Ada juga ketika orang mengangkat tangan untuk bertanya, dialihkan oleh pemapar ke orang lain yang pertanyaannya dianggap lebih mudah untuk dijawab. Karena mungkin mereka pikir pertanyaan yang sulit itu merepotkan untuk dijawab dan sulit dicari jawabannya. Ada juga pemapar yang mengisyaratkan secara langsung untuk jangan ada yang bertanya. Ada juga yang lewat Powerpoint (PPT) dibagian slide terakhir dengan kata "orang yang banyak tanya, kuburannya sempit" dan kata-kata lainnya. Ada lagi yang lewat grup kelas mengirim pesan untuk jangan bertanya lagi dan juga lewat stiker yang gambarnya melarang bertanya. Apakah hal yang seperti ini harus dihilangkan? Atau diterima begitu saja sebagai iklim musiman dan wajar terjadi dalam perkuliahan?
Bijak Dalam Mengelola Iklim Akademik dan Pertemanan
Kalau kita sebagai penanya atau penanggap dalam sesi perkuliahan dengan kegiatan presentasi, maka ada baiknya kita bijak dalam membuat pertanyaan dan menanggapi, artinya kita harus bisa menyesuaikan dengan kemampuan teman kita, pertanyaannya juga harus tidak keluar dari materi (karena ada kasus pertanyaan itu keluar dari pembahasan atau materi yang dibawakan), dan perlunya jawaban dari pertanyaan itu bisa menjadikan pengetahuan baru untuk semua, bukan untuk menguji pengetahuan teman sebagai pemapar materi.
Jangan sampai pertanyaan yang sulit atau mungkin terkesan membuat K.O teman menyebabkan permusuhan atau perselisihan atau bahkan menjadi ajang balas dendam. Hal itu akan menjadikan suasana kelas menjadi tidak sehat dalam bersosial dikarenakan saling berselisih, bermusuhan dan balas membalas pertanyaan dalam perkuliahan. Bisa saja fekenya tidak hanya di dalam ruang lingkup perkuliahan tetapi juga diluar perkuliahan, seperti tidak berteman lagi, membuat circle, saling jatuh menjatuhkan antarteman dan lainnya. Jelas ini adalah sebuah kekhawatiran yang bisa saja terjadi dan bisa saja tidak.
Jangan Sampai Pikiran Kita Terhalang dan Tidak Bebas Untuk Keluar
Terlepas dari hal itu, iklim akademik musiman seperti ini adalah penghalang pikiran kita untuk berkreasi dan bebas dalam alam pikir. Juga sebagai racun yang masuk kedalam otak untuk menghentikan proses berpikir seseorang. Jangan sampai pikiran kita terjeruji oleh pembatas dari kata-kata teman yang protes terhadap sebuah pikiran yang menghasilkan pertanyaan. Bukankah kampus dan kelas perkuliahan  adalah tempat merdeka belajar dan berpikir? Lantas, di tempat mana lagi kita bisa berpikir bebas, berargumen dan saling tukar pendapat kalau bukan di kampus?
Beberapa orang pasti menyebut di cafe, rumah, kost, warung dan tempat yang lainnya. Tapi, apakah semua tempat itu bisa menghadirkan semua mahasiswa/i dikelas dan dosennya? Jelas pasti ada mahasiswa/i yang tidak bisa ikut dikarenakan masalah transportasi, keuangan, waktu dan bahkan ada yang kerja. Terlebih lagi dosennya, pasti mempunyai banyak kesibukan seperti mengurus administrasi perkuliahan, mengajar dikelas lain dan urusan rumah.
Pikiran yang menghasilkan pertanyaan hadir dari ketidaktahuan seseorang yang ingin mencari jawaban. Karena hakikat manusia adalah berpikir. Berpikir menghasilkan pertanyaan. Pertanyaan bertujuan untuk mencari jawaban. Itulah manusia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H