Mohon tunggu...
Ahmad Fauzi
Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... Pengacara - Menulis apasaja, Berharap ada nilai manfaat dan membawa keberkahan. Khususnya, untuk mengikat Ingatan yang mulai sering Lupa.

Berusaha menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama. Santri, Advokat bisa hubungi saya di email : ozyman83@gmail.com, HP/WA : 085286856464.

Selanjutnya

Tutup

Diary

HPN 2022, Jurnalisme Madu dan Lalat

11 Februari 2022   00:11 Diperbarui: 11 Februari 2022   00:14 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Pers Nasional (HPN) untuk setiap tahunnya dirayakan pada 9 Februari. Artinya, beberapa hari yang lalu, terutama Insan Pers dan Jurnalistik telah merayakan Hari Raya-nya. 

Kabarnya, HPN 2022 yang lalu  puncaknya dilaksanakan di Kendari, dengan diwarnai kabar yang kurang meng-enakkan, dimana terjadi Insiden "berantem' antara 2 Kadis di Sulawesi Utara tersebut.

Entah kebetulan yang jelas peristiwa yang cukup memprihatinkan dan patut disesalkan kasus pemukulan Kepala Bapenda Sulawesi Utara (Sultra) Yusuf Mundu, terhadap Kadis Kominfo Sultra Ridwan Badalah. Sebagaimana diberitakan oleh detiknews berikut :
Baca artikel detiknews, 

Diakui atau tidak, meski peran Pers dan Jurnalistik cukup penting dan strategis sebagai salah satu Pilar Demokrasi, namun pelan-pelan, peran Pers dan Jurnalistik tergeser oleh Media digital, dengan dominasi Media sosial. tentu saja, hal tersebut bersesuaian dengan perkembangan zaman digital yang begitu cepat dan dahsyat.

Perkembangan dunia digital, adalah keniscayaan sejarah. Hampir semua pengguna handphone menggunakan salah satu, atau bahkan lebih dari beberapa platform media social. Mulai dari facebook, Instagram, WhatApp dll. Segala Informasi ditentukan oleh selera dan kecepatan. Bukan lagi oleh akurasi, apalagi kaedah-kaedah Jurnalisme dan Pers yang formal.

Nitezen dan siapapun bisa menjadi narasumber dan sekaligus pemberi informasi langsung secara bersamaan. Informasi, komunikasi betapa bebas tanpa bisa dibatasi, kecuali oleh kwota dan signal asal tidak mati-mati. Podcast beberapa tokoh media, bahkan bisa menyamai, mungkin mengalahkan Pers dan Jurnalistik dari sisi pemirsa dan pengguna.

Namun, dari sisi tantangan yang luar biasa dahsyat tersebut, public tetap diuntungkan dan bisa mengambil keuntungan dan manfaat (meski, tentu saja banyak sampah-sampah yang dianggap benda mewah). Lebih banyak lagi sajian dan varian sumber Informasi. Soal benar dan tidaknya, adalah urusan belakangan dan nanti. Bukankah public punya filterasi diri. Eh salah, bukan filterasi tapi tepatnya "selerasi" yang berbasis suka-suka gue.

Akhirnya dalam konteks sajian, tetap ada kecenderungan. Dimana, madu akan selalu dikerubuti oleh lebah. Sebagaimana, gula dikerubuti oleh semut. Sementara sampah dan segala yang busuk, cenderung dicari dan dikerubuti oleh lalat dan belatung. Kita diposisi manakah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun