Dalam hening malam yang memeluk sunyi,Â
terdengar bunyi detik, lembut dan merayu,Â
seperti alunan nada yang semakin redup,Â
menyanyikan lagu tentang waktu yang berlalu.Â
Setiap detak, seakan berusaha berbicara,Â
mengisahkan cerita yang tak terungkap,Â
tentang impian yang terpendam dalam raga,Â
dan harapan yang menguap, dalam sekejap.Â
Bunyi detik ini, seperti bayangan samar,Â
mengikuti langkah dalam gelap yang tebal,Â
menghantarkan kita pada kenangan yang tersisa,Â
mengingatkan akan masa yang tak pernah kembali.Â
Kadang terasa nyaring, kadang lembut,Â
seperti desah napas di ujung perjalanan,Â
dalam tiap detak, ada rasa yang mengikat,Â
cinta, duka, tawa, semuanya berbaur dalam satu.Â
Namun, saat bunyi itu mulai meredup,Â
hati ini bergetar, merasa tak berdaya,Â
seolah waktu ingin mengingatkan kita,Â
bahwa setiap saat adalah anugerah yang terpenting.Â
Dalam kesunyian ini, aku merenung,Â
mendengarkan bunyi detik yang kini tersisa,Â
memeluk setiap momen yang ada di hadapan,Â
dan berjanji untuk tidak mengabaikannya.Â
Karena meski bunyi detik bisa saja hilang,Â
kenangan yang tertinggal akan selalu ada,Â
menghidupkan setiap detik yang kita lalui,Â
membuat hidup ini berarti, takkan pernah padam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H