Mohon tunggu...
Ahmad Hafi
Ahmad Hafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pegiat Literasi

Usahakan gunakan penalaran dan kesadaran dalam berkehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Iklim Akademik Musiman: Teman sebagai Penghalang Pikiran

17 November 2023   21:21 Diperbarui: 29 April 2024   17:23 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: SMA Dwiwarna (Boarding School)

Dalam perkuliahan di kampus saya, biasanya sistem pembelajaran yang digunakan kebanyakan sistem presentasi. Mungkin kampus lain juga banyak yang sama sistem pembelajarannya seperti itu, tetapi ada juga yang mungkin berbeda.  Presentasi itu nantinya ada sesi tanya jawab setelah pemaparan materi yang dipresentasikan. Sesi tanya jawab ini dilempar kemahasiswa/i yang mengikuti perkuliahan itu, yang bertanya adalah mereka yang menjadi audiens dan yang menjawab adalah pemapar materi. Dan dosen sebagai orang yang mengevaluasi serta memperjelas materi yang dibawakan.

Jalan Cerita Dari Bertanya Sampai Pro dan Kontra Dengan Pertanyaan

Satu waktu pada hari kamis tanggal 26 Oktober 2023 lalu, dalam perkuliahan dengan mata kuliahnya itu namanya Manajemen Kelembagaan Islam. Materi yang dibawakan para pemapar adalah Koperasi syariah. Singkat waktu, selesai memaparkan materinya, para pemapar itu mempersilahkan kepada audiens yang ingin bertanya tentang materi yang dibawakan. Dalam kesempatan itu, saya coba bertanya tentang gambaran alur dari dana koperasi syariah masuk sampai dana keluar, sehingga dengan itu kita tahu secara jelas dana yang masuk itu digunakan untuk apa saja dan seperti apa pemanfaatan dana dari pemodal koperasi syariah. Dengan kata lain, memberitahu kita bentuk dari keterbukaan koperasi syariah itu sendiri.

Setelah itu pemapar langsung mencari jawabannya dengan cepat dan hati-hati. Sembari menunggu jawaban dari pertanyaan saya itu, Ibu pengampu mata kuliah tersebut menjelaskan sedikit tentang koperasi syariah itu seperti apa, mungkin disini fungsinya sebagai pelengkap dari materi yang sudah dijelaskan oleh pemapar. Dalam rentang waktu penjelasan Ibu, ada teman saya yang nyeletuk di belakang, " ngebalas  minggu sebelumnya ya kamu" katanya.  "Kasian mereka dengan pertanyaan yang seperti itu" sambungnya lagi.

Saya pikir, itu pertanyaan yang mendasar dan perlu dikuasai oleh para pemapar. Coba kita bayangkan, kita sebagai pemapar materi tentang koperasi syariah, tapi kita tidak tahu bagaimana alur dari dana orang masuk sampai keluar dan penggunaan dana koperasi syariah itu untuk apa saja. Sedangkan koperasi syariah dasarnya tentang pinjam-meminjam, penghimpun dana dan penyalur dana ke anggota yang sudah pasti ada alurnya.

Teman saya yang satunya lagi sepakat dengan pertanyaan saya, " benar pertanyaan itu, supaya kita tau gambaran mekanismenya" katanya. "Kalau dengan gambaran seperti itu lebih cepat paham menurut ku, sama seperti minggu sebelumnya, aku lebih paham dengan penjelasan lewat gambaran seperti digambarakan langsung lewat papan tulis" sambungnya lagi.

Tidak lama dari perbincangan bisik-bisikan tadi, pemapar sudah siap menjelaskan dengan gambaran dipapan tulis. Lalu ada lagi teman saya yang menimpali "dekatkan saja papan tulisnya pas di depan mukanya (muka saya maksudnya)" katanya. Tiba2 teman-teman di kelas ketawa mendengar timpalan seperti itu. Ekspresi saya cuma senyum aja hehe.

Sebenarnya Tujuan Akhir Bertanya Itu Apa Sih?

Setelah dijelaskan oleh pemapar, saya sudah agak lumayan paham dari gambaran alur yang sudah dijelaskan dipapan tulis tadi. Lalu, diperjelaslah lebih detail lagi oleh ibu pengampu mata kuliahnya. Teman-teman dikelas pun juga ikut paham dan manggut-manggut (artinya setuju) setelah mendengarkan penjelasan pemapar dan Ibu. Nah, itulah yang saya ingin tuju, tidak hanya berbicara tentang kepentingan pemahaman sendiri saja, tetapi juga memberikan orang lain pemahaman yang lebih lagi tentang koperasi syariah itu. Seperti itulah kalau kita umpamakan dengan pribahasa "malu bertanya, sesat dijalan". Kalau kita tidak bertanya maka sesatlah kita, tidak tahu kemana menuju, pada akhirnya masuk ke dalam jurang ketidaktahuan. Dan ketika kita bertanya, maka kita tahu kemana arah dan tujuan yang ingin kita capai yaitu pada kahirnya kita mendapatkan pemahaman dan kejelasan.

