Dalam sepi malam, aku berdiriÂ
Menghadapi bayang-bayang harapan yang tak pastiÂ
Kata-kata terucap, terangkai dalam jiwaÂ
Memaksa diri tuk hidup, meski terasa hampaÂ
Di ujung jalan yang terjal dan kelam,Â
Kau temukan jejakku, berlumur harapan dan rasa salahÂ
Seolah dunia menuntut, menekan batin yang letihÂ
Namun hidup tak kenal lelah, meski hati merintihÂ
Kau bilang, "Jangan menyerah, ada cahaya di ujung sana,"Â
Kata-kata itu, meski samar, menembus gelap, membakar baraÂ
Satu langkah, dua langkah, meski penuh raguÂ
Setiap detik adalah perjuangan, aku terus majuÂ
Dari luka yang menyayat, tumbuh bunga harapan,Â
Setiap tetes air mata, mengalir jadi pelajaranÂ
Menghadapi angin kencang yang menerpa hati,Â
Kujadikan semua luka sebagai inspirasiÂ
Di tengah kerumunan, aku mencari jati diri,Â
Menghadapi dunia dengan keberanian, tak lagi terasing sendiriÂ
Hidup ini adalah sebuah panggung, tempatku beraksi,Â
Meski tertatih, aku berusaha, memaksa diri tuk beraksiÂ
Setiap detik yang berlalu adalah nyanyian kehidupan,Â
Mencari makna di balik segala kesedihanÂ
Dalam pelukan bintang, kutemukan harapan baru,Â
Setiap impian adalah cahaya, meski terhalang kabut kelabuÂ
Dan saat embun pagi menyentuh wajahku,Â
Aku ingat, hidup adalah anugerah yang tak terdugaÂ
Meski sulit, aku akan memaksa tuk terus hidup,Â
Dengan hati yang penuh semangat, tak akan pernah berhenti untuk berupayaÂ
Maka biarkanlah setiap detak jantungku berdengung,Â
Sebagai tanda, aku masih di sini, berjuangÂ
Dalam suka dan duka, aku akan terus melangkah,Â
Memaksa tuk hidup, menulis kisah yang takkan pudar selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H