Dalam hadist Nabawi disebutkan إن الله وضع عن أمتي الخطأ و النسيان وما استكرهوا عليه sesungguhnya Allah telah menempatkan pada umatku salah, lupa dan apa apa yang dilarang untuk mereka lakukan, namun perkataan Nabi yang mulia tersebut tak bisa dijadikan dalil untuk memungkiri setiap kesalahan yang kita perbuat dengan alasan bahwa manusia sudah kodratnya selalu salah dan banyak salah. Dalam islam kita diajarkan untuk senantiasa meminta maaf kepada sesama, terlebih pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala Sang pencipta alam semesta dengan beristighfar kepada-Nya ketika melakukan dosa kecil dan bertaubat dari dosa besar (sesuai persyaratan yang telah di tetapkan).
Namun faktanya, orang yang sadar akan kesalahannya enggan mengucapkan kata maaf, sering dijumpai pula orang orang yang enggan atau sulit mengucapkan kata maaf hanya pada orang orang tertentu saja, padahal permintaan maaf itu sendiri tak hanya baik untuk keadaan emosional saja, bahkan juga baik untuk kesehatan tubuh sendiri yang telah dibuktikan oleh para psikolog klinis tentunya.
Nah, kali ini yang ingin saya bahas adalah permintaan maaf terhadap sesama, atau lebih tepatnya terhadap kedua orang yang sangat berkesan dalam kehidupan kita yang mana salah seorang dari mereka berdua dijuluki sebagaiمدرسة الأولى . Siapakah mereka ? yaa merekalah kedua orang tua kita, orang tua sekaligus guru sepanjang masa.
Kenapa sih meminta maaf pada mereka berdua itu adalah hal yang paling sulit ?
Apa kamu mengalami apa yang saya alami ?.
Atau kamu menemukan seseorang yang mengalami persis seperti apa yang saya alami ?.
Gimana ? setuju gak kalo saya bilang bahwa permintaan maaf yang paling sulit untuk dilontarkan adalah pada kedua orang tua ?.
Mungkin sebagian orang tidak setuju dengan paparan ini, sebuah kata maaf untuk orang tua bukanlah suatu hal yang harus dipikirkan. Tetapi bagi sebagian orang termasuk saya, sebuah paparan ini menjadi suatu hal yang sangat serius.
Kenapa sih sulit ?.
Setiap orang yang merasa kesulitan pasti memiliki alasan tertentu, bagi saya sendiri, kenapa bisa sulit ? apa sih yang saya cemaskan dari sebuah kata maaf ?.
Sebenarnya jawaban dari pertanyaan tersebut sudah saya hapal banget, jawaban yang saya sendiri sadar kalo jawaban tersebut sangat amat konyol, yaitu “malu”.
Kenapa sih bisa malu, yaa masalahnya memang ada pada diri saya, saya yang selalu merasa bagaikan bayi yang tak berdosa di depan mereka, saya yang tidak pernah mencoba untuk menjadi seseorang yang dewasa dihadapan mereka, yang pada akhirnya yaa malu untuk meminta maaf, takut ditertawakan karena biasanya yang dibicarakan antara kita hanya candaan candaan saja.
Ini saya membicarakan waktu waktu SMA lo yaa.. bayangkan, sudah masuk di jenjang putih abu masih malu, aduh, konyol kan ya, udah berumur pun masih malu buat minta maaf, dasar emang kayak bocah. Jangan ditiru ya teman-teman, gak baik. Tapi alhamdulillah, ketika berada pada detik detik akhir masa tersebut, saya memberanikan diri karena udah merasa kalo diri ini tuh emang banyak dosa banget sama yang namanya orang tua, tapi yaa yang namanya malu yaa tetep, alias gak ilang.
Seiring berjalannya waktu, rasa malu itu tetap tidak hilang, bahkan semakin membesar, ingin rasanya kata maaf yang terucap dulu menjadi moment permintaan maaf saya yang pertama dan terakhir, akan tetapi alasan dulu yang karenanya saya tak berani untuk meminta maaf telah berubah menjadi “malu meminta maaf karena usainya, saya malah membuat kesalahan lagi yang bahkan menurut saya lebih buruk dari sebelumnya”
Itulah alasan saat ini mengapa saya malu untuk meminta maaf pada mereka. tapi apakah pantas saya meninggalkan kata maaf karena rasa bersalah yang bertambah banyak tiap harinya ? yaa tentu tidak. Ini suatu perasaan dalam hati yang benar benar harus dilawan. Bagaimana saya bisa melawan ? jawabannya hanya saya yang tau, jawabannya hanya saya yang bisa mencari. Apa itu ? apa saya telah menemukannya ? iya, jawabannya mudah, yaitu “membayangkan orang tua saya dipanggil oleh Sang Maha Kuasa”. Dari situ saya pun sadar, tidak ada satupun orang yang menginginkan penyesalan tentunya, namun faktanya, dia selalu menjumpai kita sebab tanpa sadar kita sendiri yang mengundangnya untuk hadir. Karakter para orang tua memang berbeda beda, diantaranya ada yang cenderung menunjukan rasa sayang mereka terhadap anak anaknya, adapula yang terkesan dingin dan tidak peduli, itulah orang tua saya, dan itulah alasan lain mengapa berat untuk saya mengucapkan kata maaf terhadap mereka. Namun, setelah saya mendalami karakter mereka, saya tahu, tidak ada di dunia ini orang tua yang dingin dari dzohir dan bathinnya, sedingin apapun mereka, percayalah akan menggunungnya rasa sayang dalam hati mereka yang tak bisa dikeluarkan lewat perkataan maupun perbuatan. Sedingin apapun mereka, percayalah, mereka selalu menunggu kata maaf dari para putra putri mereka.
Bagaimana wahai kalian yang nasibnya seperti saya ini ? memiliki hati yang dilanda perasaan berat untuk meminta maaf pada orang paling penting yang melindungi dan mengajari kita sejak kecil. Apa kalian masih enggan untuk meminta maaf ?. tiap orang mampu melawan rasa enggan itu, jawabannya ada pada diri kalian, dengan apa kalian akan melawan perasaan itu ?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H