SEPOTONG SENJA UNTUK DEA
Berdirilah di puncak sepiku
biarkan angin meniup rambutmu
menebarkan harum bunga padma
agar kuingat kembali kapan terakhir kali
aku menciumnya di senja yang senyap
agar aku tahu ke mana harus menjemputmu
membawa kabar tentang rindu yang merekah
di pohon-pohon stroberi
datanglah seperti dulu engkau memintaku
menjadi kekasih musim dinginmu.
Kerinduan telah merontokkan jiwa
seperti sirine yang meraung-raung
di terowongan masa lalu
membuatku bersimpuh
bagai pengembara yang terluka.
Malam begitu dingin tanpa anggur
yang kautuangkan dengan lidah membara
membakar seluruh nafas rinduku
Cinta akan membuat jalannya sendiri, kekasihku
— di hutan atau semak belukar yang tak pernah dilewati
jika masih berpikir untuk membuat pilihan
kita akan hidup dalam keterasingan.
Bukankah hidup ini teka-teki, dan cinta adalah jawabannya
cinta telah lahir sebelum ada pertanyaan
dan kita tidak perlu membuat istana dari kayu atau pualam
untuk melindunginya dari kotoran debu
cukuplah ia dititipkan pada angin musim dingin
yang datang dan pergi.
Di sudut matamu senja bersimpuh
kesunyian menghimpit sebelum malam menutup tabirnya
besok pagi fajar akan datang lagi
rindu akan menyulam kesendirian lagi.
-- 21 November 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H