Pernah gak kita berfikir! Ketika membuka setiap lembar buku sejarah yang mengisahkan para panglima dan prajuritnya yang hebat? Ya, mereka hebat berkat kerja sama tim yang kompak dan solid. Mari belajar dari sejarah ketika sang Khalifah mengirim pasukannya untuk membebaskan wilayah yang pada masa itu penduduknya memeluk agama Majusi (penyembah api).
Saat itu, di masa Khalifah Umar bin Khaththab, kaum Muslimin menjangkau negeri Persia, membebaskan kota-kota raksasa nan megah, dan menebarkan kebenaran sampai ke akar akar rakyat. Ya, futuhat Islam telah menyemai kedamaian yang ditanam di atas pasak-pasak kebenaran.
Suatu hari, bergejolak di hati Rustum, ia ingin sekali tahu bagaimana bisa Pasukan Muslimin menggapai kemenangan gemilang di berbagai medan pertempura pun memenangkan hati rakyat dengan segenap syariat Islam yang sederhana dan sempurna. Maka, ia meminta Panglima Sa'ad bin Abi Waqqash untuk datang ke istananya.
Sang Panglima, Sa'ad bin Abi Waqqash datang dengan gagah perkasa, bak singa yang menyembunyikan kukunya. Sesampainya beliau di hadapan Rustum, terjadilah sebuah percakapan.
"Apa ajaran yang engkau bawa, wahai Sa'ad?" tanya Rustum penasaran.
"Kami adalah kaum yang dibangkitkan Allah untuk mem bebaskan manusia: dari penghambaan kepada sesama makhluk menuju peribadahan pada Khaliq semata; dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat; dan dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam," jawab Sa'ad dengan mantap.
Rustum bergetar, jawaban ringkas yang menggelora, jawaban sederhana yang menyemesta.
Di saat yang lain, Rustum mengundang Al-Mughirah bin Syu'bah. Kali ini Sang Komandan lapangan yang ditanya. Ia menanyakan pertanyaan yang sama, dan ia takjub dengan ja waban Mughirah, sama persisnya dengan pernyataan Sa'ad bin Abi Waqqash.
Suatu ketika, didatangkan pada Rustum seorang prajurit Muslim yang sederhana, tak memangku jabatan apa-apa. Kembali ia tanyakan pada prajurit biasa bernama Rib'i bin Amir ini, "Apa ajaran yang kaummu bawa, wahai prajurit?"
Apa jawab Rib'i bin Amir? Ia menjawab mantap, "Kami ada lah kaum yang dibangkitkan Allah untuk membebaskan manusia: dari penghambaan kepada sesama makhluk menuju peribada pada Khaliq semata; dari sempitnya dunia menuju luasnya akhi rat; dan dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam." Ya, jawabannya sama persis dengan apa yang dikatakan Sa'ad dan Mughirah.
Maka Rustum menyadari dan mengaku takjub, "Kita gak akan bisa mengalahkan pasukan besar yang visi panglima sampai prajuritnya sama hebat."
Tidak ada yang namanya Superhero, yang ada hanyalah kerja sama tim. Mari ambil pelajaran dari kisah diatas, betapa kekompakan akan menjadikannya kekuatan. Mungkin ada banyak organisator di sekeliling kita, tetapi tidak semua bisa mengambil hati teman terdekat maupun teman kuliahnya untuk berjalan satu hentakan dan bersuara satu lantangan.
Kita juga sering mendengar pencapaian penaklukan yang dilakukan oleh tokoh besar seperti; Muhammad Al Fatih, Shalahuddin Al- Ayyubi, Thariq bin Zyad dan masih banyak lainnya. Namun sering kali kita hanya mangambil satu nama: pemimpin penaklulan. Sedangkan kita enggak mengingat bahwa (siapa pun dia) gak akan bisa meraih kemenangan tanpa kerja sama tim yang solid.
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H