Ternyata Ini Adalah Iklim Yang Terjadi Setiap Semester

Saya coba flashback kebelakang, ternyata iklim akademik seperti ini terus terjadi setiap semester. Kenapa saya sebut setiap semester, ya karena tidak lain tidak kurang kata yang keluar dari teman-teman sekelas pasti tidak jauh-jauh tentang protes mereka terhadap pertanyaan yang bisa meng K.O kan teman. Contohnya saja pertanyaan saya tadi, mereka protes terhadap pertanyaan tersebut, padahal itu adalah sesuatu hal yang mendasar kata saya, perlu dikuasai pemapar dan juga sudah ada jawabannya.  Sebenarnya pertanyaan tersebut bukan dengan tujuan membuat K.O teman, mungkin ada beberapa orang yang tujuannya seperti itu untuk menguji pengetahuan pemapar, mencari nilai dan memberi tahu kemampuannya.

Ada juga ketika orang mengangkat tangan untuk bertanya, dialihkan oleh pemapar ke orang lain yang pertanyaannya dianggap lebih mudah untuk dijawab. Karena mungkin mereka pikir pertanyaan yang sulit itu merepotkan untuk dijawab dan sulit dicari jawabannya. Ada juga pemapar yang mengisyaratkan secara langsung untuk jangan ada yang bertanya. Ada juga yang lewat Powerpoint (PPT) dibagian slide terakhir dengan kata "orang yang banyak tanya, kuburannya sempit" dan kata-kata lainnya. Ada lagi yang lewat grup kelas mengirim pesan untuk jangan bertanya lagi dan juga lewat stiker yang gambarnya melarang bertanya. Apakah hal yang seperti ini harus dihilangkan? Atau diterima begitu saja sebagai iklim musiman dan wajar terjadi dalam perkuliahan?

Bijak Dalam Mengelola Iklim Akademik dan Pertemanan

Kalau kita sebagai penanya atau penanggap dalam sesi perkuliahan dengan kegiatan presentasi, maka ada baiknya kita bijak dalam membuat pertanyaan dan menanggapi, artinya kita harus bisa menyesuaikan dengan kemampuan teman kita, pertanyaannya juga harus tidak keluar dari materi (karena ada kasus pertanyaan itu keluar dari pembahasan atau materi yang dibawakan), dan perlunya jawaban dari pertanyaan itu bisa menjadikan pengetahuan baru untuk semua, bukan untuk menguji pengetahuan teman sebagai pemapar materi.

Jangan sampai pertanyaan yang sulit atau mungkin terkesan membuat K.O teman menyebabkan permusuhan atau perselisihan atau bahkan menjadi ajang balas dendam. Hal itu akan menjadikan suasana kelas menjadi tidak sehat dalam bersosial dikarenakan saling berselisih, bermusuhan dan balas membalas pertanyaan dalam perkuliahan. Bisa saja fekenya tidak hanya di dalam ruang lingkup perkuliahan tetapi juga diluar perkuliahan, seperti tidak berteman lagi, membuat circle, saling jatuh menjatuhkan antarteman dan lainnya. Jelas ini adalah sebuah kekhawatiran yang bisa saja terjadi dan bisa saja tidak.

Jangan Sampai Pikiran Kita Terhalang dan Tidak Bebas Untuk Keluar

Terlepas dari hal itu, iklim akademik musiman seperti ini adalah penghalang pikiran kita untuk berkreasi dan bebas dalam alam pikir. Juga sebagai racun yang masuk kedalam otak untuk menghentikan proses berpikir seseorang. Jangan sampai pikiran kita terjeruji oleh pembatas dari kata-kata teman yang protes terhadap sebuah pikiran yang menghasilkan pertanyaan. Bukankah kampus dan kelas perkuliahan  adalah tempat merdeka belajar dan berpikir? Lantas, di tempat mana lagi kita bisa berpikir bebas, berargumen dan saling tukar pendapat kalau bukan di kampus?

Beberapa orang pasti menyebut di cafe, rumah, kost, warung dan tempat yang lainnya. Tapi, apakah semua tempat itu bisa menghadirkan semua mahasiswa/i dikelas dan dosennya? Jelas pasti ada mahasiswa/i yang tidak bisa ikut dikarenakan masalah transportasi, keuangan, waktu dan bahkan ada yang kerja. Terlebih lagi dosennya, pasti mempunyai banyak kesibukan seperti mengurus administrasi perkuliahan, mengajar dikelas lain dan urusan rumah.

Pikiran yang menghasilkan pertanyaan hadir dari ketidaktahuan seseorang yang ingin mencari jawaban. Karena hakikat manusia adalah berpikir. Berpikir menghasilkan pertanyaan. Pertanyaan bertujuan untuk mencari jawaban. Itulah manusia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun