“apakah yang kau tangkap dari gambar kontol?
dari coretan-coretan tak teratur yang menghiasi fasilitas umum?
apakah yang kau tangkap dari bau cat, dari poster yang digerayangi lalat?”
ia membayangkan hubungan liar
antara pilok dan tembok,
membayangkan rahasia tembok usang serta
koclokan pilok yang berulang.
“tak ada. kecuali bayang-bayangmu sendiri
yang sembunyi di balik kekuasaan,
memimpikan rakyat yang baik dan taat pajak,
memimpikan demokrasi tanpa demonstrasi,
memimpikan suatu keadaan tenang
se-manis puisi-puisi sapardi, setelah ia selesai mencuri.
dan memimpikan semacam tamasya ke alam ilusi”
barangkali sudah terlalu sering ia melihatnya,
hingga membuatnya menjadi gila dan buta
jakarta, oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H