. Gagasan-gagasan itu semuanya selalu melibatkan peran anak muda sebagai sentral kemajuan bangsa Indonesia. Lalu, apakah semua itu cukup untuk mewakili anak muda? Jelas semuanya belum cukup bahkan masih 0 %. Gibran masih mewakili dengan gagasan bukan gerakan nyata. Gagasan yang dibawa Gibran bisa dilaksanakan secara nyata apabila nantinya sudah memimpin Indonesia. Gagasan Gibran untuk keterwakilan anak muda baru bisa dinilai kalau hal tersebut sudah dilakukam, dirasakan dan berdampak nyata terhadap anak muda, bukan hanya anak muda yang ada di kota, tetapi juga untuk anak muda yang ada di desa.
     Keterwakilan hanya bisa disebut mewakili kalau berdasar pada keadilan, kesetaraan dan keseimbangan yang dirasakan seluruh anak muda Indonesia.
Gibran Sebagai Harapan Anak Muda Untuk Kemajuan Bangsa Bukan Keluarga
    Anak muda hari ini menjadi titik untuk memulai perubahan dalam mewujudkan emasnya Indonesia. Hari ini anak muda mendapat jalan yang cerah untuk berkontribusi dalam membangun bangsa, Contohnya Gibran sebagai wakil dari presiden yang memimpin negara. Jalan yang sudah ada dan terbuka tidak pasti mulus dan lurus untuk dilalui. Kerikil, bebatuan, lubang jalan, tidak adanya petunjuk jalan, dan ketidaksesuaian peta jalan akan menjadi tantangan bagi setiap negara, khususnya negara Indonesia
    Kita perlu pemikir progresif, kreatif, inovatif, dan modern untuk menjawab tantangan dari keadaan negara-negara saat ini. Melihat hal tersebut, anak muda dirasa mampu menjawab dari keperluan yang dibutuhkan negara untuk mengatasi tantangan-tantangan yang muncul. Anak muda mempunyai karakteristik terkait pemikiran kebaruan dan kreativitas. Sehingga karakter tersebut dapat dimanfaatkan di dalam menjawab segala tantangan bangsa ke depannya. Di dalam memimpin sebuah negara, pemikiran kebaruan dan kreativitas tidak menjadi faktor yang konkrit untuk membuat maju bangsa indonesia. Kepemimpinan, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual lah yang menjadi indikator kunci keberhasilan dalam memimpin kemajuan bangsa. Dengan menjadikannya kapasitas di dalam memimpin sebuah negara, maka perlu kiranya para pemimpin negara ini bisa menampung untuk memiliki kapasitas tersebut
    Gibran menjadi harapan ideal dari anak muda untuk menjalankan perannya dalam memajukan bangsa Indonesia. Karakter-karakter anak muda yang selalu dia tonjolkan menjadikan kita menilai bahwa beliau memang anak muda. Itu dilihat dari program kerja beliau di Solo sebagai walikota dan juga ketika debat cawapres yang selalu membawa kebaruan di dalam setiap prosesnya. Tetapi, apakah Gibran mempunyai kapasitas di dalam memimpin negara yang besar? Apakah Gibran juga mempunyai kapasitas dari segi kepemimpinan, emosional, intelektual dan spiritual? Lalu, apakah Gibran juga menjadi harapan semua anak muda Indonesia di dalam memajukan bangsa? Kalau misalkan bukan harapan anak muda, harapan siapa lagi? Keluarga?
    Hal tersebut hanya bisa dijawab ketika kita sebagai rakyat Indonesia melihat dengan nyata bukti gagasan yang terealisasi dan keberdampakan nyata yang dirasakan oleh kita semua, khususnya anak muda yang diwakilinya. Apakah realisasinya nanti memang untuk kemajuan bangsa atau kemajuan keluarganya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H